JAKARTA, KOMPAS.com - Sebuah rumah di Jalan Otista Raya, RT 04/RW 12, Kelurahan Bidara Cina, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur, menjadi perbincangan di media sosial karena dibobol sekelompok preman.
Rumah yang berada di sebelah kiri Polsek Jatinegara didatangi kira-kira 30 preman pada Kamis (18/5/2023) pagi.
Apin (62) selaku pemilik rumah mengatakan, puluhan preman langsung memasuki rumahnya sekitar pukul 06.00 WIB.
"Jam 06.00 WIB saya bangun tidur. Saya buka pintu, sudah ada orang masuk. Saya tanya mau ngapain dan saya suruh keluar, tapi dia enggak mau," ucap dia di Jatinegara, Jakarta Timur, Selasa (23/5/2023).
Apin mengatakan, ia terbangun lantaran mendengar suara berisik yang berasal dari pintu rumahnya.
Ternyata,kata dia, suara tersebut nyaring terdengar akibat gembok rumah yang dibuka paksa dengan linggis.
Tetangga Apin yang melihat kejadian ini langsung melaporkannya ke Polsek Jatinegara.
"Sementara itu saya pertahankan agar mereka (preman) jangan masuk. Cuma saya enggak bisa karena mereka ada banyak, sekitar 30 orang," ujar Apin.
Namun, Apin yang kalah jumlah tidak berhasil menahan puluhan orang tersebut. Para preman pun "menduduki" rumahnya.
Setelah itu, datang seseorang yang Apin sebut sebagai pengacara yang bertindak selaku kuasa hukum dari "pihak" penyewa para preman itu.
Kemudian Apin dan pengacara itu berbicara di depan Polsek Jatinegara, dengan disaksikan oleh anggota Polri.
Adapun dalam perbincangan itu Apin meminta agar pengacara tersebut menarik keluar para preman dari rumahnya.
"Pas ngobrol sama pengacara di depan polsek, itu ada (polisi). Mereka dengerin, tapi laporan tetangga saya enggak dilanjut. Mereka ingin fasilitasi mediasi dulu antara saya dengan pihak preman," ungkap dia.
Mediasi itu berlangsung alot. Sebab, seseorang yang disebut sebagai pengacara enggan menarik para preman dari rumah Apin.
Tanah diklaim punya penyewa preman
Terkait apa yang menjadi alasan para preman mendiami rumahnya, Apin mengatakan bahwa tanah yang dia tempati saat ini merupakan milik klien sang pengacara.
Apin tidak tinggal diam. Dia melakukan pembelaan dengan tegas menyatakan bahwa orangtuanya sudah tinggal di sana sejak 1958. Bahkan, ia memiliki akta jual beli rumah itu.
"Katanya itu sudah milik mereka. Saya minta bukti, tapi mereka tetap tidak mau (menunjukkan bukti) dan tidak mau keluar dari rumah saya," kata dia.
Sepengetahuan Apin, berdasar perbincangannya dengan pengacara yang turut datang, puluhan preman tersebut diketahui sebagai suruhan seseorang yang memegang proyek pembangunan di Jakarta Timur.
Lebih lanjut mereka mengeklaim memiliki surat yang menyatakan bahwa rumah yang ditempati Apin saat ini adalah milik sang klien.
Namun, menurut dia, hingga saat ini belum ada putusan pengadilan terkait sengketa tanah tersebut.
Apin menduga, proyek pembangunan itu berniat untuk mengambil alih rumahnya tanpa melalui proses hukum.
Sebelum kasus perusakan ini, ia menuturkan, intimidasi sebenarnya sudah terjadi sejak beberapa bulan lalu.
Akan tetapi, intimidasi tidak sampai para preman menerobos ke dalam rumahnya.
Lapor ke polisi
Lantaran laporannya tidak ditanggapi Polsek Jatinegara, Apin pun melapor ke Hotline Polda Metro Jaya pada Kamis pukul 20.50 WIB.
Namun, sepanjang malam itu tidak ada tindaklanjut dari pihak kepolisian.
Walhasil, para preman menduduki rumah Apin sejak Kamis pagi hingga Jumat (19/5/2023) siang, tepatnya sekitar pukul 13.00 WIB.
"Semalaman mereka (preman) sampai bawa dispenser dan bertindak seolah-olah rumah saya itu tempat mereka," terang Apin.
"Seharian itu saya enggak tidur, jaga-jaga di dalam polsek karena enggak tenang. Barang-barang saya enggak ada yang dikeluarin, para preman hanya di dalam rumah aja diem, buat intimidasi," sambung dia.
Preman dikeluarkan
Usai shalat Jumat, sekitar pukul 13.00 WIB, Apin didatangi oleh Kapolsek Jatinegara Kompol Entong Raharja dan Kanit Reskrim Polsek Jatinegara Iptu Ibnu Chairul.
Apin mengatakan, mereka berupaya mengeluarkan para preman dari kediamannya.
"Preman dikeluarin semua, dan (saya) disuruh rumahnya digembok," ucap dia.
Setelah itu, Apin beserta perwakilan para preman dipanggil ke polsek untuk membuat surat pernyataan.
Dalam isi surat pernyataan yang ditandatangani kedua belah pihak, Apin menyatakan tidak akan menuntut para pelaku.
Sementara, kelompok preman berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya kembali.
Masih tinggal di rumah
Sejak para preman dikeluarkan dari rumah Apin pada Jumat siang, ia masih menetap disana.
Sebab, tidak ada preman yang mengintimidasinya dengan mengunjungi rumahnya.
Seluruh keluarga Apin berada di Bali. Ia tidak menampik, keluarganya khawatir dan memintanya kembali ke sana.
"Saya khawatir sebenarnya, tapi jalanin aja tetap tinggal di sini. Untungnya tetangga juga bantu saya, di sebelah juga ada polsek, seharusnya aman-aman aja," ucap Apin.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/05/23/22200361/30-orang-preman-nekat-geruduk-rumah-di-samping-polsek-jatinegara