Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi "Raja Pesta" dan Mimpi Arie yang Berkelir

Kompas.com - 14/10/2013, 08:38 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — DKI Jakarta kota pesta. Kalimat tersebut tampaknya cocok menggambarkan wajah Ibu Kota terkini di bawah kepemimpinan Gubernur DKI Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama.

Baru setahun menjabat, lebih dari 40 acara berbasis kesenian dan kebudayaan diselenggarakan. Sebut saja mulai Jakarta Night Festival atau malam muda mudi, Jakarnaval, dan sederet acara lain yang menyedot masyarakat. Kondisi tersebut membuat sang pelaksana, Arie Budiman, sebagai Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jakarta, merasa puas. Mimpinya menjadikan Jakarta sebagai pusat hiburan masyarakat bukan hanya lokal, melainkan nasional dan juga internasional, semakin berkelir.

Konsepnya membangun kota dengan ideologi kebudayaan dan dengan paradigma pariwisata diterima dan diakomodasi dengan baik oleh Gubernur beserta Wakilnya. Lantas, bagaimana cerita pria dengan pendidikan terakhir bergelar doktor di Universitas Padjadjaran, Bandung, jurusan Manajemen Bisnis tersebut melakukan tugasnya? Apa bedanya dengan era gubernur dan wakil gubernur sebelumnya? Serta apa saja kendala dalam mewujudkan mimpinya?

KOMPAS.com/FABIAN JANUARIUS KUWADO Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (dua dari kanan) dan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Arie Budiman (kanan) menghadiri acara Jakarta International Performing Art di Monumen Nasional, Sabtu (29/9/2013).


Berikut petikan bincang-bincang Kompas.com dengan Arie Budiman beberapa waktu lalu di kantornya.

Apa konsep pariwisata Jakarta yang Bapak tawarkan ke Gubernur dan Wakil Gubernur yang baru ini? 

Persepsi saya, membangun kota ini, ideologinya kebudayaan dan paradigmanya, yakni pariwisata. Konsepnya simpel, bagaimana membangun titik-titik turistik di kota ini, dari yang terkecil hingga dalam skala besar.

Misalnya trotoar. Kalau tidak nyaman, tidak aman, masyarakat mana mau berjalan di sana. Padahal, kalau kita tata, kita kasih tukang jualan yang manajemennya bagus, itu pasti akan menarik orang untuk berkunjung. Pariwisata adalah bagaimana akumulasi servis yang terbaik dalam melayani manusia. Kota ini akan selalu menjadi tempat pertemuan manusia karena manusia di seluruh dunia bergerak dengan segala motivasinya.

Misalnya motivasi bisnis, liburan, sekolah, berobat, dan sebagainya. Nah, di tujuan-tujuan itulah titik turistik tadi harus ada. Semua harus difasilitasi, mulai dari jalan raya, trotoar, (pedagang kaki lima (PKL)-nya, tempat tinggal, dan lain-lain.

Apa strategi Bapak sebagai Kadis Pariwisata dan Kebudayaan Jakarta untuk mewujudkan konsep besar tersebut?

Jakarta, tidak lepas dari Indonesia yang tidak lain adalah keberagaman. Strateginya adalah gimana mengembangkan, seperti yang Gubernur sering katakan, pembeda antara Jakarta dan lainnya, membangun city branding. Salah satunya ialah melalui konteks festival berbasis kebudayaan, ya pesta-pesta itu, mulai dari musik, seni rupa, tarian tradisional, seni kontemporer, yang kelasnya tak cuma lokal atau nasional, tapi juga internasional.

Konkretnya, ada stakeholder yang kita dorong, komunitas seniman, pelaku-pelaku industri budaya, industri pariwisata. Dampaknya bukan hanya pengembangan kebudayaan, melainkan juga sebagai generator ekonomi utama Kota Jakarta. Bayangkan, kalau ada sebuah festival atau acara kan dari kelas kaki lima sampai hotel berbintang bergerak semuanya jadi bagian dari aktivitas itu.

Jika semua sudah stabil, itu akan menjadi faktor penarik orang-orang datang ke Jakarta, nikmati Jakarta dengan pesta-pesta yang digelar. Dampaknya signifikan pasti ketika skalanya kian lama kian besar. Saat ini saja, Jakarta sudah masuk ke dalam 10 besar destinasi pesta kota-kota dunia, sejajar dengan New York, Amerika Serikat, Bangkok, Thailand, Singapura, Paris, Perancis, dan beberapa kota lain.

