JAKARTA, KOMPAS.com - Turunnya hujan pada Sabtu (4/11/2023) di sejumlah wilayah Jakarta jadi penanda berakhirnya musim kemarau panjang yang sudah berlangsung berbulan-bulan.
Hawa panas yang sudah lama menyekap seakan hilang dan berganti dengan sejuknya udara hari itu. Namun, hal itu tak berlaku di beberapa wilayah Ibu Kota.
Hujan yang turun semalam berujung genangan di beberapa sudut kota. Persiapan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyambut musim penghujan tak menghindarkan Ibu Kota dari banjir.
Minggu pagi (5/11/2023) sudah ada 19 titik yang dilaporkan tergenang akibat luapan kali dan hujan deras. Angka itu terus bertambah.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta Isnawa Adji mengatakan, Jakarta Selatan menjadi wilayah yang paling banyak terendam banjir, yakni sembilan rukun tetangga (RT).
Sebanyak tujuh RT juga terendam banjir di Jakarta Timur dan tiga RT di Jakarta Barat. Genangan diklaim cepat surut pada Minggu pagi itu. "Situasi sudah kering seluruhnya," ucap Isnawa, Minggu.
Kalang kabut
Hingga Minggu sore, nyatanya titik banjir terus bertambah. BPBD DKI Jakarta mencatat ternyata ada 54 RT di Ibu Kota yang tergenang banjir kemarin.
Kendati begitu, Isnawa mengatakan sudah sebagian air yang surut sehingga tinggal 18 RT di Jakarta yang masih terdapat genangan.
"Saat ini menjadi 0,058 persen dari 30.772 RT yang ada di wilayah DKI Jakarta," ujar Isnawa.
Sebagian warga Jakarta kalang kabut melihat genangan akibat hujan sehari itu. Ketua RT 02 RW 07 Kelurahan Rawajati Maman mengibaratkan hujan tadi malam bak pisau bermata dua.
Di satu sisi, hujan menjadi rezeki bagi warga yang telah mengalami kekeringan akibat kemarau panjang. Namun, di sisi lain, hujan menyebabkan banjir.
"Yah, baru dikasih hujan, eh sekaligus langsung banjir," kata Maman saat ditemui di Rawajati, Minggu.
Sekitar 80 keluarga di RT 02 RW 07 Rawajati terdampak banjir ini. Sejumlah orang mengevakuasi barang-barang pribadinya ke kolong Flyover Kalibata, yang posisinya lebih tinggi dari rumah mereka.
Tak hanya di Rawajati. Banjir juga menggenang di Kampung Melayu, Jatinegara. Lebih kurang ada 150 kepala keluarga (KK) terdampak banjir di Jalan Kebon Pala 2, RT 13 RW 4.
Ketua RT 13 Jalan Kebon Pala Sanusi mengatakan, ada sekitar 53 rumah atau hampir semua rumah warganya tergenang banjir pada Sabtu malam.
"Selesai hujan, air datang. Saya lihat di Katulampa kan statusnya siaga 3, di Depok sama juga," terang dia.
Menurut Sanusi, kemarin sore air sudah surut di angka 35 sentimeter. Namun, menjelang petang air kembali naik ke angka 50 sentimeter.
Sodetan Ciliwung dipertanyakan
Sanusi mempertanyakan fungsi proyek Sodetan Ciliwung yang belum lama ini diresmikan Presiden Joko Widodo. Proyek itu disebut dapat menuntaskan 62 persen banjir di Jakarta.
Mega proyek sodetan berbentuk terowongan dengan panjang mencapai 1.268 meter itu, seharusnya dapat mengalirkan air dengan volume 60 meter kubik per detik.
Proyek ini resmi berjalan pada (31/7/2023) lalu. Namun, mega proyek yang menghabiskan dana lebih dari Rp 1 triliun ini belum dirasa efektif bagi warga Jalan Kebon.
Kawasan ini terendam banjir selama 12 jam lebih. Malahan, tingginya volume air bukan disebabkan hujan deras yang mengguyur Jakarta (4/11/2023) lalu, tetapi karena banjir kiriman.
"Apalagi kan sodetan katanya sudah jadi, buktinya banjir lagi," ucap Sanusi.
Daripada menunggu sodetan, warga RT 13 Jalan Kebon Pala menyarankan agar normalisasi Kali Ciliwung dapat dilakukan secepatnya.
"Warga sih meminta secepatnya normalisasi Kali Ciliwung dibangun. Mungkin dengan (normalisasi Kali Ciliwung) banjir bisa ditanggulangi," tambah dia.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/11/06/08300571/kalang-kabut-warga-ibu-kota-saat-banjir-padahal-baru-diguyur-hujan-sehari