Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Flashback" Saat Prabowo Melamar Ahok, tetapi Kini...

Kompas.com - 16/09/2014, 09:52 WIB

Sampai hari pendaftaran terakhir di KPU Jakarta, 19 Maret 2012, Ahok belum juga mendapat kepastian. Padahal, Ahok harus mengikuti rapat tim seleksi komisioner KPU di Komisi II DPR. Akhirnya, Ahok melapor ke Ketua Komisi II DPR Agun Gunanjar.

"Pagi-pagi aku BBM (BlackBerry Messengger) Pak Agun, minta izin tak mengikuti rapat Komisi II DPR karena menunggu pengumuman PDI Perjuangan," katanya. Ahok juga minta dipindahkan dari Komisi II.

Beberapa saat kemudian, Ahok menerima kabar dari Tjahjo Kumolo. Sekjen PDI-P itu meminta Ahok merapat ke kantor Megawati Institute di kawasan Tugu Proklamasi, Jakarta. "Begitu datang saya disalamin. Katanya Ibu Megawati sudah setuju kamu jadi calon wakil Jokowi," katanya.

Itu kisah awal Ahok ketika dilamar Prabowo. Kini cerita berbalik. Jelang Ahok naik menjadi gubernur DKI untuk menggantikan Jokowi yang menjadi presiden terpilih, dia "menceraikan" Gerindra, partai yang dibentuk Prabowo.

Pada 10 September 2014, jelang dua tahun dia memimpin Jakarta bersama Jokowi, Ahok menyerahkan surat pengunduran dirinya ke DPP Partai Gerindra. Tak ada kata pamit kepada Prabowo. Dia menegaskan akan mengurus Jakarta, tanpa Gerindra atau partai lainnya.

Sebelum keputusan mundur itu, suasana memang sudah memanas. Ahok menyatakan penolakannya dengan wacana pemilihan kepala daerah oleh DPRD, yang tertuang dalam revisi RUU Pilkada. Buatnya, hal itu merupakan kemunduran. Dia lebih baik menjadi budak rakyat ketimbang menjadi "sapi perah" DPRD. Sementara Partai Gerindra yang menaunginya mendukung pilkada kembali ke DPRD.

Sempat terjadi lempar argumen antara Ketua DPD Partai Gerindra DKI Jakarta Mohammad Taufik dan Ahok. Hingga akhirnya Taufik menantang Ahok untuk keluar dari Gerindra, dan hal itu dilakukan oleh mantan Bupati Belitung Timur tersebut. Hanya kepada Hashim dan putra Hashim, Aryo, Ahok menyampaikan rencana mundurnya tersebut dari Gerindra. Sempat dicegah, tetapi keputusannya sudah bulat.

Setelah Ahok menyerahkan surat pengunduran diri, Prabowo sempat berkomentar. Dia menyesali tidak adanya etika dari Wakil Gubernur DKI Jakarta tersebut. "Kalau tahu tata krama (harusnya pamit). Kalau etika antar-manusia, ada norma-norma ya," kata Prabowo pada hari yang sama mundurnya Ahok dari Gerindra. Meski begitu, dia menghargai hak politik Ahok.

Ahok pun menyadari kesalahannya. Dia meminta maaf karena tidak berkomunikasi dulu dengan Partai Gerindra dan Ketua Dewan Pembina Prabowo Subianto saat menyatakan mengundurkan diri.

"Kalau saya salah (karena tidak pamit terlebih dahulu), saya sampaikan, saya mohon maaf," kata Ahok keesokan harinya.

Dia berniat bertemu dengan Prabowo melalui perantara Hashim. Namun, yang terjadi, pada Senin (15/9/2014), Hashim menggelar jumpa pers untuk membeberkan betapa tidak berterima kasihnya Ahok kepada Prabowo dan Gerindra. Pertemuan antara Ahok dan Prabowo belum terjadi hingga hari ini, Selasa (16/9/2014) pagi.

