Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Enggan Tanggapi Sebutan "Boneka Megawati"

Kompas.com - 19/03/2014, 07:41 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Kedekatan calon presiden dari PDI Perjuangan Joko Widodo dengan ketua umum partainya, Megawati Soekarnoputri, disebut-sebut menyebabkan Jokowi tunduk kepada Megawati. Bagaimana tanggapan Jokowi soal itu?

"Saya ndak nanggapi yang seperti itu. Karena masyarakat sudah tidak bodoh, sudah pintar, bisa milah-milah yang benar," ujarnya di Balaikota Jakarta Pusat pada Selasa (18/3/2014) kemarin.

Jokowi merasa tidak perlu membuktikan bahwa dirinya bukanlah seperti yang ditudingkan sejumlah pihak. "Pembelaan-pembelaan, ndak usahlah," kilahnya.

Jokowi menganggap tudingan-tudingan semacam itu merupakan serangan politik. Di dunia politik dan alam demokrasi, Jokowi tak mempersoalkan adanya pernyataan semacam itu. Menurutnya, semua orang bebas memilih mana jalur yang bakal ditempuhnya.

Jokowi mengaku telah "kebal" dengan pernyataan semacam itu. Sebab, dia telah mengikuti empat kali pemilihan umum kepala daerah, dua kali di Surakarta dan dua kali di DKI Jakarta (putaran pertama dan putaran kedua pilkada).

"Saya ini sudah empat kali pilkada loh, jadi kalau cuma dicemooh seperti itu, diejek, sudah biasalah. Kembali, ini demokrasi," ujarnya.

Tudingan Jokowi menjadi "boneka" Megawati dilontarkan pengamat komunikasi politik UI Agung Suprio. Pernyataan itu didasarkan pada kepatuhan Jokowi ke Megawati, selama ini. Bahkan, kepatuhan Jokowi kepada Megawati dianggap berlebihan dibandingkan dengan kader lain, misalnya Rustriningsih atau Tri Rismaharini.

Ada dua hal, kata Agung, yang bisa dilakukan Jokowi agar tidak terus-menerus dianggap sebagai "boneka" Megawati. Pertama, Jokowi harus memiliki visi misi sebagai capres sehingga publik bisa mengontrolnya. Kedua, Jokowi juga harus berani menyebut nama calon menteri dari profesional yang tak terikat ke partai. 

Topik terkait "boneka-bonekaan" juga disinggung Ketua Dewan Penasihat Gerindra Prabowo Subianto. Meski tidak secara gamblang menyebutkan nama, Prabowo mengingatkan agar rakyat tak memilih presiden "boneka".

"Mereka ingin Indonesia dipimpin 'boneka', karena mereka ingin Indonesia miskin dan menjadi budak di negerinya sendiri," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sudirman Said Sebut Perencanaan Batavia 'Contekan' untuk Bangun Jakarta

Sudirman Said Sebut Perencanaan Batavia 'Contekan' untuk Bangun Jakarta

Megapolitan
Sejumlah Titik dan Gedung di Jakarta Padamkan Lampu Malam Ini, Cek Lokasinya

Sejumlah Titik dan Gedung di Jakarta Padamkan Lampu Malam Ini, Cek Lokasinya

Megapolitan
Mobil Tertimpa Pohon Saat Melintas, Sopir dan Penumpang Syok

Mobil Tertimpa Pohon Saat Melintas, Sopir dan Penumpang Syok

Megapolitan
Pohon 15 Meter di Kuningan Mendadak Tumbang, Timpa Mobil yang Melintas

Pohon 15 Meter di Kuningan Mendadak Tumbang, Timpa Mobil yang Melintas

Megapolitan
Ulah Rombongan Tiga Mobil di Depok, Tak Bayar Makan yang Dipesan gara-gara Miskomunikasi

Ulah Rombongan Tiga Mobil di Depok, Tak Bayar Makan yang Dipesan gara-gara Miskomunikasi

Megapolitan
Cerita Karyawan Warteg yang Kebakaran di Duren Tiga: Sempat Mati Listrik 2 Kali sebelum Api Membesar

Cerita Karyawan Warteg yang Kebakaran di Duren Tiga: Sempat Mati Listrik 2 Kali sebelum Api Membesar

Megapolitan
Komentar Sejarawan usai Lihat Cagar Budaya Gudang Timur Kasteel Batavia...

Komentar Sejarawan usai Lihat Cagar Budaya Gudang Timur Kasteel Batavia...

Megapolitan
Cagar Budaya Gudang Timur Kasteel Batavia Memprihatinkan, Sejarawan Nilai Pemerintah Pilih Kasih

Cagar Budaya Gudang Timur Kasteel Batavia Memprihatinkan, Sejarawan Nilai Pemerintah Pilih Kasih

Megapolitan
Gudang Timur Kasteel Batavia di Kota Tua, Cagar Budaya tapi Kondisinya Tak Terawat

Gudang Timur Kasteel Batavia di Kota Tua, Cagar Budaya tapi Kondisinya Tak Terawat

Megapolitan
Pengendara Motor Tewas Akibat Tabrak Separator Busway di Kebon Jeruk

Pengendara Motor Tewas Akibat Tabrak Separator Busway di Kebon Jeruk

Megapolitan
Ahmed Zaki Sebut Ridwan Kamil Masih Dipertimbangkan Maju di Jawa Barat

Ahmed Zaki Sebut Ridwan Kamil Masih Dipertimbangkan Maju di Jawa Barat

Megapolitan
Polisi Sebut Penipu Modus “Like-Subscribe” di Youtube Tak Gunakan Data Korban untuk Buka Rekening

Polisi Sebut Penipu Modus “Like-Subscribe” di Youtube Tak Gunakan Data Korban untuk Buka Rekening

Megapolitan
Kasus Penculikan Balita 4 Tahun di Johar Baru Selesai Secara Kekeluargaan

Kasus Penculikan Balita 4 Tahun di Johar Baru Selesai Secara Kekeluargaan

Megapolitan
Berpotensi Lawan Anies di Pilkada Jakarta, Sudirman Said: Bukan Hal Luar Biasa

Berpotensi Lawan Anies di Pilkada Jakarta, Sudirman Said: Bukan Hal Luar Biasa

Megapolitan
Singgung Kejatuhan VOC karena Korupsi, Sudirman Said: Sejarah Ternyata Berulang

Singgung Kejatuhan VOC karena Korupsi, Sudirman Said: Sejarah Ternyata Berulang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com