Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diprotes Nelayan, Pukat Harimau Dilarang Per 1 Juni

Kompas.com - 09/05/2014, 17:35 WIB
Dian Fath Risalah El Anshari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Per 1 Juni, kapal trawl (pukat harimau) dilarang beroperasi di Teluk Jakarta. Para nelayan kecil memang mengeluhkan keberadaan kapal-kapal itu karena penghasilan mereka berkurang.

"Iya, tangkapan ikan saya jadi berkurang," kata Sarnoto (35), seorang nelayan di Kampung Nelayan Cilincing, Jakarta Utara, Jumat (8/5/2014). Menurut dia keberadaan pukat harimau juga merusak ekosistem laut.

Hal senada diungkapkan nelayan lainnya, Hasyim (43). Dia mengatakan, pukat harimau menjajah para nelayan kecil, karena jalanya menjaring ikan besar maupun ikan kecil.

Berdasarkan keluhan tersebut mulai 1 Juni mendatang puluhan kapal trawl (pukat harimau) yang biasa menjaring ikan di Teluk Jakarta dilarang beroperasi.

Di Teluk Jakarta, kapal pukat harimau sudah beroperasi sejak tahun 1980-an. Kehadiran mereka menggangu sekitar 4.000 nelayan kecil di Jakarta Utara karena ikan yang habis terjala kapal pukat harimau.

Kepala Suku Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan (P2K) Jakarta Utara, Sri Haryati, mengatakan sejak tahun lalu, keberadaan pukat harimau tersebut semakin meresahkan nelayan kecil sehingga mereka mengadukan hal tersebut ke Pemprov DKI.

Hal tersebut langsung ditindaklanjuti oleh Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahja Purnama yang menginstruksikan pelarangan kapal pukat harimau beroperasi di Teluk Jakarta.

"Bulan Juli 2013 sebanyak 6 kapal kita tangkap lalu pada bulan Septembernya 3 kapal. Tidak lama kemudian, perwakilan pemilik datang dan meminta pembinaan kepada kita," ujarnya.

Dalam kelanjutan pertemuan yang dilakukan antara pemilik kapal dan Sudin P2K, disepakati bahwa mereka harus alih teknologi penangkapan. Selanjutnya, per 1 Januari 2013 bila masih ada yang operasi akan ditertibkan.

"Perkembangannya, mereka masih meminta waktu lagi untuk alih teknologi. Maka kita beri tenggat hingga 1 Juni mendatang, setelah itu akan kita tindak tegas," katanya.

Dalam rangka menertibkan, pihak Sudin P2K pun sudah berkoordinasi dengan beberapa Syahbandar pelabuhan yang ada di sepanjang pantai Jakarta. Diharapkan, syahbandar tidak lagi memberi Surat Izin Berlayar (SIB) pada kapal yang terdeteksi pukat harimau.

"Mereka ada yang kita arahkan menjadi nelayan bagan apung atau memodifikasi teknologi alat penangkap ikannya. Sebelum 1 Juni, pemilik akan kita kumpulkan lagi sebagai bentuk sosialisasi dan penegasan," tuntasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Curhat Seniman Grafiti Diremehkan karena Tak Banyak Uang, Janji Akan Terus Berkarya

Curhat Seniman Grafiti Diremehkan karena Tak Banyak Uang, Janji Akan Terus Berkarya

Megapolitan
Rancang dan Perjuangkan Sendiri, Kios Seni di GKJ Jadi Karya Terbesar Suwito Si Pelukis

Rancang dan Perjuangkan Sendiri, Kios Seni di GKJ Jadi Karya Terbesar Suwito Si Pelukis

Megapolitan
Kerap Dipandang Sebelah Mata Jadi Pelukis Jalanan, Atu: Bagi Saya Tidak Masalah

Kerap Dipandang Sebelah Mata Jadi Pelukis Jalanan, Atu: Bagi Saya Tidak Masalah

Megapolitan
Ini Biang Kerok Eskalator 'Skybridge' Stasiun Bojonggede Rusak Berminggu-minggu

Ini Biang Kerok Eskalator "Skybridge" Stasiun Bojonggede Rusak Berminggu-minggu

Megapolitan
Sistem Imigrasi Sempat 'Down', Penumpang di Bandara Soekarno Hatta Sebut Tak Ada Lagi Antrean Panjang

Sistem Imigrasi Sempat "Down", Penumpang di Bandara Soekarno Hatta Sebut Tak Ada Lagi Antrean Panjang

Megapolitan
Warga Dorong Polisi Selidiki Kasus Penjarahan Aset Rusunawa Marunda

Warga Dorong Polisi Selidiki Kasus Penjarahan Aset Rusunawa Marunda

Megapolitan
Jauh-jauh dari Depok, Tiga Pemuda Datang ke PRJ demi Coba Mie Goreng Viral

Jauh-jauh dari Depok, Tiga Pemuda Datang ke PRJ demi Coba Mie Goreng Viral

Megapolitan
Mumet Ujian dan Sekolah, Salwa ke PRJ Demi 'Ketemu' Grup Kpop Seventeen

Mumet Ujian dan Sekolah, Salwa ke PRJ Demi "Ketemu" Grup Kpop Seventeen

Megapolitan
Warga Teriak Lihat Anies Keliling PRJ: Pak, Jadi Gubernur Lagi Ya...

Warga Teriak Lihat Anies Keliling PRJ: Pak, Jadi Gubernur Lagi Ya...

Megapolitan
Wakili Heru Budi, Wali Kota Jakpus Buka Perayaan HUT DKI di PRJ Bareng Anies

Wakili Heru Budi, Wali Kota Jakpus Buka Perayaan HUT DKI di PRJ Bareng Anies

Megapolitan
Jajan Kerak Telor di PRJ, Anies: Kangen, Sudah Dua Tahun Enggak Makan Ini

Jajan Kerak Telor di PRJ, Anies: Kangen, Sudah Dua Tahun Enggak Makan Ini

Megapolitan
Anies Baswedan Kunjungi PRJ, Pandu Pesta Kembang Api dari Atas Panggung

Anies Baswedan Kunjungi PRJ, Pandu Pesta Kembang Api dari Atas Panggung

Megapolitan
Beli Uang Palsu Rp 22 Miliar, Pelaku Bakal Tukar dengan Duit Asli yang Akan Dimusnahkan BI

Beli Uang Palsu Rp 22 Miliar, Pelaku Bakal Tukar dengan Duit Asli yang Akan Dimusnahkan BI

Megapolitan
Awalnya Pembeli, Pria di Depok Dimodali Bandar Buat Jadi Peracik dan Pengedar Tembakau Sintetis

Awalnya Pembeli, Pria di Depok Dimodali Bandar Buat Jadi Peracik dan Pengedar Tembakau Sintetis

Megapolitan
Keluarga Berharap Virgoun Bisa Direhabilitasi

Keluarga Berharap Virgoun Bisa Direhabilitasi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com