Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelaku Pembunuh Pengamen di Cipulir Dijebak Keluarga Tersangka

Kompas.com - 19/10/2013, 07:41 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - IP (18) tak menyangka bahwa perkenalannya dengan seorang wanita berinisial I melalui situs jejaring sosial Facebook membuat dirinya ditangkap. IP mengakui bahwa dirinya terlibat atas kasus pembunuhan seorang pengamen bernama Dicky (20) di kolong Jembatan Cipulir, Ciledug, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, pada 30 Juni 2013.

IP digelandang oleh keluarga AS (18), seorang yang ditetapkan tersangka oleh polisi atas kasus tersebut. Keluarga AS mengklaim bahwa AS tidak terlibat atas pembunuhan itu. Mereka membawa IP ke Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Mapolda Metro Jaya, Sabtu (19/10/2013) dini hari.

Hendra (22), kakak AS mengatakan, IP telah mengakui perbuatannya dalam percakapan dengan wanita berinisial RR melalui Facebook. Terendusnya pengakuan IP atas kasus pembunuhan Dicky diketahui belum lama ini melalui situs tersebut.

IP berteman di Facebook dengan RR karena saling mengenal dengan status adik-kakak, meskipun tidak memiliki hubungan keluarga. Kepada RR, IP mengatakan bahwa dirinya merupakan salah satu orang yang ikut mendapat bagian dari hasil menjual motor rampasan setelah Dicky dibunuh. Bukti atas pengakuan IP itu dibawa oleh Hendra dalam wujud print screen dari percakapan RR dan IP di message Facebook.

Hendra mengatakan, RR kemudian menceritakan kepada ibunya tentang pengakuan IP. Menurutnya, RR mengenal ibunya karena RR sering bermain di tempat tinggal mereka di Ciledug. Setelah mengetahui hal itu dari ibunya, Hendra menyusun rencana agar dapat bertemu IP. Hendra kemudian meminta seorang wanita berinisial I, rekan kerjanya, untuk menambahkan pertemanan dengan IP di Facebook. I kemudian mengundang IP untuk bertemu di Stasiun Manggarai, Jakarta Selatan, Jumat (18/10/2013) malam.

Menurut Hendra, saat IP bertemu dengan I, dia turut membuntuti pertemuan tersebut. "Saya mantau jalan kaki. Motor saya tinggal," kata Hendra saat ditemui Kompas.com di Mapolda Metro Jaya, Sabtu dini hari.

Setelah bertemu dengan temannya, IP langsung diringkus oleh warga di sekitar Stasiun Manggarai. IP mengakui bahwa dirinya telah berkenalan dengan I selama tiga hari melalui Facebook. Ia mengaku kaget karena ternyata dirinya dijebak. "Ya sudah, dipegang, diborgol warga situ," ujar IP di Mapolda Metro Jaya. IP mengaku tak bisa mengelak ketika ditanya oleh Hendra seputar perbuatannya.

Pembunuhan versi IP

Dari penuturannya, IP mengatakan turut bersama-sama dalam aksi pembunuhan tersebut. Pada hari pembunuhan, dua rekannya yakni Cb dan Br, mengajak IP untuk menghabisi korban. Mereka bertemu dengan Dicky di kawasan Petukangan, Jakarta Selatan, pada dini hari waktu kejadian.

Sebelum korban tiba, IP mengaku bahwa mereka meminum minuman keras terlebih dulu. Pengamen tersebut mengatakan, korban saat itu ingin mencuri telepon seluler. Cb dan Br kemudian mengajak korban untuk melakukan hal tersebut. Namun menurut IP, niat itu justru ditujukan untuk menghabisi dan merampas motor korban.

"Si Cb ngasih tau, ada noh di sana, padahal yang mau dibunuh itu dia (korban)," ujar IP.

Mereka berempat berangkat ke daerah Cipulir dengan berboncengan menggunakan dua sepeda motor. Korban membawa sebuah sepeda motor Yamaha Mio Soul berwarna merah. Sampai di kolong Jembatan Cipulir, Cb dan Br mengajak korban untuk turun ke kolong jembatan. Di sana korban dibunuh oleh Cb dan Br. "Yang ngelakuin dua orang itu (Cb dan Br)," kata IP.

IP mengaku tidak mengetahui persis bagaimana korban dibunuh. Menurut IP, situasi di lokasi kejadian saat itu sepi. Dia mengklaim tidak terlibat langsung dalam pembunuhan korban. Menurutnya, saat dua rekannya dan korban turun ke bawah jembatan, dia berjaga di sebuah pohon kers di dekat jembatan. IP mengaku mendengar suara jeritan dari kolong jembatan.

Setelah korban dibunuh, mereka kabur dengan membawa serta motor milik korban. Dari penuturan IP, aksi tersebut dilatari kekesalan temannya terhadap korban karena korban merupakan pengamen baru di wilayah mereka. IP menyebut Cb sebagai dalang karena merencanakan pembunuhan tersebut. "Cb bilangnya gitu, 'Dia (korban) songong, kita matiin aja'," ujar IP.

IP menuruti ajakan dua temannya karena dijanjikan akan mendapat uang Rp 300.000 hasil pembagian merampas motor koban. Motor korban dijual dengan harga Rp 1 juta. Setelah mendapat bagian, IP melarikan diri ke Bekasi. Dari yang diketahuinya, kedua rekannya juga kabur ke luar Jakarta. Baik IP, Cb dan Br merupakan nama baru yang muncul dalam kasus tersebut.

Dalam kasus tersebut, polisi menyatakan Dicky dibunuh enam orang temannya sesama pengamen. Enam orang yang ditangkap polisi berinisial NP (23), FP (16), AS (18), BF (17), F (13), dan APS (14). Keluarga AS mengklaim, mereka yang diamankan merupakan korban salah tangkap. Kasus ini tengah bergulir di pengadilan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

Megapolitan
Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com