Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Mending Naik KRL daripada Monorel"

Kompas.com - 07/03/2014, 12:34 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagio, mengatakan, monorel milik PT Jakarta Monorail (JM) tidak layak sebagai salah satu moda transportasi publik. Penumpang monorel diprediksi tidak akan mencapai target.

"Sebenarnya, kalau lihat rute monorel itu, cuma dipakai pas pagi-pagi bekerja, makan siang, dan pulang. Enggak bakal sampai 200.000 penumpang per harinya, mending naik KRL," kata Agus, kepada Kompas.com, di Jakarta, Jumat (7/3/2014).

Menurutnya, moda transportasi monorel ini hanya sebagai people mover, atau yang berarti hanya membawa penumpang dari satu tempat ke tempat lain yang jaraknya tidak terlalu jauh. Agus mengingatkan jangan sampai Pemprov DKI ikut membiayai pembangunan monorel.

Belajar dari pengalaman, monorel di Sidney, Australia, mengalami kerugian dan akhirnya ditutup. Kemudian, di Malaysia, monorel terpaksa diambil alih oleh pemerintah setempat. Ia menduga, PT JM akan meminta bantuan ke Pemprov DKI Jakarta agar operasionalnya tidak merugi. Teknisnya ialah dengan meminta subsidi tiket atau bantuan bila jumlah target penumpang tidak tercapai.

Pada Rabu (5/3/2014) lalu, PT JM mengajukan business plan kepada Pemprov DKI Jakarta. Business plan itu seperti penghitungan tarif tiket dan demand penumpang yang akan menggunakan moda tersebut. Penghitungan itu dilakukan konsultan lalu lintas yang dipakai oleh Pemprov DKI Jakarta.

Pihak PT JM memperkirakan jumlah penumpang monorel pada 2016 antara 150.000-200.000 per harinya, dengan tarif tiket penumpang sekitar Rp 5.500. Angka ini akan disesuaikan dengan inflasi pada 2017. Sebab, ia memperkirakan, pada tahun itu, monorel selesai dibangun.

Pada green line (jalur hijau), satu kereta terdapat empat gerbong dan blue line (jalur biru) terdapat satu kereta dengan delapan gerbong. Setiap gerbongnya mampu menampung penumpang mencapai 198-200 orang.

Jalur monorel milik PT JM ini memiliki 28 stasiun dan dua dipo. Pada tahap pertama, tujuh kereta dengan masing-masing empat gerbong akan melintasi jalur hijau. Di jalur biru akan dioperasikan sebanyak enam kereta dengan masing-masing enam gerbong. Adapun total investasi pembangunan dua rute monorel ialah Rp 15 triliun.

"Buktikan ke warga Jakarta, kalau Anda (PT JM) punya uang Rp 15 triliun, perbaiki pelunasan utang, dan kasih tahu PT JM dapat support dari investasi mana saja," kata Agus.  

Sekadar informasi, PT JM menggunakan konsep yang telah dikaji sejak lima tahun lalu. Rute jalur hijau mencakup jalur Semanggi-Casablanca-Kuningan-Sudirman-Karet-Semanggi, semantara rute jalur biru mulai dari Kampung Melayu-Casablanca-Karet-Tanah Abang-Roxi-Mall Taman Anggrek.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Megapolitan
Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

Megapolitan
Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Megapolitan
Pria di Kali Sodong Dibunuh 'Debt Collector' Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Pria di Kali Sodong Dibunuh "Debt Collector" Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Megapolitan
KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

Megapolitan
PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

Megapolitan
Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Megapolitan
'Bullying' Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

"Bullying" Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

Megapolitan
KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

Megapolitan
Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Megapolitan
Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gamblez Ditahan, Ini Alasan Polisi

Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gamblez Ditahan, Ini Alasan Polisi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com