Bagi Ahok, kemundurannya dari Gerindra sudah tidak bisa ditawar. Dia dan Gerindra sudah tidak sejalan. Dia mengingatkan, Gerindra menariknya dari Golkar dan mencalonkannya menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta karena berbagai janji prorakyat dan tidak bermain money politics.

"Saya bilang dari awal, kalau saya ini tidak pernah loyal kepada partai yang tidak sesuai konstitusi. Saat Pilkada 2012 lalu, Gerindra menarik saya dari Golkar dan mengarahkan perjuangkan pilihan rakyat. Kenapa sekarang malah memiliki pandangan pilkada melalui DPRD?" tanya Ahok.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gerebek Pabrik Narkoba di Bogor, Polisi Sita 1,2 Juta Butir Pil PCC

Gerebek Pabrik Narkoba di Bogor, Polisi Sita 1,2 Juta Butir Pil PCC

Megapolitan
Perundungan Pelajar SMP di Citayam, Pelaku Jambak dan Pukul Korban Pakai Tangan Kosong

Perundungan Pelajar SMP di Citayam, Pelaku Jambak dan Pukul Korban Pakai Tangan Kosong

Megapolitan
Kemenhub Sesalkan Kasus Dugaan KDRT yang Dilakukan Pegawainya

Kemenhub Sesalkan Kasus Dugaan KDRT yang Dilakukan Pegawainya

Megapolitan
Dijebak Bertemu Perundungnya, Siswi SMP di Bogor Awalnya Diajak 'Ngopi' Bareng

Dijebak Bertemu Perundungnya, Siswi SMP di Bogor Awalnya Diajak "Ngopi" Bareng

Megapolitan
Tingkah Oknum Pejabat Kemenhub: Ucap Sumpah Sambil Injak Kitab Suci Usai Ketahuan Selingkuh, lalu Lakukan KDRT

Tingkah Oknum Pejabat Kemenhub: Ucap Sumpah Sambil Injak Kitab Suci Usai Ketahuan Selingkuh, lalu Lakukan KDRT

Megapolitan
2 Perundung Siswi SMP di Bogor Terancam Dikeluarkan dari Sekolah

2 Perundung Siswi SMP di Bogor Terancam Dikeluarkan dari Sekolah

Megapolitan
Polisi Bongkar “Home Industry” Narkoba di Bogor

Polisi Bongkar “Home Industry” Narkoba di Bogor

Megapolitan
Polisi Amankan Dua Pelaku Perundungan Siswi SMP di Citayam

Polisi Amankan Dua Pelaku Perundungan Siswi SMP di Citayam

Megapolitan
Dirundung karena Rebutan Cowok, Siswi SMP di Bogor Dijebak untuk Bertemu

Dirundung karena Rebutan Cowok, Siswi SMP di Bogor Dijebak untuk Bertemu

Megapolitan
Dewan Pertimbangan Jagokan Ahmed Zaki Jadi Bacagub Jakarta dari Golkar

Dewan Pertimbangan Jagokan Ahmed Zaki Jadi Bacagub Jakarta dari Golkar

Megapolitan
Aksi Pejabat Kemenhub Injak Kitab Suci demi Buktikan Tak Selingkuh, Berujung Terjerat Penistaan Agama

Aksi Pejabat Kemenhub Injak Kitab Suci demi Buktikan Tak Selingkuh, Berujung Terjerat Penistaan Agama

Megapolitan
Polisi Periksa Pelajar SMP yang Jadi Korban dan Pelaku Perundungan di Bogor

Polisi Periksa Pelajar SMP yang Jadi Korban dan Pelaku Perundungan di Bogor

Megapolitan
Tangis Haru dan Sujud Syukur Casis Bintara yang Dibegal Usai Diterima Kapolri Jadi Polisi...

Tangis Haru dan Sujud Syukur Casis Bintara yang Dibegal Usai Diterima Kapolri Jadi Polisi...

Megapolitan
Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Megapolitan
Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com