Okupasi liar masih terjadi di bantaran hingga badan sungai. Ciliwung masih belum bebas dari sampah dan limbah. Situasi ini menunjukkan perlunya ketegasan memberantas okupasi dan mempercepat normalisasi sungai.
Dalam waktu enam jam setelah ketinggian air di Bendung Katulampa, hulu Sungai Ciliwung di Bogor, menyentuh level 190 sentimeter atau Siaga II banjir, aliran sungai ini di Jakarta meluap pada Kamis pukul 01.00. Banjir terjadi hingga Kamis siang, merendam lebih dari 5.000 rumah. Sejumlah ruas jalan di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur tergenang, mengakibatkan kemacetan hingga 1 kilometer, seperti di ruas Jalan Abdullah Syafei dan Jalan Jatinegara Barat.
Berdasarkan laporan Pusat Pengendalian Operasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, hingga kemarin siang warga yang terdampak banjir sebanyak 20.813 jiwa, tersebar di tujuh kelurahan. Ketinggian air antara 30 sentimeter dan 4 meter.
Sebanyak 1.089 jiwa mengungsi di Kelurahan Rawa Jati di Jakarta Selatan serta di Kelurahan Kampung Melayu dan Kelurahan Bidaracina di Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur.
Pembebasan lahan
Camat Jatinegara Sofyan mengatakan, banjir kali ini tergolong besar jika dibandingkan dengan banjir yang biasa terjadi pada awal musim hujan tahun-tahun sebelumnya. Apalagi, luapan air diyakini hanya berasal dari limpahan air di hulu. ”Saat banjir datang, di sini (Jatinegara) cuma mendung,” katanya.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane Teuku Iskandar menuturkan, sejumlah wilayah di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur dapat dipastikan terendam banjir apabila debit air melimpah. Hal itu disebabkan kontur wilayah di daerah tersebut memang rendah.
”Apalagi, warga mendiami bantaran sungai yang paling rendah posisinya. Selain itu, juga ada bottleneck karena jalur sungai yang meliuk, ditambah belum selesainya pengerjaan normalisasi Sungai Ciliwung,” ujar Iskandar.
Iskandar menegaskan, agar bencana banjir tidak terus berulang, setidaknya di lokasi yang sama, yaitu di bantaran Ciliwung, pengerjaan normalisasi sungai harus dipercepat. Dengan begitu, rencana awal agar proyek ini selesai pada 2016 bisa tercapai.
”Kami terus berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta agar pembebasan lahan bisa segera diselesaikan sehingga pekerjaan fisik bisa segera dilakukan,” tuturnya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.