Menurut Syafrudin, penambahan kereta sangat mendesak untuk menampung penumpang yang jumlahnya terus bertambah belakangan ini. Ada kecenderungan warga beralih dari kendaraan pribadi ke kereta seiring semakin macetnya jalanan Ibu Kota Jakarta.
Penerapan tiket elektronik dan tarif progresif sejak Juli 2013 mendorong warga beralih ke kereta. Apalagi, pemerintah memberikan subsidi harga tiket KRL sehingga jauh lebih murah dibandingkan dengan tarif sebelumnya.
Selain tiket dan tarif, lonjakan penumpang dipicu oleh perbaikan dan penambahan lahan parkir kendaraan dan fasilitas stasiun. Namun, peningkatan penumpang belum sebanding dengan jumlah kereta, perjalanan kereta, dan gerbang tiket. Situasi itu kerap dikeluhkan pengguna melalui media sosial.
Penumpang jadi tidak nyaman. Apalagi, fasilitas, seperti pengatur suhu, pengeras suara, dan papan informasi, kerap rusak. Pada jam berangkat dan pulang kerja, penumpang berjubel, bahkan tak terangkut.
”Perbaikan sarana dan prasarana kereta menjadi solusi jitu mengatasi kemacetan Jakarta. Jika kereta nyaman, warga pasti akan meninggalkan kendaraannya,” kata Syafrudin. (MKN)