JAKARTA, KOMPAS.com — Ratusan warga Kampung Pedongkelan, Kayu Putih, Pulogadung, Jakarta Timur, masih bertahan menempati tenda-tenda darurat. Mereka tinggal di tempat sementara sejak permukiman mereka dibongkar terkait program normalisasi Waduk Ria Rio. Warga belum mendapatkan tempat tinggal layak karena belum mendapatkan rumah susun sebagaimana dijanjikan pemerintah.
Budin (35), warga RT 07 RW 15, Kayu Putih, mengatakan sudah bertahan di tenda setelah rumahnya dibongkar pada Sabtu (30/11/2013) pukul 06.00 WIB. Dia sudah mengurus persyaratan untuk menempati rusun dengan menyerahkan KTP serta kartu keluarga. Namun, hingga kini ia belum mendapat kabar pasti tentang rusun yang akan ditinggalinya.
"Memang kita juga baru ngurus buat pindah rusun. Belum tahu kapan bisa dapat rusun. Tapi istri saya sudah ngurus di Kecamatan Pulogadung, sudah bawa KTP sama KK. Sekarang ini kita lagi nunggu. Katanya dikabari lewat telepon," kata Budin kepada Kompas.com di tempat pengungsian warga, Senin (2/12/2013).
Budin bersama istrinya, Ratna (33), dan dua dari tiga anaknya tinggal bersama di tempat penampungan sementara itu. Anak keduanya, Agustia (12), masih duduk di bangku SMP Hangtuah, sementara anak bungsunya, Hadir (7), masih bersekolah di SD SGS Kelapa Gading. "Yang gede sudah kerja, ngekos sendiri. Kita kasihan anak mau sekolah enggak ada seragam," ujar pekerja bangunan tersebut.
Pekerja serabutan itu mengatakan hanya dapat menyelamatkan sejumlah barang, dispenser, kipas angin, dan pakaian, ketika rumahnya dibongkar. Adapun lemari dan perabotan lain hancur dalam pembongkaran itu. Dengan keadaan yang tak memungkinkan untuk tinggal, ia berharap ada kepastian mendapatkan rusun.
Sementara itu, Yunus (53) tinggal di tenda yang didirikan Kementerian Sosial. Ia tinggal di tenda bersama istri, 6 anak, dan seorang mertua bernama Legi (85). Pria yang bekerja sebagai pedagang koran di wilayah Jakarta Pusat itu berharap dapat segera menempati rusun.
"Mau sih, mudah-mudahan secepatnya. Kasarnya enggak jadi berantakan gini. Tidur sudah enggak nyaman, saya juga ada mertua yang sudah tua," ujarnya.
Pantauan Kompas.com, puluhan tenda ataupun bangunan sementara didirikan oleh warga di sekitar Waduk Pluit. Mereka mengalami kesulitan untuk mandi karena hanya memanfaatkan kamar mandi di pos RW yang tidak dirobohkan. Warga juga mengambil air dari sana untuk kebutuhan sehari-hari.
Bangunan rumah yang dibongkar pada Sabtu kemarin berada di lahan sengketa antara ahli waris Adam Malik dan PT Pulomas Jaya. Warga di area lain di sekitar waduk itu sudah lebih dulu pindah ke rumah susun di Pinus Elok, Cakung, Jakarta Timur.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.