Korban meninggal lantaran sesak napas usai terlalu banyak menghirup gas karbon dioksida dari asap kebakaran.
Ibunda Afriyanto, Maemanah, berujar bahwa anaknya juga memuntahkan cairan berwarna hitam.
"Iya, memang lagi madamin api. Sempat (dirawat) sebentar di UGD. Sempat begitu saja, terus langsung enggak lama enggak ada (meninggal)," ujar Maemanah saat ditemui Kompas.com di kediamannya, Senin (10/7/2023).
Sebelum mengembuskan napas terakhirnya, korban menolong warga lain untuk memadamkan si jago merah.
Maemanah mengatakan, anaknya itu bergegas menuju lokasi kebakaran yang berada di belakang rumahnya.
"Menurut teman-temannya sempat jatuh, tetapi dia bangun lagi. Terus dia sempat ngoceh-ngoceh karena pemadam terlambat datangnya," kata Maemanah.
Perempuan berusia 63 tahun itu sesekali menghapus linangan air matanya.
Dengan suara bergetar, Maemanah menyampaikan bahwa anaknya sempat mengamuk saat akan dirawat di Puskesmas Tambora.
"Sempat dia ngamuk enggak mau, kayak orang udah pasrah kata suster-suster di situ. Kayaknya anaknya sudah pasrah, dirawat enggak mau," jelas dia.
Maemanah tak kuasa menahan air matanya selama menceritakan kondisi sang putra saat peristiwa nahas itu terjadi.
Pemuda yang sehari-hari bekerja sebagai pengemudi ojek tersebut dikenal sebagai sosok yang rajin.
"Ini (korban) nolong yang di belakang. Saya sudah (ngungsi) di sekolahan kan singgahnya. Dalam hati saya kok enggak enak banget perasaan, namanya anak kan," ungkap dia.
Saat itu Maemunah mendengar Afriyanto pingsan di lokasi kejadian sekitar pukul 22.00 WIB. Korban kemudian dibawa ke posko pengungsian di Kompleks SDN Duri Utara 1-6.
"Belakang tubuhnya pada luka karena kena reruntuhan itu. Dia langsung (mengatakan), 'Mama sudah enggak usah ke mana-mana, di sekolahan aja. Afri enggak apa-apa di sini'," tutur Maemanah menirukan perkataan sang anak.
Tak ada lagi komunikasi antara anak dan ibu tersebut. Afriyanto hanya menitipkan ibundanya kepada warga, sedangkan dirinya masih berjibaku memadamkan api.
"Memang dia bilang, 'Mama gue mana, mama gue tolongin, tolongin mama gue ya', dia sempat ingat ke saya," sebut Maemanah.
Kini, percakapan terakhir itu menjadi momori terakhir dia bersama sang anak.
Sebelumnya, Kapolsek Tambora Kompol Putra Pratama mengatakan, kebakaran menyebabkan satu orang tewas, yakni Afriyanto.
Afriyanto disebut menghembuskan napas terakhirnya saat dibawa ke puskesmas.
"Korban saat itu mengalami sesak napas (saat kebakaran terjadi). Dia lantas dilarikan ke Puskesmas Tambora untuk mendapat pertolongan, tetapi nyawanya sudah tak tertolong dalam perjalanan," kata Putra saat dikonfirmasi, Minggu (9/7/2023).
Selain korban tewas, ada dua korban yang mengalami luka-luka, yakni Adit (24), petugas PPSU Kelurahan Pasar Baru yang mengalami luka bakar di bagian telapak kaki.
Korban berikutnya yakni Ketua RT 002 bernama Abi Sudrajat. Abi menderita luka sobek akibat pecahan kaca.
Adapun kebakaran terjadi di Jalan Duri Utara, Gang Lontar, RW 05 dan RW 07 sekitar pukul 18.00 WIB. Kebakaran ini diduga akibat korsleting.
Putra menyebutkan, dari data sementara, kebakaran setidaknya menghanguskan 94 rumah, 152 KK terdampak dengan total 537 jiwa.
"Hampir empat jam proses pemadaman oleh 26 unit mobil pemadam kebakaran dan 150 personel Damkar," jelas Putra.
Sejauh ini, para warga yang terdampak mengungsi di posko Kompleks SDN Duri Utara 1-6.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/07/10/19121491/kisah-afriyanto-tewas-karena-sesak-napas-saat-bantu-padamkan-kebakaran-di