JAKARTA, KOMPAS.com - Miswadi (52) sudah berjualan di Jalan Bekasi Timur IV, Cipinang Besar Utara, Jatinegara, Jakarta Timur, sejak 1994.
Ia menjajakan beragam jenis minuman di depan pintu masuk Kejaksaan Negeri Jakarta Timur, mulai dari minuman saset, kemasan, hingga es buah.
Pria asal Purbalingga, Jawa Tengah, ini mengungkapkan, selama puluhan tahun tinggal di sana, tawuran baru terjadi sekitar 2020.
Beruntungnya, dagangannya tidak pernah dijarah atau dirusak oleh para pelaku tawuran.
"Alhamdulillah enggak pernah ada yang dicuri atau dirusak. Enggak pernah di luar (berdagang) juga saat tawuran karena sudah tutup dari jam 16.00 WIB," tutur dia di Asrama Leoni Blok C, Cipinang Besar Utara, Jatinegara, Jakarta Timur, Minggu (11/6/2023).
Tawuran biasa terjadi di sepanjang Jalan Bekasi Timur IV, dan jarang sampai memasuki gang menuju perumahan warga.
Lebih lanjut, tawuran lebih sering dimulai pada malam hari atau dini hari.
Sementara itu, Miswadi hanya berjualan di tepi Jalan Bekasi Timur IV pukul 08.00 WIB-16.00 WIB.
Meski dagangannya tidak pernah menjadi korban tawuran, ia sendiri pernah menjadi korban perusakan properti.
Ini terjadi pada 20 Mei 2023 ketika tawuran pecah selama berhari-hari di kawasan itu.
Kala itu, Miswadi baru selesai merapikan dagangannya dan tiba di rumah pukul 16.00 WIB.
Rumahnya berada di kawasan Asrama Leoni Blok C, dan jaraknya hanya sekitar 10 meter dari Jalan Bekasi Timur IV.
"Kemarin Sabtu (20/5/2023), saya sampai rumah jam 16.00 WIB. Baru masuk rumah, baru mau nyolok HP (di-charge), tau-tau dari luar ada teriakan-teriakan," tutur dia.
Miswadi tidak tahu teriakan berasal dari mana. Yang jelas, isinya merupakan ajakan untuk tawuran. Kata-kata kasar terselip di dalamnya.
Saat itu, salah satu rumahnya dalam keadaan setengah terbuka. Sementara pintu di petak kontrakan lain terbuka.
Ia langsung merasa khawatir. Dalam benaknya terbesit bahwa tawuran kali ini akan lebih parah, dan berdampak pada dirinya.
Setiap aksi tawuran terjadi, Miswadi menyempatkan diri untuk mengintip ke arah Jalan Bekasi Timur IV dari dalam rumahnya.
Namun, kali ini ia langsung menutup pintu rumah. Sementara pintu pada petak kontrakan lainnya terlupakan di tengah kepanikan.
"Saya kaget, sudah dengar bunyi lemparan batu. Untungnya pintu saya tutup dan kunci, saya bersembunyi di balik pintu. Tahu-tahu kaca jendela ditimpukin," ungkap Miswadi.
Mulanya, sekelompok remaja melempari kaca jendela itu menggunakan bebatuan kecil.
Lantaran kaca tidak kunjung pecah, mereka melemparkan sebongkah batu bata.
"Selain kaca, tiga termos plastik saya pecah. Termos beling pecah satu. Setelah dilempari dan mereka kabur, saya cek ke sebelah. Oh, mesin cuci yang di luar dan kaca jendela rumah saya aman," tutur Miswadi.
Saat ini, kaca jendela Miswadi masih dalam keadaan pecah.
Ia belum sempat menggantinya, sehingga area yang pecah hanya ditutup sebuah papan tripleks dari dalam.
Sebagai informasi, sebagian besar orang lebih mengenal Jalan Bekasi Timur IV sebagai Gang Mayong.
Mayong sebenarnya adalah nama salah satu gang di RW 07, dekat Jalan Bekasi Timur IV.
Namun, tawuran sering terjadi di jalanan itu antara warga Gang Mayong dari RW 07 dan warga dari RW 08. Karena itu, kawasan tersebut sering dilabeli Gang Mayong.
Tawuran besar terbaru terjadi pada 20-21 Mei lalu. Tawuran pertama terjadi pada Sabtu sekitar pukul 15.45 WIB. Pemuda RW 07 disebut menyerang pemuda RW 08.
Dua orang mengalami luka serius akibat disabet senjata tajam sehingga harus dirawat intensif di Rumah Sakit Persahabatan.
Kemudian, tawuran berlanjut pada Minggu pukul 16.00 WIB. Aksi tersebut menyebabkan terbakarnya kendaraan roda dua dan sangkar burung.
Atas peristiwa itu, polisi meringkus total tujuh orang yang terlibat penganiayaan dan perusakan kendaraan.
Rupanya ada pelaku yang bukan berdomisili di daerah itu, melainkan di Matraman dan Kampung Makassar.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/06/13/10240521/berjualan-sejak-1994-di-gang-mayong-warga-bersyukur-dagangannya-tak