Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Layanan Transjakarta Buruk, Hak Warga Terabaikan

Kompas.com - 03/09/2014, 21:03 WIB

Rencana mengganti bus yang ditarik operasionalnya batal dilakukan, Rabu (3/9) ini. Sebanyak 30 bus merek Zhongtong itu terganjal masalah administrasi di Dinas Perhubungan DKI. Bus Zhongtong yang dimaksud merupakan hasil pengadaan tahun 2013.

Direktur Utama PT Transportasi Jakarta ANS Kosasih mengatakan, bus itu baru lolos uji kelaikan kendaraan. ”Bagi saya, lebih baik bus terlambat dioperasikan daripada bermasalah pada saat melayani penumpang,” kata Kosasih.

Bus Zhongtong yang kini berada di pul bus Pinang Ranti, Jakarta Timur, itu sudah dilunasi pembayarannya oleh Pemprov DKI Jakarta.

Saat ini tim gabungan sedang menyelesaikan investigasi terbakarnya bus gandeng transjakarta di Halte Masjid Agung Al-Azhar, Tim investigasi baru menyelesaikan pemeriksaan untuk enam bus Yutong di pul bus Cawang, Jakarta Timur. Menurut Kosasih, jika kedapatan terjadi masalah mengenai kondisi bus, kemungkinan bus tersebut akan ditarik seterusnya.

Kebutuhan tinggi

Dengan segenap kekurangannya, bus transjakarta terbukti masih saja diharapkan kehadirannya. Di sepanjang ruas Jalan Casablanca hingga Jalan Sukamto yang terhubung ke Bekasi, misalnya, kemacetan terjadi setiap hari diduga karena di ruas itu belum ada fasilitas angkutan massal.

Di Jakarta Timur, setiap hari ada 2 juta kendaraan pelaju asal Bekasi bergerak menuju Jakarta. Kepadatan kendaraan itu masih ditambah oleh kendaraan warga Jakarta. Kemacetan semakin parah juga berpotensi terjadi di Jakarta Timur karena wilayah ini juga dijadikan tempat pengembangan rumah susun sederhana sewa dan apartemen yang tumbuh di wilayah ini.

Kepala Suku Dinas Perhubungan Jakarta Timur Bernhard Hutajulu mengaku, sebelumnya sepanjang Jalan Casablanca-Jalan Sukamto itu sudah diusulkan untuk dibangun koridor bus transjakarta sebagai angkutan massal di jalan itu. Namun, kemudian ditunda karena berbenturan dengan rencana pembangunan monorel di ruas Jalan Casablanca.

Namun, karena monorel juga tak jalan, kata Bernhard, pihaknya akan mengusulkan kembali agar dibangun koridor bus transjakarta di Jalan Sukamto hingga Jalan Casablanca.

Kepala Bidang Manajemen Rekayasa Lalu Lintas (MRLL) Dinas Perhubungan DKI Masdes Arovi mengatakan, dukungan transportasi massal di ruas-ruas jalan perbatasan, terutama di Jakarta Timur, masih harus ditingkatkan. Itu sebabnya untuk mengurangi kemacetan di Jalan Raya Kali Malang yang selalu dipadati pelaju dari Bekasi juga akan dibangun koridor bus transjakarta dengan menggunakan jalan layang.

Untuk mengurangi kepadatan kendaraan, akan dibangun jalan layang khusus untuk Koridor XI Pulogebang-Kampung Melayu. Pemprov DKI, kata Masdes, juga telah meminta kepada Pemerintah Kota Bekasi untuk menyediakan trayek angkutan massal dari Bekasi ke Pulogebang sehingga angkutan penumpang dari Bekasi ke Jakarta bisa dilanjutkan dengan bus transjakarta Pulogebang-Kampung Melayu.

Hingga dua minggu setelah penerapan sistem tiket elektronik prabayar bus transjakarta, masih banyak penumpang yang baru mengetahui sistem itu. Sejumlah penumpang bus di Halte Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat, pada Selasa (2/9), mengatakan kerepotan dengan sistem yang ada.

Iwan (38), pegawai swasta, sudah menyiapkan uang Rp 3.500 untuk membeli tiket bus. Sesampainya di depan loket, petugas memberi tahu bahwa tidak ada tiket harian. Iwan diminta membeli tiket prabayar. Harganya Rp 40.000, jumlah itu sudah termasuk biaya kartu Rp 20.000 dan saldo Rp 20.000.

”Saya hanya ingin naik bus satu kali, masa harus membeli Rp 40.000?” kata Iwan.

