Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Tak Mau Bertemu Buruh

Kompas.com - 31/10/2013, 08:09 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
— Gubernur DKI Joko Widodo menegaskan, dirinya enggan menemui buruh yang menggelar aksi unjuk rasa di Balaikota. Jokowi mengakui, keengganannya itu bukanlah lantaran tak ingin memfasilitasi para buruh, tetapi lebih karena belum adanya topik pembicaraan dengan para buruh, yakni perhitungan upah minimum provinsi (UMP), yang diketahui belum rampung.

"Ketemunya untuk apa? Bincang-bincang ndak jelas? Ketemu ya harus ada bahan. Bahan-bahan itu maksudnya kebutuhan hidup layak (KHL) atau UMP berapa, komponen apa saja, ketemu angka itu dari mana. Saya ndak mau ketemu kalau ndak ada bahan," ujar Jokowi di Balaikota, Jakarta, Rabu (30/10/2013).

Hingga saat ini, Jokowi mengaku, besarnya KHL atau UMP sekalipun belum dilaporkan padanya. Soal tuntutan buruh menaikkan UMP DKI hingga Rp 3,7 juta, Jokowi tidak secara tegas menyatakan penolakannya.

Ia hanya mengatakan, penetapan UMP harus melihat kondisi ekonomi Indonesia yang dianggap belum stabil saat ini. Sedangkan soal tuntutan buruh yang menambah komponen hidup layak dari 60 menjadi 84 komponen, dia pun mengatakan buruh salah sasaran. Sebab, kebijakan Dewan Pengupahan menggunakan 60 komponen sebagai dasar penetapan KHL tertuang di Peraturan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 13 Tahun 2012.

"Jadi (buruh) salah sasaran. Pegangan kita kan Kemenaker, pemerintah pusat," lanjutnya.

Solusi ala Jokowi

Jokowi menegaskan agar buruh tidak perlu menggelar unjuk rasa jika ingin menuntut. Ada dua hal, lanjut Jokowi, yang dianggapnya menjadi solusi permasalahan tersebut. Pertama, harus ada harmonisasi komunikasi antara buruh dan penusaha. Dengan demikian, apa yang menjadi masalah dapat diselesaikan dengan cara baik.

Kedua, pemerintah pusat disarankan membuat undang-undang pengupahan. "Diatur per sektor, pengupahannya per wilayah, komponen yang pengaruhi KHL ada di situ. Harus diatur semua supaya tiap tahun ndak gini terus," lanjutnya.

Terkait pembuatan undang-undang, Jokowi mengaku hal itu hanya sebatas pandangannya pribadi. Ia belum berencana mengusulkan itu, baik ke DPR RI maupun langsung ke eksekutif.

Seperti diketahui, ratusan buruh dari bermacam serikat tumpah ruah di Balaikota, Selasa hingga Rabu. Buruh menuntut Pemprov DKI menaikkan UMP DKI menjadi Rp 3,7 juta. Para buruh juga meminta komponen yang memengaruhi KHL ditambah dari 60 menjadi 84 komponen.

Adapun penetapan UMP DKI Jakarta 2014 diketahui batal ditetapkan pada Rabu (30/10/2013). Hal tersebut dikarenakan unsur buruh di Dewan Pengupahan tidak menghadiri rapat penetapan tersebut. Dengan demikian, penetapan UMP diharapkan rampung pada Kamis ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Megapolitan
Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Megapolitan
Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Megapolitan
Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Megapolitan
Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Megapolitan
Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Megapolitan
Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Megapolitan
Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Megapolitan
Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Megapolitan
Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Megapolitan
Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
Pekerja Proyek Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan, Diduga Tak Pakai Alat Pengaman

Pekerja Proyek Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan, Diduga Tak Pakai Alat Pengaman

Megapolitan
Pendaftar Masih Kurang, Perekrutan Anggota PPS di Jakarta untuk Pilkada 2024 Diperpanjang

Pendaftar Masih Kurang, Perekrutan Anggota PPS di Jakarta untuk Pilkada 2024 Diperpanjang

Megapolitan
Pekerja Proyek Diduga Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Pekerja Proyek Diduga Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
25 Warga Depok Tertipu Investasi Emas 'Bodong', Total Kerugian Capai Rp 6 Miliar

25 Warga Depok Tertipu Investasi Emas "Bodong", Total Kerugian Capai Rp 6 Miliar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com