Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keluh Kesah Fatma soal Bus Transjakarta yang Bocor

Kompas.com - 07/01/2015, 14:29 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Dalam perjalanan dari Dukuh Atas menuju Ragunan, di atas transjakarta Koridor VI, Fatma (36) mengeluh kepada pemimpinnya, Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat, Selasa (6/1/2015) sore. Namun, Fatma awalnya tak sadar dengan siapa dia bercakap. ”Saat hujan (beberapa bus) bocor, Pak,” kata Fatma.

Percakapan keduanya terganggu oleh berisiknya kabin bus saat bus melaju kencang di Jalan Sultan Agung menuju Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan. Peredam kejut sepertinya mati. Pintu dan beberapa kaca jendela tak lagi bisa menutup rapat. Gemuruh getaran roda yang beradu dengan jalan yang tak mulus menghambat curhat Fatma kepada Djarot.

Selain suara bising, suasana di dalam bus tak nyaman karena pengatur suhu udara tak berfungsi dengan baik. Gelontoran angin dingin tak tersebar merata. Guncangan terasa menjelang dan sesaat meninggalkan halte atau saat mengerem untuk menghindari kendaraan di depannya.

”Bus ini beroperasi dari tahun berapa?” tanya Djarot kepada anggota staf Dinas Perhubungan DKI Jakarta yang ikut di bus itu. ”Tahun 2007, Pak,” jawabnya. Djarot ingin menghubungkan faktor usia kendaraan, merek, dan bahan bakar, serta perawatan dengan kenyamanan penumpang. Hari itu pertama kali Djarot menikmati perjalanan dengan transjakarta sejak dilantik menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta pada 17 Desember 2014.

Sebelum pindah ke Koridor VI, Djarot menjajal bus di Koridor I Blok M-Kota. Dia naik dari Halte Bank Indonesia menuju Halte Dukuh Atas I. Dia lalu jalan ke Halte Dukuh Atas 2 untuk melanjutkan perjalanan menuju Ragunan. Sepanjang itu, dia berulang menanyakan hal yang sama kepada petugas dan penumpang, seperti ”Bagaimana pelayanan transjakarta menurut Anda”, ”Apa keluhan Bapak, Ibu”, atau ”Lama tidak tadi menunggu busnya?”

Seperti Fatma, beberapa penumpang mengeluh soal jarak antarbus yang relatif lama, terutama pada jam sibuk pagi dan sore hari. Selain itu, juga soal bus-bus yang mogok dan mengalami gangguan. Ada pula yang mengeluhkan jalur transjakarta yang tak kunjung steril meski berulang ditertibkan dan disiasati dengan beragam cara.

Sepanjang hampir satu jam perjalanan, Djarot lebih banyak bertanya dan mendengar penumpang atau petugas di halte, termasuk saat bus terimbas kemacetan karena banyak kendaraan yang menyerobot jalur di Jalan Buncit Raya. ”Ya, nanti kami evaluasi, lalu tambah dan ganti bus-bus yang tak layak dengan bus baru,” kata Djarot.

Menurut Djarot, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menggenjot penambahan bus tahun ini. Selain jumlah, PT Transjakarta sebagai operator juga diminta memperhatikan kualitas bus agar operasi lebih efisien dan penumpang lebih nyaman. ”Kemarin dalam rapat disepakati bahwa bus-bus baru nanti lebih bagus. Bus produksi Eropa dinilai lebih unggul,” ujarnya.

Pada usianya yang telah menginjak 10 tahun, PT Transjakarta masih terseok dari sisi jumlah unit. Kini idealnya ada 1.289 unit bus gandeng yang melayani 12 koridor dengan total panjang jalur 210 km dan target jarak kedatangan (headway) 3-10 menit. Namun, bus yang beroperasi saat ini hanya 429-566 bus atau sekitar 90 persen dari jumlah bus yang ada, yakni 712 unit. Jarak kedatangan berkisar 5-20 menit sekali.

Sampai pertengahan 2015, berdasarkan data PT Transjakarta, akan ada 300 bus baru. Sebanyak 200 di antaranya akan menggantikan bus yang sudah tua, sedangkan 100 lainnya akan menambah bus yang ada. Menurut Djarot, pada pertengahan tahun ini setidaknya ada tambahan lebih dari 100 unit bus baru. (Mukhamad Kurniawan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Megapolitan
Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Megapolitan
Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Megapolitan
Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com