Dia kemudian mengurungkan niat naik bus transjakarta. Dia menggunakan bus umum lain menuju Cawang, Jakarta Timur. Bagi Iwan, yang sehari-hari tidak tinggal di Ibu Kota, sistem kartu prabayar merepotkan. ”Seharusnya petugas juga tetap menyediakan tiket harian karena tidak semua orang setiap hari menggunakan bus transjakarta,” kata Iwan.
(NDY/NEL/ART/MDN/RTS/RAY/A14)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kota Bogor Tuan Rumah Musda ke-17 Hipmi, Pemkot Minta Pengusaha Belanja Produk Lokal

Kota Bogor Tuan Rumah Musda ke-17 Hipmi, Pemkot Minta Pengusaha Belanja Produk Lokal

Megapolitan
Putri Bunuh Ayah Kandung di Duren Sawit, Pelaku Disebut Hidup di Jalan sebagai Pengamen

Putri Bunuh Ayah Kandung di Duren Sawit, Pelaku Disebut Hidup di Jalan sebagai Pengamen

Megapolitan
Polisi Tangkap Pemilik 'Wedding Organizer' yang Diduga Tipu Calon Pengantin di Bogor

Polisi Tangkap Pemilik "Wedding Organizer" yang Diduga Tipu Calon Pengantin di Bogor

Megapolitan
Usai Bunuh Ayahnya, Putri Pedagang Perabot di Duren Sawit Gondol Motor dan Ponsel Korban

Usai Bunuh Ayahnya, Putri Pedagang Perabot di Duren Sawit Gondol Motor dan Ponsel Korban

Megapolitan
Polisi Kantongi Identitas 3 Jukir Liar yang Getok Tarif Parkir Bus Rp 300.000 di Masjid Istiqlal

Polisi Kantongi Identitas 3 Jukir Liar yang Getok Tarif Parkir Bus Rp 300.000 di Masjid Istiqlal

Megapolitan
Pedagang Perabot Dibunuh Anaknya, Pelaku Emosi karena Tidak Terima Dimarahi

Pedagang Perabot Dibunuh Anaknya, Pelaku Emosi karena Tidak Terima Dimarahi

Megapolitan
Pembunuh Pedagang Perabot Sempat Kembali ke Toko Usai Dengar Kabar Ayahnya Tewas

Pembunuh Pedagang Perabot Sempat Kembali ke Toko Usai Dengar Kabar Ayahnya Tewas

Megapolitan
KPU DKI Bakal Coklit Data Pemilih Penghuni Apartemen untuk Pilkada 2024

KPU DKI Bakal Coklit Data Pemilih Penghuni Apartemen untuk Pilkada 2024

Megapolitan
Polisi Tangkap Terduga Pelaku Pembakaran 9 Rumah di Jalan Semeru Jakbar

Polisi Tangkap Terduga Pelaku Pembakaran 9 Rumah di Jalan Semeru Jakbar

Megapolitan
Pastikan Kesehatan Pantarlih Pilkada 2024, KPU DKI Kerja Sama dengan Dinas Kesehatan

Pastikan Kesehatan Pantarlih Pilkada 2024, KPU DKI Kerja Sama dengan Dinas Kesehatan

Megapolitan
Usai Dilantik, Pantarlih Bakal Cek Kecocokan Data Pemilih dengan Dokumen Kependudukan

Usai Dilantik, Pantarlih Bakal Cek Kecocokan Data Pemilih dengan Dokumen Kependudukan

Megapolitan
Pedagang Perabot di Duren Sawit Sempat Melawan Saat Putrinya Hendak Membunuh, tapi Gagal

Pedagang Perabot di Duren Sawit Sempat Melawan Saat Putrinya Hendak Membunuh, tapi Gagal

Megapolitan
Kesal karena Susah Temukan Alamat, Ojol Tendang Motor Seorang Wanita di Depok

Kesal karena Susah Temukan Alamat, Ojol Tendang Motor Seorang Wanita di Depok

Megapolitan
Pemeran Tuyul yang Dibakar Joki Tong Setan di Pasar Malam Jaktim Alami Luka Bakar 40 Persen

Pemeran Tuyul yang Dibakar Joki Tong Setan di Pasar Malam Jaktim Alami Luka Bakar 40 Persen

Megapolitan
Ayah Dibunuh Putri Kandung di Duren Sawit Jaktim, Jasadnya Ditemukan Karyawan Toko

Ayah Dibunuh Putri Kandung di Duren Sawit Jaktim, Jasadnya Ditemukan Karyawan Toko

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com