Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kopaja, Hanoi, dan Rasa Minder Jokowi

Kompas.com - 06/09/2013, 08:10 WIB
Alsadad Rudi

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
— Peristiwa miris akibat buruknya sistem angkutan umum di Jakarta kembali terjadi. Kali ini, kecelakaan yang menyebabkan maut itu terjadi di Jalan Daan Mogot, tepatnya di kawasan Jembatan Gantung, Cengkareng, Jakarta Barat, Rabu (4/9/2013) malam.

Akibat ulah dua sopir bus kopaja—masing-masing bernomor polisi B 7357 LE dan B 7762 DG yang saling kebut-kebutan, dua nyawa melayang, yaitu seorang kondektur kopaja 95 yang identitasnya belum diketahui dan seorang penumpang bernama Yuliani Rumiris (19), warga Pangkalan, Kalideres. Sementara tiga lainnya luka-luka.

Pasca-kejadian itu, kedua sopir justru kabur dan masih buron sampai saat ini. Sementara itu, sekitar akhir Juli 2013 lalu, tepatnya pada Selasa (23/7/2013) sore, sebuah bus metromini bernomor polisi B 7669 AS menabrak tiga siswi SMP di Jalan Pemuda, tak jauh dari Halte Transjakarta Layur, Rawamangun, Jakarta Timur.

Berdasarkan pemeriksaan, bus tersebut dalam kondisi tidak laik jalan. Rem dan kopling bus hanya diikat karet ban dalam. Si sopir metromini, WAS (35), ternyata juga tidak memiliki surat izin mengemudi (SIM).

Kedua peristiwa tersebut tentu saja sudah cukup untuk menggambarkan betapa amburadulnya sistem manajemen transportasi publik, khususnya bus sedang di Jakarta. Selain karena bus yang tak laik karena sudah beroperasi sejak 20-30 tahun lalu, perilaku sopir juga menjadi penyebab utama seringnya terjadi kecelakaan maut.

Karena itu, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo sempat berulang kali melontarkan keinginannya membentuk sebuah badan usaha milik daerah (BUMD) yang khusus mewadahi bus-bus sedang seperti kopaja dan metromini.

Hanoi lebih berkembang

IST Hanoi terus berusaha memperbaiki sistem transportasinya dengan membangun 3 line MRT sekaligus.


Di era kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin (1966-1977), Jakarta berkembang menjadi kota metropolitan modern, bersaing dengan kota-kota lain di luar negeri. Sementara itu, dalam kurun waktu yang relatif sama, ibu kota Vietnam, Hanoi (masih Vietnam Utara ketika itu), masih dalam situasi kacau akibat diobok-obok dua negara adikuasa, Amerika Serikat dan Uni Soviet, dalam perang Vietnam.

Namun saat ini, menurut pengamat transportasi Danang Parikesit, Jakarta hampir disalip oleh Hanoi untuk urusan penyediaan transportasi publik. Bagaimana tidak, Hanoi saat ini sedang membangun tiga rute mass rapid transit (MRT), sedangkan Jakarta belum memulai sama sekali proyek yang sudah dicanangkan sejak 24 tahun lalu itu.

"Di Hanoi, mereka sedang membangun tiga MRT sekaligus, ini menjadi catatan penting. Jelas menunjukkan bahwa transportasi kita (Jakarta) tidak sebaik kota-kota di Asia ataupun Asia Tenggara," kata Guru Besar Transportasi Universitas Gadjah Mada ini, Selasa (9/7/2013).

Jokowi minder

KOMPAS IMAGES/VITALIS YOGI TRISNA Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo ketika menghadiri rapat koordinasi regional (rakonreg) II perumahan dan kawasan permukiman tahun 2013 di Hotel Sultan, Jakarta Selatan, Jumat (15/3/2013).


Saat menjadi pembicara pada kuliah umum di Magister Manajemen Universitas Indonesia, Senin (8/7/2013), Jokowi mengaku minder jika bertemu gubernur dari negara lain, ketika urusannya membicarakan soal transportasi publik.

Menurutnya, meskipun Jakarta lebih dahulu merencanakan pembangunan MRT, tetapi Singapura, Kuala Lumpur, dan Bangkok malah lebih dahulu mewujudkannya. Padahal, kata Jokowi, mereka baru merencanakan pembangunan MRT belasan tahun lalu, sedangkan Jakarta sudah puluhan tahun lalu.

"Kalau ketemu sama gubernur negara lain, mereka sudah cerita MRT, monorel. Lah, kita mau cerita bus saja enggak bisa, masa' cerita kopaja," ujarnya.

Para pengamat transportasi berpendapat, untuk menyelesaikan permasalahan kemacetan di sebuah kota adalah dengan membangun transportasi publik yang nyaman dan aman. Hal itu sejalan dengan pernyataan Wali Kota Bogota Gustavo Petro yang menyatakan, "Kota yang maju bukan tempat di mana orang miskin dapat membeli mobil, tetapi tempat di mana orang kaya menggunakan transportasi publik."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com