Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DPRD DKI Desak Jokowi Respons "Bau Busuk" PD Dharma Jaya

Kompas.com - 08/10/2013, 07:59 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — "Bau busuk" di salah satu badan usaha milik daerah (BUMD), PD Dharma Jaya, direspons oleh DPRD DKI Jakarta. Para wakil rakyat itu pun mendesak Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta menindaklanjuti temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI Perwakilan Provinsi DKI yang mensinyalir adanya pengeluaran anggaran yang tak bisa dipertanggungjawabkan oleh PD Dharma Jaya.  

"Gubernur dan inspektorat harusnya melakukan tindak lanjut. Mereka harus cari tahu, mengapa ada dana yang tak bisa dipertanggungjawabkan," ujar Ketua Komisi A DPRD DKI Ida Mahmuda saat dihubungi Kompas.com pada Senin (7/10/2013).

Politisi dari PDI Perjuangan tersebut mengaku, DPRD DKI belum mendapatkan laporan soal audit BPK RI Perwakilan Provinsi DKI atas PD Dharma Jaya itu.

Ia berharap, Pemprov DKI memberikan hasil audit kepada DPRD agar langkah selanjutnya bisa diambil. "Peristiwa ini baru kali pertama terjadi. Di tahun-tahun sebelumnya, hasil audit BPK RI terhadap BUMD Pemprov DKI hasilnya bagus-bagus," ujar Ida.

Wakil Ketua DPRD DKI Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Tri Wisaksana mengungkapkan hal serupa. Ia menyayangkan Pemprov DKI ataupun BPK RI Perwakilan Provinsi DKI tidak segera melaporkan audit keuangan tersebut kepada DPRD. Padahal, penyerahannya telah dilaksanakan pada awal tahun 2013 lalu.

"Seperti temuan-temuan BPK provinsi yang lain, harusnya segera dilaporkan supaya kita pun bisa merespons, menindaklanjuti gimana selanjutnya," ujarnya.

Kendati demikian, Tri Wisaksana tetap berharap bahwa tidak ada persoalan serius dari hasil audit BPK RI Perwakilan Provinsi DKI itu. Ia berharap persoalan yang terjadi hanya urusan administrasi.

Secara umum, pria yang akrab disapa Sani ini melanjutkan, dia melihat bahwa memang kesalahan manajemen terjadi dalam BUMD yang mengurusi peredaran daging sapi di Jakarta tersebut, dan mereka tak menerapkan asas good governance.

Ia berharap eksekutif memerger PD Dharma Jaya dengan PD Pasar Jaya agar roda perusahaan jauh lebih maksimal. "Jadi yang mengurus pangan, kebutuhan pokok, biar satu BUMD saja. Semua terintegrasi, enggak kayak sekarang," lanjut Sani.

Sebelumnya diberitakan, BPK RI Perwakilan Provinsi DKI menemukan adanya pengeluaran dana yang tak dapat dipertanggungjawabkan di tubuh PD Dharma Jaya. Hasil audit itu pun telah disampaikan kepada Pemprov DKI. "Kita menemukan ada masalah serius di tubuh PD Dharma Jaya. Ada transaksi dana dalam jumlah besar yang tak dapat dipertanggungjawabkan," tekan Kepala BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Blucer W Rajagukguk, Senin kemarin.

PD Dharma Jaya adalah salah satu BUMD milik Pemprov DKI yang menyediakan dan menampung ternak potong, serta mengelola rumah potong hewan dan pemotongan ternak, penyediaan tempat penyimpanan daging, pendistribusian sekaligus pemasaran daging.

BUMD yang dibentuk melalui Perda DKI Jakarta Nomor 5 Tahun 1985 Tanggal 15 Juni 1985 itu bertujuan membantu dan menunjang kebijaksanaan umum Pemda DKI dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya konsumen daging dan petani ternak.

Berdasarkan profil dari BPK RI, BUMD yang memiliki satu anak perusahaan itu tak memberi kontribusi satu rupiah pun ke dalam pendapatan asli daerah. Oleh sebab itu, pada awal Agustus 2013, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo melontarkan wacana untuk menutup BUMD PD Dharma Jaya.

Tak hanya soal nihilnya kontribusi BUMD yang mengklaim menguasai 20 persen peredaran daging sapi di Jakarta, tindak korupsi juga diduga kuat terjadi di sana.

Hal itu diungkapkan Wakil Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama saat menerima petugas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Senin, 29 Juli 2013 lalu. "Kita bicara sapi sama KPK. Ada permasalahan dalam suplai dan distribusi daging. Saya belum tahu persis di mana masalahnya dan mengarah ke mana. Tapi KPK punya dugaan kuat soal korupsi," kata Basuki.  

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com