Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Penjaga Pintu Air Manggarai Dimarahi Ibu-ibu Kala Banjir

Kompas.com - 21/11/2014, 13:00 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Bekerja sebagai penjaga Pintu Air Manggarai tidak bisa diremehkan begitu saja. Memang, sehari-harinya hanya memantau ketinggian air saja.

Namun, bila tidak dijalani dengan benar, bisa fatal. Walau begitu, sepertinya tidak semua masyarakat mengerti tugas penjaga pintu air. Penjaga Pintu Air Manggarai, Heri Pariyanto, mengaku sering mendapat protes dari masyarakat karena dianggap tidak becus bekerja.

"Sering ada ibu-ibu yang telepon dan datang ke sini buat marah-marah karena rumahnya kebanjiran," ujar Heri di Pintu Air Manggarai, Setia Budi, Jakarta Selatan, Jumat (21/11/2014).

Ibu-ibu itu, kata Heri, sering menuding para penjaga Pintu Air Manggarai telah menutup pintu air dan membuat rumah warga menjadi banjir. Padahal, pintu air di sana hampir tidak pernah ditutup. [Baca: Proyek Pintu Air Manggarai Dikebut Sambut Musim Hujan]

Jika sudah seperti itu, Heri biasanya langsung mengajak ibu-ibu untuk ke luar ruangannya. Heri mengajak mereka untuk melihat langsung ketinggian air saat itu. Setelah itu, Heri akan menjelaskan bahwa air memang sedang tinggi.

Penjaga pintu air tidak memiliki kuasa apa pun untuk mengurangi debit air. Beberapa hari lalu, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama sempat "blusukan" ke Pintu Air Manggarai. Heri pun bercerita bahwa Gubernur yang baru dilantik itu cukup memahami pekerjaan mereka sebagai penjaga pintu air.

Kata Heri, Basuki bahkan juga memberi tips menghadapi warga yang datang sambil marah-marah ke para penjaga. "Kata Pak Ahok kalau ada warga dateng marah-marah lagi, bilang saja, 'sampai kiamat pun kalau ibu masih tinggal di bantaran ya akan terus kebanjiran'," ujar Heri.

Heri setuju dengan saran itu, sebab daerah bantaran yang berdampingan langsung dengan sungai memang rawan terkena banjir. Daerah itu bukan untuk ditinggali. Bantaran itu bisa digunakan untuk melebarkan sungai yang bisa mengurangi potensi banjir.

"Tetapi sayang warga di bantaran itu enggak mau dipindahkan kan. Ya semoga Pemprov DKI punya jurus jitu buat membujuk mereka," ujar Heri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tangis Haru dan Sujud Syukur Casis Bintara yang Dibegal Usai Diterima Kapolri Jadi Polisi...

Tangis Haru dan Sujud Syukur Casis Bintara yang Dibegal Usai Diterima Kapolri Jadi Polisi...

Megapolitan
Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Megapolitan
Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

Megapolitan
Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Megapolitan
Pria di Kali Sodong Dibunuh 'Debt Collector' Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Pria di Kali Sodong Dibunuh "Debt Collector" Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Megapolitan
KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

Megapolitan
PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

Megapolitan
Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Megapolitan
'Bullying' Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

"Bullying" Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

Megapolitan
KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

Megapolitan
Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Megapolitan
Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com