"Dalam waktu dekat ini, untuk meningkatkan pemahaman masyarakat mengenali ikan berfomalin," kata Kasi Mutu Olahan dan Usaha Hasil Perikanan DKP DKI Jakarta, Rita Nirmala, di Jakarta, Senin (13/10/2014).
Rita menjelaskan, neon box merupakan bagian sarana publikasi yang fungsinya mempromosikan, mengenalkan, dan mengingatkan tentang produk perikanan yang membahayakan kesehatan masyarakat.
"Pada tahun lalu, kami telah memasang 50 unit neon box dan mudah-mudahan dengan penambahan alat sosialisasi ini akan meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenali ikan berfomalin," harap Rita.
Menurut Rita, rencana ini dilakukan seiring masih saja marak temuan produk perikanan dan hasil tangkapan ikan yang mengandung zat pengawet berbahaya. Tren ini terjadi di tengah naiknya harga ikan di pasar.
"(Padahal), produk makanan berfomalin ini dapat menimbulkan berbagai penyakit bahaya seperti kanker, ginjal dan lainnya," kata Rita. Formalin, papar dia, memiliki efek toksik yang sangat tinggi dan bersifat karsinogenik yang menyuburkan pertumbuhan sel-sel kanker.
"(Dalam) formalin ini terkandung 37 persen formaldehid dalam air. Ketika digunakan untuk mengawetkan, ditambahkan metanol hingga 15 persen. Biasanya digunakan untuk mengawetkan orang mati," papar Rita.
Karenanya, Rita mengimbau masyarakat untuk mewaspadai ikan berfomalin dengan mengenali ciri-cirinya. Di antara ciri-ciri itu, sebut dia, ikan tak busuk sampai tiga hari dalam suhu kamar, warna insang merah tua dan tidak cemerlang -bukan merah segar-, serta warna daging ikan putih bersih.
Ciri lain, lanjut Rita, bau menyengat, bau formalin, kulit terlihat cerah mengkilat, daging kenyal, lebih awet, serta tidak mudah busuk walau tanpa pengawet seperti es. Ikan berformalin pun cenderung dijauhi lalat dan tak tercium bau amis ikan.
"Kami berharap warga yang menemukan ikan berbahaya itu agar melaporkan kepada pihak berwajib, atau ke dinas perikanan di wilayahnya masing-masing," imbuh Rita. "Kami akan menindak tegas pelaku atau pedagang yang menjual ikan berfomalin ini karena membahayakan kesehatan masyarakat."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.