Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak Warga Takut Tinggalkan Rumah Kala Banjir

Kompas.com - 11/02/2015, 21:51 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat (PB2M) Cawang, Mulya Disurya, membagi pengalamannya ketika mengevakuasi warga saat banjir. Beragam permasalahan, seperti harus menghadapi warga yang tidak mau mengungsi, kerap terjadi.

"Karena orang itu takut meninggalkan asetnya ya," ujar Mulyadi di Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (11/2/2015). Mulyadi mengetahui hal tersebut ketika dia dan timnya berkeliling rumah warga saat banjir.

Mulyadi ingin memastikan tidak ada warga yang terjebak karena tidak dapat keluar dari rumah. Saat itu, beberapa warga masih bertahan di rumah masing-masing. Jika sudah seperti itu, Mulyadi tidak dapat melarang.

Dia membiarkan warga yang ingin menjaga sendiri rumahnya, tetapi dengan beberapa syarat. Hanya laki-laki dewasa yang boleh menjaga rumah, sementara anak-anak dan perempuan diwajibkan untuk mengungsi.

Akan tetapi, Mulyadi mengatakan, dia dan timnya tidak dapat bertanggung jawab bila terjadi sesuatu terhadap warga yang menolak mengungsi. Sebab, PB2M telah mengajak semua warga untuk menyelamatkan diri kala banjir.

Untuk diketahui, PB2M merupakan tim evakuasi banjir mandiri yang digagas oleh warga setempat. Kelompok penanggulangan bencana ini berawal dari pesan singkat.

Awalnya, Mulyadi hanya meminta informasi dari staf Dinas PU Jakarta Timur mengenai ketinggian tiga pintu air, di antaranya Bendung Katulampa, Pintu Air Depok, dan Pintu Air Manggarai.

Hal ini karena ketinggian ketiga pintu air itu yang paling memengaruhi banjir di wilayahnya. "Setelah itu, saya dengan warga lain keliling dengan sepeda dan megafon di tangan. Lalu, kita beri pengumuman," ujar Mulyadi.

Sampai saat ini, PB2M menjadi kelompok yang melakukan evakuasi kepada warga sendiri ketika banjir datang. Ketika banjir sudah melanda, Mulyadi bersama timnya yang kebanyakan terdiri dari anak muda ini juga akan berkeliling rumah warga.

Rumah itu kebanyakan telah ditinggal penghuninya untuk mengungsi. Uniknya, Mulyadi berkeliling dengan ban dalam, bukan perahu karet. Hal ini karena gang-gang di permukiman itu begitu kecil hingga tidak cukup dimasuki perahu karet.

Karena itu, gudang-gudang penyimpanan penanggulangan banjir yang ada di rumah Mulyadi kebanyakan diisi ban dalam. Tidak hanya melakukan antisipasi dan evakuasi banjir, PB2M juga melakukan aksi pasca-banjir.

Bersama warga sekitar tim, PB2M bekerja bakti membersihkan kampung-kampung. "Kalau banjir surut, kami kerja bakti untuk membersihkan wilayah kami secara gotong royong," ujar Mulyadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kecelakaan di UI, Saksi Sebut Mobil HRV Berkecepatan Tinggi Tabrak Bus Kuning

Kecelakaan di UI, Saksi Sebut Mobil HRV Berkecepatan Tinggi Tabrak Bus Kuning

Megapolitan
Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Tewasnya Siswa STIP yang Diduga Dianiaya Senior

Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Tewasnya Siswa STIP yang Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Diduga Ngebut, Mobil Tabrak Bikun UI di Hutan Kota

Diduga Ngebut, Mobil Tabrak Bikun UI di Hutan Kota

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Tinggalkan Mayat Korban di Kamar Hotel

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Tinggalkan Mayat Korban di Kamar Hotel

Megapolitan
Siswa STIP Dianiaya Senior di Sekolah, Diduga Sudah Tewas Saat Dibawa ke Klinik

Siswa STIP Dianiaya Senior di Sekolah, Diduga Sudah Tewas Saat Dibawa ke Klinik

Megapolitan
Terdapat Luka Lebam di Sekitar Ulu Hati Mahasiswa STIP yang Tewas Diduga Dianiaya Senior

Terdapat Luka Lebam di Sekitar Ulu Hati Mahasiswa STIP yang Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Dokter Belum Visum Jenazah Mahasiswa STIP yang Tewas akibat Diduga Dianiaya Senior

Dokter Belum Visum Jenazah Mahasiswa STIP yang Tewas akibat Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Polisi Pastikan RTH Tubagus Angke Sudah Bersih dari Prostitusi

Polisi Pastikan RTH Tubagus Angke Sudah Bersih dari Prostitusi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Diduga akibat Dianiaya Senior

Mahasiswa STIP Tewas Diduga akibat Dianiaya Senior

Megapolitan
Berbeda Nasib dengan Chandrika Chika, Rio Reifan Tak Akan Dapat Rehabilitasi Narkoba

Berbeda Nasib dengan Chandrika Chika, Rio Reifan Tak Akan Dapat Rehabilitasi Narkoba

Megapolitan
Lansia Korban Hipnotis di Bogor, Emas 1,5 Gram dan Uang Tunai Jutaan Rupiah Raib

Lansia Korban Hipnotis di Bogor, Emas 1,5 Gram dan Uang Tunai Jutaan Rupiah Raib

Megapolitan
Polisi Sebut Keributan Suporter di Stasiun Manggarai Libatkan Jakmania dan Viking

Polisi Sebut Keributan Suporter di Stasiun Manggarai Libatkan Jakmania dan Viking

Megapolitan
Aditya Tak Tahu Koper yang Dibawa Kakaknya Berisi Mayat RM

Aditya Tak Tahu Koper yang Dibawa Kakaknya Berisi Mayat RM

Megapolitan
Kadishub DKI Jakarta Tegaskan Parkir di Minimarket Gratis

Kadishub DKI Jakarta Tegaskan Parkir di Minimarket Gratis

Megapolitan
Koper Pertama Kekecilan, Ahmad Beli Lagi yang Besar untuk Masukkan Jenazah RM

Koper Pertama Kekecilan, Ahmad Beli Lagi yang Besar untuk Masukkan Jenazah RM

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads

Copyright 2008 - 2023 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com