Adakah perbedaan konsep antara kepemimpinan gubernur dan wakil gubernur DKI era sebelumnya dengan yang saat ini?

Pak Jokowi dan Pak Ahok lebih konkret. Mereka lebih cepat. Khususnya Pak Jokowi, beliau saya rasa memang ahli di bidang ini. Mimpi-mimpi saya di bidang budaya dan pariwisata di Jakarta paling tidak menjadi berkelirlah. Hahaha... Konsep-konsep saya diterima dengan baik oleh beliau-beliau semua.

Kembali ke soal Jakarta sebagai kota pesta. Apa hasil terkini dari beragam festival dan acara yang sudah digelar selama setahun terakhir?

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Tangkap Pembunuh Pedagang Perabot di Duren Sawit, Ternyata Anak Kandung Sendiri

Polisi Tangkap Pembunuh Pedagang Perabot di Duren Sawit, Ternyata Anak Kandung Sendiri

Megapolitan
Diduga Korsleting, Bengkel Motor Sekaligus Rumah Tinggal di Cibubur Terbakar

Diduga Korsleting, Bengkel Motor Sekaligus Rumah Tinggal di Cibubur Terbakar

Megapolitan
Kardinal Suharyo Tegaskan Gereja Katolik Tak Sama dengan Ormas Keagamaan

Kardinal Suharyo Tegaskan Gereja Katolik Tak Sama dengan Ormas Keagamaan

Megapolitan
Ditawari Izin Tambang, Kardinal Suharyo: Itu Bukan Wilayah Kami

Ditawari Izin Tambang, Kardinal Suharyo: Itu Bukan Wilayah Kami

Megapolitan
Pemuda yang Sekap dan Aniaya Kekasihnya di Pondok Aren Ditangkap Polisi

Pemuda yang Sekap dan Aniaya Kekasihnya di Pondok Aren Ditangkap Polisi

Megapolitan
Pengelola Rusunawa Marunda Lapor Polisi soal Penjarahan Sejak 2023

Pengelola Rusunawa Marunda Lapor Polisi soal Penjarahan Sejak 2023

Megapolitan
Paus Fransiskus Kunjungi Indonesia: Waktu Singkat dan Enggan Naik Mobil Antipeluru

Paus Fransiskus Kunjungi Indonesia: Waktu Singkat dan Enggan Naik Mobil Antipeluru

Megapolitan
Pedagang Perabot di Duren Sawit Tewas dengan Luka Tusuk

Pedagang Perabot di Duren Sawit Tewas dengan Luka Tusuk

Megapolitan
Tak Disangka, Grafiti Bikin Fermul Belajar Mengontrol Emosi

Tak Disangka, Grafiti Bikin Fermul Belajar Mengontrol Emosi

Megapolitan
Sambut Positif jika Anies Ingin Bertemu Prabowo, PAN: Konsep 'Winner Takes All' Tidak Dikenal

Sambut Positif jika Anies Ingin Bertemu Prabowo, PAN: Konsep "Winner Takes All" Tidak Dikenal

Megapolitan
Seniman Grafiti Ingin Buat Tembok Jakarta Lebih Berwarna meski Aksinya Dicap Vandalisme

Seniman Grafiti Ingin Buat Tembok Jakarta Lebih Berwarna meski Aksinya Dicap Vandalisme

Megapolitan
Kunjungan Paus ke Indonesia Jadi yang Kali Ketiga Sepanjang Sejarah

Kunjungan Paus ke Indonesia Jadi yang Kali Ketiga Sepanjang Sejarah

Megapolitan
Kardinal Suharyo: Kunjungan Paus Penting, tapi Lebih Penting Mengikuti Teladannya

Kardinal Suharyo: Kunjungan Paus Penting, tapi Lebih Penting Mengikuti Teladannya

Megapolitan
Paus Fransiskus Akan Berkunjung ke Indonesia, Diagendakan Mampir ke Istiqlal hingga GBK

Paus Fransiskus Akan Berkunjung ke Indonesia, Diagendakan Mampir ke Istiqlal hingga GBK

Megapolitan
Warga Langsung Padati CFD Thamrin-Bundaran HI Usai Jakarta Marathon

Warga Langsung Padati CFD Thamrin-Bundaran HI Usai Jakarta Marathon

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com