Pasalnya, akses rumah Ngadenin ditutup tembok hotel setinggi 15 meter lebih sejak tiga tahun lalu sehingga tidak mudah baginya untuk pulang ke rumah.
"Waduh temboknya ini tinggi sekali, kurang lebih 15 meter," kata Ngadenin kepada Kompas.com, Minggu (9/7/2023).
Di bagian depan, samping, hingga belakang rumah Ngadenin berdiri dinding menjulang yang merupakan bangunan hotel empat lantai.
Satu-satunya akses jalan menuju rumah adalah dengan melewati got atau selokan selebar dua meter.
Itupun, Ngadenin harus melewati jendela rumah tetangganya, Peni, lalu keluar pintu dan menuju rumahnya.
"Aksesnya sudah ditutup total, satu-satunya jalan kita melewati got dan harus melewati rumah Bu Peni," kata Ngadenin.
Untuk bisa mencapai ke rumahnya, Ngadenin harus mengenakan sepatu boots agar terhindar dari risiko kaki terluka.
Pasalnya, kondisi got dipenuhi dengan limbah. Bukan hanya limbah plastik, tetapi juga pecahan beling, paku, batu, dan kawat tajam.
Saat melewatinya, kedua tangan Ngadenin juga harus berpegangan tembok yang menjulang tinggi di kiri dan kanan.
Ngadenin berjalan perlahan, ia khawatir terpeleset atau menginjak pecahan beling dan paku yang bisa melukai kakinya.
Pilih mengungsi
Sulitnya akses menuju rumah membuat Ngadenin dan istrinya, Nur (55) memilih mengungsi karena sudah tidak kuat lagi tinggal di rumah tersebut.
Ngadenin dan Nur yang berjualan tongseng tak jauh dari rumah itu merasa lelah jika pulang ke rumah.
"Sudah kelelahan kalau mau pulang. Got ini kalau menurut saya kan rawan, ada paku, dan beling, kawat nonjol begitu," ucap dia.
Pada akhirnya, Ngadenin, Nur, dan kelima anaknya tinggal warung yang berlokasi tak jauh dari rumahnya.
"Takut di got ada ular, memang saya belum temui, tapi saya sudah ngeri. Akhirnya saya memutuskan tidur (tinggal) di warung," kata dia.
"Akhirnya saya memutuskan untuk tidur (tinggal) di warung," sambung Ngadenin.
Sedihnya lagi, Ngadenin harus berpisah dengan kelima anaknya yang memilih untuk menyewa kos karena tak cukup tinggal di warung.
Diancam pihak hotel
Ngadenin mengaku sudah tinggal di daerah Pondok Gede sejak 1999 atau 24 tahun lalu. Semula, dia tinggal tepat di pinggir jalan raya.
Bagian depan dibuat untuk berdagang sate dan tongseng. Sementara itu, rumahnya berada di bagian belakang, menyatu dengan kedainya.
Namun, selang beberapa lama kemudian, tetangga Ngadenin yang berjualan ayam bakar menjual lahannya ke pengusaha hotel.
Ngadenin lalu dipaksa dengan ancaman apabila tidak menjual lahan kepada pengusaha hotel. Tak punya kuasa, Ngadenin akhirnya menyerah.
"Saya ditakut-takuti kalau enggak mau jual ke dia (pemilik hotel), nanti saya ditakut-takuti akan dikurung, ditutup (akses jalan) akhirnya saya nyerah," tutur Ngadenin.
Sedihnya, harga jual yang ditawarkan pihak hotel tidak seberapa. Ngadenin hanya bisa membeli rumah kecil yang tak jauh dari lokasi.
"Ditawar harganya sangat sangat rendah, tidak sesuai kalau buat beli rumah pengganti enggak dapet, setengah saja enggak dapat," kata dia.
Semula terdapat akses jalan
Ngadenin membeli rumah yang kini aksesnya telah ditutup. Saat awal membeli dan tinggal selama 10 tahun, akses jalan masih tersedia.
Kemudian, para pemilik lahan di sekitar rumahnya menjual ke pihak hotel, termasuk juga tanah wakaf yang dijual.
"Saya beli di sini awalnya ada jalan, katanya sudah diwakafkan, tapi akhirnya dijual semua ke hotel sama jalannya saya enggak tahu," ucap dia.
Penutupan akses terjadi selama tiga tahun. Pihak hotel menutup jalan tanpa memberitahu Ngadenin dan keluarganya.
Selain Ngadenin, terdapat dua orang tetangganya yang bernasib serupa. Namun satu di antaranya telah menjual rumahnya ke pihak hotel.
Kini, hanya tersisa rumah Ngadenin dan Peni. Ngadenin tidak lagi menempati rumahnya lantaran kondisinya sudah tidak layak huni. Begitu juga dengan Peni.
"Tadinya ada tiga rumah, tapi sekarang hanya sisa dua, rumah saya dan Bu Peni. Rumah Pak Marno sudah dijual," kata Ngadenin.
(Penulis: Firda Janati | Editor: Icha Rastika, Jessi Carina).
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/07/10/12230891/fakta-akses-rumah-lansia-di-bekasi-ditutup-tembok-hotel-harus-lewati-got