Salin Artikel

Kisah Nia 18 Tahun Jadi Pedagang Bunga di Rawa Belong, Raup Untung hingga Rp 500.000 per Hari

JAKARTA, KOMPAS.com - Pasar Bunga Rawa Belong, Jakarta Barat, menjadi sentra bagi para pedagang untuk menjajakan beragam macam bunga, mulai dari mawar, bunga matahari, teratai, hingga sedap malam.

Ramai suara pedagang memanggil-manggil calon pembeli yang hilir mudik, ketika Kompas.com menyambangi pasar ini pada Jumat (12/5/2023) sore.

Salah satunya ialah Nia Yunengsih, pedagang bunga matahari yang berjualan di ujung pasar.

Sembari menata puluhan batang bunga matahari di atas meja kayu, Nia juga tampak sibuk meladeni pembeli.

Dia tampak bersama sang ayah, yang ikut menjual bunga-bunga tersebut.

"Mau beli berapa Kak?" tanya ayah Nia, yang berada di lapak jualannya.

Kompas.com pun berkesempatan berbincang dengan Nia, yang menceritakan awal mula ia menggelar lapak di Pasar Bunga Rawa Belong.

"Udah lama dagang di sini sekitar tahun 2005, udah 18 tahun ya," kata Nia.

Belasan tahun, Nia mengadu nasib di Ibu Kota sejak merantau dari kampungnya di Sukabumi, Jawa Barat.

Dia berujar, tak ingin alih profesi menjadi pedagang bunga. Berdagang bunga juga menjadi pekerjaan pertama baginya.

"Enggak ada keinginan cari pekerjaan lain. Sudah enak di sini," imbuh dia.

Ibu dua anak ini mengaku memilih berdagang bunga lantaran suplainya mudah didapatkan.

Pasar Bunga Rawa Belong, lanjutnya, menjadi tempat di mana pedagang seperti dirinya lebih mudah mendapatkan pembeli.

"Kalau dagang bunga kan kami udah ada petaninya. Ini dari Joglo, Meruya, dari Jakarta. Bunga matahari kan hidup di tempat kayak di Jakarta. Ini datang dari Jakarta langsung," ucap Nia.

Selain bunga matahari, Nia juga berjualan bunga teratai.

Puluhan bunga matahari dan teratai itu tampak ditaruh di ember abu-abu besar yang diisi air. Kata Nia, hal tersebut dilakukan agar bunga tak layu hingga tujuh hari ke depan.

"Yang paling laku bunga matahari. Biasanya yang nyari orang untuk wisuda, buat buket bunga, bisa juga untuk papan turut berdukacita," jelas Nia.

Dalam sehari, Nia bisa mengantongi keuntungan hingga Rp 500.000.

Namun, jika sepi pembeli, dia hanya mendapatkan keuntungan sekitar Rp 100.000 saja.

Perempuan asli Sukabumi itu menyampaikan, toko bunganya buka selama 24 jam. 

"Dijaga tokonya gantian, kalau saya siang. Orangtua malam, kan 24 jam buka terus ini mah," ucap dia.

Terkadang, saat sepi pembeli, Nia harus memutar otak untuk mencari pundi-pundi rupiah.

Sehingga ia terpaksa menggunakan uang tabungan, untuk memenuhi kebutuhan di rumah.

"Harapannya paling usaha bisa berkembang. Pengin sih bunga saya diekspor, enggak di sini saja. Harapannya bisa buka toko lain, cuman modalnya belum ada," ungkap Nia sambil berseloroh.

https://megapolitan.kompas.com/read/2023/05/14/17000041/kisah-nia-18-tahun-jadi-pedagang-bunga-di-rawa-belong-raup-untung-hingga

Terkini Lainnya

Heru Budi: Siapa Pun Gubernur Selanjutnya, Jakarta Harus Unggul dari Kota-kota Lainnya di Dunia

Heru Budi: Siapa Pun Gubernur Selanjutnya, Jakarta Harus Unggul dari Kota-kota Lainnya di Dunia

Megapolitan
Heru Budi Ingin Jakarta Gelar Banyak Acara Menarik untuk Pikat Masyarakat Dunia

Heru Budi Ingin Jakarta Gelar Banyak Acara Menarik untuk Pikat Masyarakat Dunia

Megapolitan
PSI Klaim Terima Masukan Masyarakat untuk Usung Kaesang di Pilkada Bekasi

PSI Klaim Terima Masukan Masyarakat untuk Usung Kaesang di Pilkada Bekasi

Megapolitan
Salim Said Akan Dimakamkan di TPU Tanah Kusir Siang Ini, Satu Liang Lahad dengan Ibunda

Salim Said Akan Dimakamkan di TPU Tanah Kusir Siang Ini, Satu Liang Lahad dengan Ibunda

Megapolitan
Pencanangan HUT ke-497 Jakarta, Heru Budi Bagi-bagi Sepeda ke Warga

Pencanangan HUT ke-497 Jakarta, Heru Budi Bagi-bagi Sepeda ke Warga

Megapolitan
Heru Budi Umumkan 'Jakarta International Marathon', Atlet Dunia Boleh Ikut

Heru Budi Umumkan "Jakarta International Marathon", Atlet Dunia Boleh Ikut

Megapolitan
Pencanangan HUT ke-497 Kota Jakarta, Masyarakat Menyemut di Kawasan Bundaran HI sejak Pagi

Pencanangan HUT ke-497 Kota Jakarta, Masyarakat Menyemut di Kawasan Bundaran HI sejak Pagi

Megapolitan
Beda Nasib Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez di Kasus Narkoba: Satu Direhabilitasi, Satu Ditahan

Beda Nasib Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez di Kasus Narkoba: Satu Direhabilitasi, Satu Ditahan

Megapolitan
Simak Penyesuaian Jadwal Transjakarta, MRT, LRT, dan KRL Selama Pencanangan HUT ke-497 Jakarta Hari Ini

Simak Penyesuaian Jadwal Transjakarta, MRT, LRT, dan KRL Selama Pencanangan HUT ke-497 Jakarta Hari Ini

Megapolitan
Catat, Ini 41 Kantong Parkir Saat Acara Pencanangan HUT ke-497 Jakarta di Bundaran HI

Catat, Ini 41 Kantong Parkir Saat Acara Pencanangan HUT ke-497 Jakarta di Bundaran HI

Megapolitan
Pencanangan HUT ke-497 Jakarta di Bundaran HI Hari Ini, Simak Rekayasa Lalu Lintas Berikut

Pencanangan HUT ke-497 Jakarta di Bundaran HI Hari Ini, Simak Rekayasa Lalu Lintas Berikut

Megapolitan
Aksi Nekat Pelaku Curanmor di Bekasi: Beraksi di Siang Hari dan Lepaskan Tembakan Tiga Kali

Aksi Nekat Pelaku Curanmor di Bekasi: Beraksi di Siang Hari dan Lepaskan Tembakan Tiga Kali

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Minggu 19 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Minggu 19 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
Rute KA Kertajaya, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Kertajaya, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Detik-detik Penjambret Ponsel di Jaksel Ditangkap Warga: Baru Kabur 100 Meter, Tapi Kena Macet

Detik-detik Penjambret Ponsel di Jaksel Ditangkap Warga: Baru Kabur 100 Meter, Tapi Kena Macet

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke