Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Bongkaran, Preman dan PSK Berhubungan Harmonis

Kompas.com - 21/08/2014, 05:17 WIB
Akhmad Dani

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Inem (35) adalah salah satu Pekerja Seks Komersial (PSK) yang mangkal di warung remang-remang di pinggiran rel Stasiun Tanah Abang, Jakarta Pusat. Di usianya yang sudah tak lagi muda, dia terus berjuang untuk bisa menarik lelaki hidung belang dengan memanfaatkan "asetnya" yang masih tersisa.

"Capek juga kerja jadi pembantu. Makanya, gue ke sini. Di sini juga capek. Tapi, enak kan?" katanya dia tertawa.

Dia mengungkapkan, jumlah PSK di Bongkaran bisa mencapai ratusan orang. "Sekarang belum semua keluar. Tunggu saja lebih malam lagi," kata wanita yang saat itu mengenakan kaus putih dengan belahan dada rendah.

PSK Bongkaran pada hari-hari ini sesungguhnya tengah terlanda krisis. Sejak Sabtu (2/8/2014) hingga Senin (4/8/2014), Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menggusur seluruh kios dan warung remang-remang di sepanjang rel kereta api Stasiun Tanah Abang. Padahal, lapak-lapak itu adalah tempat mereka menggantungkan hidup.

“Dulu ada diskotek ramai banget. Ada lima. Putra Dewa, Dewa Mabok, Aloha, Sahara, sama Rembulan, di pinggiran rel itu. Pokoknya ramai deh kalo udah malam. Bukanya jam 10 malam sampai jam 2 pagi,” ujar seorang penjaja rokok dan kopi, Ida (41) sambil menunjuk ke arah pinggiran rel kereta api Tanah Abang yang tak menyisakan bangunan lagi.

Pinggiran rel kereta yang gelap memang menjadi tempat ideal bagi mereka, lantaran tidak mengganggu warga di perkampungan. Selain itu, mereka juga mendapat perlindungan dari para preman. Kehadiran preman memang dibutuhkan untuk melindungi mereka dari godaan lelaki yang tak serius "jajan".

"Pelanggan yang baru datang ke situ (Bongkaran), harus berhati-hati. Saya sempat ditanya-tanya sama preman," kata mantan pelanggan yang tak ingin namanya disebut.

Ya, lokalisasi Bongkaran sudah sepekan ini kehilangan satu spot. Namun, hal itu tak menyurutkan para perempuan malam yang ingin menyambung hidupnya memburu laki-laki pencari kenikmatan dunia. Sepanjang ada permintaan, mereka tetap memiliki asa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Mau Vandalisme, Fermul Kini Minta Izin Dulu Sebelum Bikin Grafiti di Fasilitas Publik

Tak Mau Vandalisme, Fermul Kini Minta Izin Dulu Sebelum Bikin Grafiti di Fasilitas Publik

Megapolitan
Pengelola Diminta Kembali Laporkan 7 Eks Pekerja yang Jarah Aset Rusunawa Marunda

Pengelola Diminta Kembali Laporkan 7 Eks Pekerja yang Jarah Aset Rusunawa Marunda

Megapolitan
Polisi Belum Tetapkan Virgoun Jadi Tersangka Kasus Dugaan Penyalahgunaan Narkoba

Polisi Belum Tetapkan Virgoun Jadi Tersangka Kasus Dugaan Penyalahgunaan Narkoba

Megapolitan
Sederet Masalah Rumah Subsidi Jokowi di Cikarang: Bangunan Tak Kokoh, Keramik Terangkat, hingga Air Kotor dan Berbau

Sederet Masalah Rumah Subsidi Jokowi di Cikarang: Bangunan Tak Kokoh, Keramik Terangkat, hingga Air Kotor dan Berbau

Megapolitan
Polisi Tangkap Virgoun Usai Konsumsi Sabu dengan Seorang Perempuan

Polisi Tangkap Virgoun Usai Konsumsi Sabu dengan Seorang Perempuan

Megapolitan
Pemprov DKI Segel Bangunan di Menteng yang Diduga Langgar Aturan Perubahan Tata Ruang

Pemprov DKI Segel Bangunan di Menteng yang Diduga Langgar Aturan Perubahan Tata Ruang

Megapolitan
Hasil Tes Urine Virgoun Positif Metamfetamina

Hasil Tes Urine Virgoun Positif Metamfetamina

Megapolitan
Polisi Sita Sabu dan Alat Isap Saat Tangkap Virgoun

Polisi Sita Sabu dan Alat Isap Saat Tangkap Virgoun

Megapolitan
Pemkot Bakal Normalisasi Sungai Cidepit di Gang Makam Bogor

Pemkot Bakal Normalisasi Sungai Cidepit di Gang Makam Bogor

Megapolitan
Minta Inspektorat Periksa 7 Pekerja yang Jarah Rusunawa Marunda, Heru Budi: Harus Ditindak!

Minta Inspektorat Periksa 7 Pekerja yang Jarah Rusunawa Marunda, Heru Budi: Harus Ditindak!

Megapolitan
Pendukung Tak Ingin Anies Duet dengan Kaesang, Pengamat: Bentuk Penegasan Mereka Anti Jokowi

Pendukung Tak Ingin Anies Duet dengan Kaesang, Pengamat: Bentuk Penegasan Mereka Anti Jokowi

Megapolitan
Sudah Bayar Rp 250.000 Per Bulan, Air Warga Perumahan Subsidi Jokowi di Cikarang Sering Kotor dan Berbau

Sudah Bayar Rp 250.000 Per Bulan, Air Warga Perumahan Subsidi Jokowi di Cikarang Sering Kotor dan Berbau

Megapolitan
Pilu Ibu di Bogor, Kini Hanya Duduk di Kursi Roda karena Kerusakan Otak Usai Operasi Caesar

Pilu Ibu di Bogor, Kini Hanya Duduk di Kursi Roda karena Kerusakan Otak Usai Operasi Caesar

Megapolitan
Seniman Minta Disediakan Taman Khusus untuk Menggambar Grafiti

Seniman Minta Disediakan Taman Khusus untuk Menggambar Grafiti

Megapolitan
Suramnya Kondisi Rumah Subsidi Jokowi di Cikarang, Terbengkalai seperti Kota Mati hingga Jadi Tempat Mesum

Suramnya Kondisi Rumah Subsidi Jokowi di Cikarang, Terbengkalai seperti Kota Mati hingga Jadi Tempat Mesum

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com