Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penumpang Sempat Gagap Bertransaksi Pakai Tiket Elektronik

Kompas.com - 12/08/2014, 22:21 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Hari pertama penerapan sistem tiket elektronik bus transjakarta secara penuh di Koridor I (Blok M-Kota), Senin (11/8), sempat diwarnai kegagapan. Sebagian penumpang yang terbiasa bertransaksi dengan karcis, belum serta- merta bisa mengakses pembayaran dengan kartu.

Penyebab utamanya diduga karena minimnya sosialisasi seputar penerapan sistem tersebut.

Hal ini, antara lain, terpantau di Halte Karet, Jakarta Pusat, kemarin siang. Di halte ini hanya terdapat tiga petugas penjaga loket. Dari 10 calon penumpang, 7 di antaranya belum memiliki kartu elektronik. Perdebatan sempat muncul antara calon penumpang itu dan petugas.

Calon penumpang terlihat memaksa menggunakan karcis. Mereka menyodorkan selembar uang kertas untuk membeli karcis. Namun, petugas menolak lalu menyatakan pemakaian karcis sudah ditiadakan.

”Saya cuma pergi ke Kota, mengapa harus bayar Rp 20.000. Saya juga jarang menggunakan bus ini,” kata Lisa (28), pekerja di kawasan Karet.

Pengakuan Lisa cukup logis. Pasalnya, pada hari-hari sebelumnya, dengan karcis senilai Rp 3.500, ia bisa menggunakan bus transjakarta sekali perjalanan.

Kegagapan serupa dialami Lia (21), seorang pencari kerja di Jakarta. Perempuan muda ini menyatakan tidak punya uang untuk membeli tiket elektronik karena masih memerlukan biaya untuk naik angkutan kota. Bagi Lia yang mengantongi uang dalam jumlah terbatas, harga tiket elektronik sebanyak Rp 20.000 dengan jumlah saldo yang sama menambah bebannya.

Juga terpantau banyak penumpang yang tidak siap dengan pemberlakuan tiket elektronik. Di halte Mangga Besar contohnya, dalam 15 menit, ada tiga penumpang yang hanya menyiapkan uang sebesar Rp 3.500, sesuai harga karcis sobek transjakarta pada umumnya. Saat petugas menjelaskan bahwa mulai hari Senin di Koridor I hanya berlaku tiket elektronik, mereka menolak membeli tiket dan memilih meninggalkan halte.

Penumpang yang akan naik bus Angkutan Perbatasan Terintegrasi Busway Transjakarta (APTB) juga merasa dirugikan karena harus membayar dua kali. Demikian pula pengguna Bus Kota Terintegrasi Busway (BKTB).

Farid Hasanudin (30), misalnya. Calon penumpang yang akan menggunakan APTB Jakarta-Bogor ini kecewa.

”Saya terpaksa membeli kartu seharga Rp 20.000. Ini kartu hanya untuk masuk koridor saja,” ujarnya sambil menunjukkan kartu. Padahal, di dalam bus APTB dia harus bayar lagi Rp 14.000.
Praktis

Sebaliknya, Aprilia (21), penumpang transjakarta, menilai penggunaan e-ticket di transjakarta mudah dan praktis. ”Tidak usah antre panjang, tinggal tap, dan masuk,” kata Aprilia. Namun, dirinya merasa sosialisasi e-ticket masih minim. Aprilia baru mengetahui penggunaan e-ticket di transjakarta dari teman, sehari sebelum e-ticket digunakan.

Direktur Utama PT Transportasi Jakarta ANS Kosasih mengatakan, penggunaan tiket elektronik malah sebetulnya memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam bertransportasi. Dengan sekali membeli tiket penumpang dapat beberapa kali melakukan perjalanan. ”Penumpang cukup mengisi ulang ketika saldo dalam kartu habis,” tuturnya.

Proses waktu transaksi masuk ke halte pun bisa berlangsung cepat. Penumpang tidak perlu antre untuk membeli karcis. Penumpang bisa mengisi tiket elektronik di gerai yang menjadi mitra bus transjakarta.

”Selain itu, dengan menggunakan tiket elektronik, penumpang juga diajak mengurangi sampah kertas,” ujarnya.

Pargaulan Butarbutar, Kepala Unit Pengelola Transjakarta Busway, menyampaikan, penerapan sistem tiket elektronik akan diberlakukan secara menyeluruh di 12 koridor. Selain Koridor I yang saat ini menjadi percontohan, pihaknya berharap, pada akhir 2014, semua koridor harus bisa melayani sistem tiket elektronik.

