Salin Artikel

Jeritan Warga Tiap Hari Terpapar Polusi Udara: Cuaca Panas dan Mata Perih Saat Berkendara

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah warga yang tinggal di DKI Jakarta ikut berkomentar soal buruknya kualitas udara. Salah satunya adalah Arizal (41).

Pria yang sehari-hari bekerja sebagai pengemudi ojek online (ojol) ini menuturkan, kabut polusi yang ada di udara Jakarta terlalu tebal.

"Cuaca semakin panas. Pas lagi di jalan, selain panas, asapnya terlalu berkabut," kata Rizal saat ditemui Kompas.com di Jalan Dogon Raya, Pondok Kelapa, Jakarta Timur, Senin (14/8/2023).

Kabut yang tebal itu juga kerap membuat matanya perih ketika berkendara.

Sebagai pekerja yang sehari-hari berada di luar ruangan, dirinya mengaku khawatir jika kondisi udara ini tidak menjadi perhatian serius bagi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Terlebih, pria asal Jakarta Timur itu masih mempunyai anak yang masih kecil.

"Khawatir dong kalau udaranya begini terus-terusan," kata Arizal.

Seorang warga lain, yaitu Abdul Malik (58) yang merupakan seorang pedagang kaki lima juga mengatakan hal yang sama.

Menurut Abdul, polusi udara di Jakarta belakangan ini memang sedikit berbeda dibanding biasanya.

Abdul pun ingin agak pihak Pemprov DKI Jakarta mau lebih serius menangani permasalahan udara yang sedang buruk.

"Ya, taman-taman dulu diperbanyak. Biar pohon juga jadi banyak dan udara lebih sejuk," kata dia.

Kualitas udara yang buruk di DKI Jakarta belakangan ini menjadi sorotan. Di Senin (14/8/2023) pagi misalnya, DKI Jakarta duduk di nomor empat kualitas udara yang buruk di dunia.

Dikutip dari laman IQAir, kualitas udara di Ibu Kota terpantau masih masuk kualitas tidak sehat pada Senin pagi ini.

Pada pukul 08.22 WIB, nilai indeks kualitas udara Ibu Kota tercatat di angka 153 AQI US dengan ukuran polutan utamanya PM2.5.

Adapun konsentrasi polutan tertinggi dalam udara DKI Jakarta hari ini PM 2.5. Konsentrasi tersebut 11,9 kali nilai panduan kualitas udara tahunan World Health Organization (WHO).

Sedangkan suhu di Jakarta pagi ini adalah 28 derajat celsius dengan kelembapan 63 persen, gerak angin 7,4 km/h, dan tekanan sebesar 1015 milibar.

Situs ini juga merekomendasikan masyarakat untuk mengenakan masker, menyalakan penyaring udara, menutup jendela, dan hindari aktivitas outdoor.

Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), polusi udara di Jakarta paling banyak disumbang oleh sektor transportasi (44 persen), industri energi (31 persen), dan domestik perumahan (14 persen). Kemudian disusul industri manufaktur (10 persen) dan sektor komersial (1 persen).

https://megapolitan.kompas.com/read/2023/08/14/12295061/jeritan-warga-tiap-hari-terpapar-polusi-udara-cuaca-panas-dan-mata-perih

Terkini Lainnya

Tangis Haru dan Sujud Syukur Casis Bintara yang Dibegal Usai Diterima Kapolri Jadi Polisi...

Tangis Haru dan Sujud Syukur Casis Bintara yang Dibegal Usai Diterima Kapolri Jadi Polisi...

Megapolitan
Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Megapolitan
Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

Megapolitan
Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Megapolitan
Pria di Kali Sodong Dibunuh 'Debt Collector' Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Pria di Kali Sodong Dibunuh "Debt Collector" Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Megapolitan
KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

Megapolitan
PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

Megapolitan
Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Megapolitan
'Bullying' Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

"Bullying" Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

Megapolitan
KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

Megapolitan
Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Megapolitan
Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke