JAKARTA, KOMPAS.com - Puluhan sopir truk mendatangi Istana Negara, Jakarta Pusat, pada Selasa (8/5/2018). Kedatangan mereka untuk mengeluhkan pungutan liar (pungli) yang mereka alami selama ini.
Presiden Joko Widodo mengaku kaget saat itu. Pungli ini terjadi di lintas Sumatera mulai dari Aceh hingga Lampung. Ada juga yang mengeluhkan pungli oleh preman di Samarinda-Balikpapan.
Bahkan, pungli oleh preman ini juga terjadi di wilayah Jakarta dan sekitarnya, seperti di Marunda dan Cakung-Cilincing.
Jokowi lalu meminta Menteri Perhubungan Budi Karya dan Wakil Kepala Polri saat itu, Komisaris Jenderal Syafruddin, yang hadir dalam pertemuan itu untuk segera menindaklanjuti keluhan yang disampaikan para sopir truk.
Ia meminta preman-preman yang selama ini memalak sopir truk untuk ditindak. Begitu pula apabila ada oknum polisi atau petugas dinas perhubungan yang bermain.
"Disikat semuanya," tegas Presiden Jokowi lima tahun lalu.
"(Pungli) menyebabkan biaya tinggi ongkos transportasi kita, cost-cost tambahan yang seharusnya tidak perlu," kata Jokowi lagi.
Jokowi telepon Kapolri
Keluhan serupa timbul lagi tiga tahun setelahnya. Jokowi kembali mendapatkan laporan adanya pungli terhadap sopir truk. Kali ini terjadi di wilayah pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara.
"Jangan sampai ada yang mengeluh karena banyaknya pungutan, itu yang mau saya kejar kalau ada," kata Jokowi, Kamis (10/6/2021).
Para pengemudi mengeluhkan soal aksi pemalakan, penodongan hingga pembegalan yang mereka hadapi. Usai mendengar keluhan itu, Jokowi pun langsung menelepon Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
Di hadapan para pengemudi truk kontainer, Jokowi meminta Kapolri menindak kriminalitas yang ada di kawasan Terminal Pelabuhan Tanjung Priok.
Instruksi Presiden Joko Widodo untuk memberantas pungutan liar di Pelabuhan Tanjung Priok langsung disambut dengan gerak cepat oleh kepolisian.
Sehari setelah instruksi itu diberikan, polisi langsung mengumumkan penangkapan puluhan pelaku pungli yang ada di Tanjung Priok.
Puluhan orang yang ditangkap itu merupakan karyawan PT hingga preman yang biasa menjalankan aksi pungli di kawasan industri tersebut.
Satu bulan kemudian, premanisme terhadap sopir truk kembali terjadi di wilayah Jakarta Utara kembali menimpa sopir truk walau polisi sebelumnya secara maraton menangkap para preman.
Belum berakhir
Pungutan liar terhadap sopir truk kembali dibicarakan di jagat maya. Sebuah video viral di media sosial menampilkan pemalakan terhadap sopir truk saat melewati wilayah Babelan, Kabupaten Bekasi.
Aksi pungli tersebut direkam langsung oleh sopir truk. Videonya viral setelah diunggah di akun Instagram @bekasi24jamcom.
Dikatakan sopir truk dalam video itu, para pelaku juga kerap melakukan kekerasan kepada para sopir yang menolak memberikan uang.
"Enggak ngasih? Maki-maki sopirnya. Ngelawan? Gebukin," ujar sopir dalam video tersebut.
Video viral tersebut akhirnya didengar oleh aparat Kepolisian Resor (Polres) Metro Bekasi. Polisi kemudian turun tangan menangkap 13 pelaku.
Meski begitu, polisi tetap memantau dan memproses para pelaku pungli sesuai hukum yang berlaku.
"Sudah selesai pengambilan keterangan. Mereka diperbolehkan pulang. Intinya kami proses sesuai prosedur yang berlaku," ucap Kepala Seksi Humas Polres Metro Bekasi AKP Hotma Sitompul.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/09/27/06350071/sulitnya-sopir-truk-lepas-dari-jerat-pungli-padahal-jokowi-sudah