Sebelumnya, Basuki memarahi Kepala Badan Pengelolaan Keuangan Daerah (BPKD) DKI Jakarta Endang Widjajanti dan lainnya, yang berniat memungut pajak reklame bus sumbangan pengusaha. Ia menilai hal ini mempersulit peran swasta dalam memberikan sumbangan 30 bus transjakarta.
"Ini supaya orang kapok nyumbang DKI. Mereka (aparatur pemerintah) senang, akhirnya ada pengadaan bus kan. Nah, busnya beli yang jelek. Gila kalau dipikir-pikir," kata Basuki di Balaikota Jakarta, Rabu (12/3/2013).
"Saya marah. Tapi saya masih bisa mengendalikan marah saya. Kalau tidak, bisa-bisa stroke saya lama-lama di sini," katanya lagi.
Menurut Basuki, ke depannya, Pemprov DKI tak akan membeli barang berkualitas buruk kendati berharga murah. Baginya, lebih baik Pemprov membeli barang berharga mahal, namun bertahan lama.
"Bus China harganya Rp 3,7 miliar, setahun pakai sudah banyak yang berasap. Bus di Bogota pakai aluminium, 30 tahun tidak bisa karat. Di Singapura juga sama, mereknya Scania. Harga busnya Rp 5,3 miliar. Jadi, selisihnya tidak sampai dua kali lipat. Tapi masa pakainya bisa 20-30 tahun," jelasnya.
"Kalau tidak, lebih baik tidak ada bus. Tidak ada bus dimaki-maki, tidak ada apa-apa. Daripada ada bus, ada pengeluaran, tapi mogok, dimaki-maki juga kan. Ya sudah, lebih baik tidak ada bus, yang penting rakyat tidak kehilangan duit di APBD DKI," tukasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.