”Di antara 12 koridor tersebut hanya Koridor IV (Pulo Gadung-Dukuh Atas) dan VI (Ragunan-Dukuh Atas) yang belum memiliki mesin sistem tiket elektronik,” kata Pargaulan.

Penumpang bus yang mengakses Koridor II, III, V, VII, VIII, IX, X, dan XI bisa menggunakan tiket elektronik meski koridor- koridor itu masih melayani karcis.

Tulus Abadi, Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, menyampaikan, prinsip tiket elektronik adalah meningkatkan kenyamanan penumpang. ”Ini juga menjadi terobosan langkah dalam bertransportasi,” ujarnya. (A05/A15/*)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Akhir Pelarian Perampok 18 Jam Tangan Mewah di PIK 2 | Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Hari Minggu

[POPULER JABODETABEK] Akhir Pelarian Perampok 18 Jam Tangan Mewah di PIK 2 | Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Hari Minggu

Megapolitan
Diduga Joging Pakai 'Headset', Seorang Pria Tertabrak Kereta di Grogol

Diduga Joging Pakai "Headset", Seorang Pria Tertabrak Kereta di Grogol

Megapolitan
Pemeras Ria Ricis Gunakan Rekening Teman untuk Tampung Uang Hasil Pemerasan

Pemeras Ria Ricis Gunakan Rekening Teman untuk Tampung Uang Hasil Pemerasan

Megapolitan
Anies Bakal 'Kembalikan Jakarta ke Relnya', Pengamat: Secara Tak Langsung Singgung Heru Budi

Anies Bakal "Kembalikan Jakarta ke Relnya", Pengamat: Secara Tak Langsung Singgung Heru Budi

Megapolitan
Pedagang Kerak Telor di PRJ Mengeluh Sepi Pembeli: Dulu Habis 50 Telor, Kemarin Cuma 10

Pedagang Kerak Telor di PRJ Mengeluh Sepi Pembeli: Dulu Habis 50 Telor, Kemarin Cuma 10

Megapolitan
Keluarga Akseyna Minta Polisi Dalami Penulis Lain dalam Surat Wasiat sesuai Analisis Grafolog

Keluarga Akseyna Minta Polisi Dalami Penulis Lain dalam Surat Wasiat sesuai Analisis Grafolog

Megapolitan
Kasus Akseyna Berlanjut, Keluarga Sebut Ada Informasi yang Belum Diterima Penyidik Baru

Kasus Akseyna Berlanjut, Keluarga Sebut Ada Informasi yang Belum Diterima Penyidik Baru

Megapolitan
SP2HP Kedua Terbit, Keluarga Akseyna: Selama Ini Sering Naik Turun, Pas Ramai Baru Terlihat Pergerakan

SP2HP Kedua Terbit, Keluarga Akseyna: Selama Ini Sering Naik Turun, Pas Ramai Baru Terlihat Pergerakan

Megapolitan
Polisi Terbitkan SP2HP Kedua Terkait Kasus Akseyna, Keluarga Berharap Aparat Jaga Momentum

Polisi Terbitkan SP2HP Kedua Terkait Kasus Akseyna, Keluarga Berharap Aparat Jaga Momentum

Megapolitan
Tak Bisa Biayai Pemakaman, Keluarga Tak Kunjung Ambil Jenazah Pengemis Korban Kebakaran di Pejaten

Tak Bisa Biayai Pemakaman, Keluarga Tak Kunjung Ambil Jenazah Pengemis Korban Kebakaran di Pejaten

Megapolitan
Keluarga Pengemis Sebatang Kara di Pejaten Barat Lepas Tangan Usai Mendiang Tewas Akibat Kebakaran

Keluarga Pengemis Sebatang Kara di Pejaten Barat Lepas Tangan Usai Mendiang Tewas Akibat Kebakaran

Megapolitan
Kebakaran di Gedung Graha CIMB Niaga, Api Berasal dari Poliklinik di Lantai Basement

Kebakaran di Gedung Graha CIMB Niaga, Api Berasal dari Poliklinik di Lantai Basement

Megapolitan
Melihat Kondisi Hunian Sementara Warga Eks Kampung Bayam yang Disoroti Anies

Melihat Kondisi Hunian Sementara Warga Eks Kampung Bayam yang Disoroti Anies

Megapolitan
Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Besok

Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Besok

Megapolitan
Basement Gedung Graha CIMB Niaga di Jalan Sudirman Kebakaran

Basement Gedung Graha CIMB Niaga di Jalan Sudirman Kebakaran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com