Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Basuki: Macet Seberapa Pun Dimaki-maki Orang Juga

Kompas.com - 10/12/2013, 13:06 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Rencananya, Menteri Perhubungan EE Mangindaan membangun elevated rail (rel layang) selama lima tahun. Namun, Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mendesak agar pembangunannya dua tahun saja.

"Menhub kan bilang lima tahun pembangunannya. Saya bilang sama Menhub, dibangun dua tahun juga bisa," kata Basuki di Balaikota Jakarta, Selasa (10/12/2013).

Menurut Basuki, hal itu disampaikannya kepada Menhub saat sama-sama meninjau lokasi kecelakaan KRL Tanah Abang-Serpong dengan truk tangki bermuatan bahan bakar minyak (BBM) di Pondok Betung, Bintaro, Pesanggrahan, Jakarta Selatan.

Berdasarkan hitungannya, jika durasi pembangunan selama lima tahun, dampak kemacetan di Jakarta bertambah sekitar 47 persen. Sementara itu, apabila pembangunan dikejar selama dua tahun, kemacetan lebih tinggi lagi mencapai 60 hingga 70 persen.

Atas dasar kajian itu, pria yang akrab disapa Ahok itu memilih dampak kemacetan yang lebih besar dengan durasi penyelesaian yang lebih cepat. Penambahan kemacetan itu, lanjutnya, merupakan risikonya bersama Jokowi apabila nantinya dimarahi warga.

"Toh buat saya sama Pak Jokowi, mau nambah macet 47 atau 60 persen sama saja, dimaki-maki orang juga," kata Basuki.

Atas desakan itu, Menhub menyambut baik keinginannya meski dengan risiko kemacetan akan semakin terasa. Salah satu negosiasi yang dilakukan Basuki kepada Menhub ialah dengan cara mengingatkan jabatan yang diduduki saat ini.

Kepada Menhub, Basuki mengatakan, kalau tahun 2014, belum tentu EE Mangindaan masih menjabat sebagai menteri perhubungan. Justru ia bersama Jokowilah yang masih menjabat sebagai gubernur dan wakil gubernur. Maka dari itu, aksi protes warga atas kemacetan Jakarta yang semakin terasa akan diarahkan kepada Jokowi dan Basuki, dan bukan kepada Menhub.

Terkait peristiwa kecelakaan kereta yang menabrak truk tangki, menurut dia, hal itu karena ketidakdisiplinan warga. Seharusnya, warga dapat menaati peraturan lalu lintas ketika berkendara. Oleh karena itu, idealnya, pelintasan jalur kereta api seluruhnya berupa fly over dan underpass.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemeras Ria Ricis Gunakan Rekening Teman untuk Tampung Uang Hasil Pemerasan

Pemeras Ria Ricis Gunakan Rekening Teman untuk Tampung Uang Hasil Pemerasan

Megapolitan
Anies Bakal 'Kembalikan Jakarta ke Relnya', Pengamat: Secara Tak Langsung Singgung Heru Budi

Anies Bakal "Kembalikan Jakarta ke Relnya", Pengamat: Secara Tak Langsung Singgung Heru Budi

Megapolitan
Pedagang Kerak Telor di PRJ Mengeluh Sepi Pembeli: Dulu Habis 50 Telor, Kemarin Cuma 10

Pedagang Kerak Telor di PRJ Mengeluh Sepi Pembeli: Dulu Habis 50 Telor, Kemarin Cuma 10

Megapolitan
Keluarga Akseyna Minta Polisi Dalami Penulis Lain dalam Surat Wasiat sesuai Analisis Grafolog

Keluarga Akseyna Minta Polisi Dalami Penulis Lain dalam Surat Wasiat sesuai Analisis Grafolog

Megapolitan
Kasus Akseyna Berlanjut, Keluarga Sebut Ada Informasi yang Belum Diterima Penyidik Baru

Kasus Akseyna Berlanjut, Keluarga Sebut Ada Informasi yang Belum Diterima Penyidik Baru

Megapolitan
SP2HP Kedua Terbit, Keluarga Akseyna: Selama Ini Sering Naik Turun, Pas Ramai Baru Terlihat Pergerakan

SP2HP Kedua Terbit, Keluarga Akseyna: Selama Ini Sering Naik Turun, Pas Ramai Baru Terlihat Pergerakan

Megapolitan
Polisi Terbitkan SP2HP Kedua Terkait Kasus Akseyna, Keluarga Berharap Aparat Jaga Momentum

Polisi Terbitkan SP2HP Kedua Terkait Kasus Akseyna, Keluarga Berharap Aparat Jaga Momentum

Megapolitan
Tak Bisa Biayai Pemakaman, Keluarga Tak Kunjung Ambil Jenazah Pengemis Korban Kebakaran di Pejaten

Tak Bisa Biayai Pemakaman, Keluarga Tak Kunjung Ambil Jenazah Pengemis Korban Kebakaran di Pejaten

Megapolitan
Keluarga Pengemis Sebatang Kara di Pejaten Barat Lepas Tangan Usai Mendiang Tewas Akibat Kebakaran

Keluarga Pengemis Sebatang Kara di Pejaten Barat Lepas Tangan Usai Mendiang Tewas Akibat Kebakaran

Megapolitan
Kebakaran di Gedung Graha CIMB Niaga, Api Berasal dari Poliklinik di Lantai Basement

Kebakaran di Gedung Graha CIMB Niaga, Api Berasal dari Poliklinik di Lantai Basement

Megapolitan
Melihat Kondisi Hunian Sementara Warga Eks Kampung Bayam yang Disoroti Anies

Melihat Kondisi Hunian Sementara Warga Eks Kampung Bayam yang Disoroti Anies

Megapolitan
Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Besok

Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Besok

Megapolitan
Basement Gedung Graha CIMB Niaga di Jalan Sudirman Kebakaran

Basement Gedung Graha CIMB Niaga di Jalan Sudirman Kebakaran

Megapolitan
Akhir Hayat Lansia Sebatang Kara di Pejaten, Tewas Terbakar di Dalam Gubuk Reyot Tanpa Listrik dan Air...

Akhir Hayat Lansia Sebatang Kara di Pejaten, Tewas Terbakar di Dalam Gubuk Reyot Tanpa Listrik dan Air...

Megapolitan
Anies Kembali Ikut Pilkada Jakarta, Warga Kampung Bayam: Buatlah Kami Sejahtera Lagi

Anies Kembali Ikut Pilkada Jakarta, Warga Kampung Bayam: Buatlah Kami Sejahtera Lagi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com