Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Parkir Ilegal Kan Sama Kayak PKL, Kenapa Kita Aja yang Diusik-usik"

Kompas.com - 13/10/2014, 08:00 WIB
Laila Rahmawati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Waktu menunjukkan pukul 16.00 WIB ketika Deden (bukan nama sebenarnya) menata dagangannya, baju-baju impor bekas pakai, di bahu Jalan Pasar Senen, Jakarta Pusat, Jumat (10/10/2014). Deden adalah mantan pedagang di Blok III Pasar Senen yang terbakar pada April lalu.

Kebakaran yang terjadi pada dini hari itu meluluhlantakkan bangunan beserta semua dagangan, termasuk milik Deden. Sejak itu, Deden memilih berjualan di bahu jalan sebagai pedagang kaki lima daripada berdagang di tempat relokasi yang disediakan PD Pasar Jaya, yaitu lantai I dan II Blok V Pasar Senen.

"Katanya penampungan tapi uang sewanya Rp 3 juta per bulan.  Mana ada yang namanya penampungan bayar," kata Deden sambil memajang baju-baju dagangannya di gantungan baju.

Meskipun dulu, ketika menempati Blok III, Deden mengaku harus membayar sewa Rp 5 juta per bulan, ia tetap enggan membayar sewa tempat relokasi karena, menurutnya, relokasi itu gratis seterusnya, bukan hanya pada tiga bulan pertama. Deden pun sadar aksinya berjualan di bahu jalan itu melanggar peraturan pemerintah. Akan tetapi, ia tak punya pilihan.

"Ngomongin ilegal, itu parkir di jalan, saya ngomong jalan yang di sini (Pasar Senen) ya, juga ilegal kan? Kenapa dibiarin? Parkir ilegal sama kayak PKL kan, tapi kenapa kita aja yang diusik-usik?," kata pria asal Bandung itu yang baru tujuh tahun menjadi pedagang di Pasar Senen.

Deden bukan satu-satunya mantan pedagang Blok III yang beralih jadi PKL di Jalan Pasar Senen. Saat matahari mulai beranjak ke barat, di sepanjang jalan itu, mulai dari pertigaan hingga depan bangunan Blok III, tampak berjejer puluhan pedagang menggelar dagangan.

Kebanyakan dari mereka menjual pakaian impor bekas yang terbuat dari bahan rajutan dalam berbagai model, antara lain cardigan, rompi, dan sweater. Pakaian-pakaian itu dijual dengan harga Rp 5.000 per helai.

Pantauan Kompas.com, sore itu, ada pula pedagang yang menjual scarf, tas, dan sapu tangan. Semuanya barang impor bekas pakai.

Kehadiran para pedagang di bahu jalan itu bercampur dengan parkir motor yang juga ada di sepanjang jalan itu, terutama di depan bangunan Blok II Pasar Senen. Para pedagang dan motor-motor yang terparkir itu menggunakan hampir separuh dari lebar jalanan Pasar Senen.

"Kita jualan paling cuma dua jam, ntar jam 18.00 WIB paling juga sudah balik. Biasanya kalau abis diekspos gini, pasti kita digaruk," kata Tarjo (bukan nama sebenarnya), warga Poncol, yang berjualan pakaian bekas pakai di Pasar Senen sejak 1991.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com