Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Depan Tim Hak Angket, Konsultan Mengaku Hanya Jaga Sistem "E-budgeting"

Kompas.com - 11/03/2015, 14:48 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Dalam rapat hak angket, konsultan e-budgeting, Gagat Wahono, menegaskan bahwa ia hanya bertugas menjaga sistem teknologi informasi e-budgeting yang digunakan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Sementara itu, proses input anggaran sepenuhnya diserahkan kepada eksekutif.

"Saya hanya menjaga sistem, saya serahkan kepada satuan kerja perangkat daerah (SKPD) untuk memasukkan sesuai dengan kewenangannya," ujar Gagat kepada Tim Hak Angket pada Rabu (11/3/2015).

Gagat juga mengatakan, sistem e-budgeting ini telah melalui tahap uji coba terlebih dahulu, salah satunya di Surabaya. Akan tetapi, khusus di Jakarta, sistem e-budgeting langsung diimplementasikan.

Mengenai hal itu, Gagat tidak menjawab pertanyaan Tim Hak Angket. Salah satu anggota tim dari Fraksi Partai Golkar, Abdul Goni, pun memberi pertanyaan kepada Gagat. Pertanyaan Abdul berkaitan dengan perbandingan jumlah anggaran di dua daerah yang ditangani oleh Gagat.

"Surabaya kan anggarannya lebih kecil dari Jakarta. Bapak sebagai IT tadi ada katakan kekhawatiran. Sebagai insinyur, dengan perbedaan anggaran besar itu, mengkhawatirkan enggak kalau di Jakarta enggak pakai uji coba dulu?" tanya Abdul kepada Gagat.

Gagat menjawab bahwa kekhawatiran yang ia rasakan bukan terletak pada jumlah anggaran Jakarta yang besar. "Secara angka memang signifikan, tetapi prosesnya sama. Kalau kami di sistem, masalahnya adalah kapasitas akses. Biasanya 70 orang, ini jadi 700 orang," ujar Gagat.

Hal yang dimaksud Gagat adalah jumlah pejabat SKPD Jakarta jauh lebih banyak dari daerah lain. Jumlah program yang dimiliki juga jauh lebih banyak. Oleh karena itu, Gagat harus menyediakan basis data yang cukup untuk dapat menampung semua itu.

Hal ini disebut Gagat dengan penyesuaian teknis. Kekhawatiran Gagat yang lain adalah mengenai sumber daya manusia (SDM) yang ada di Pemprov DKI. Jumlah SDM di Jakarta lebih banyak dari daerah lain.

Gagat mengatakan butuh waktu dan tenaga banyak untuk mengajarkan jajaran SKPD dalam meng-input e-budgeting.

"Kekhawatiran saya bukan di sistem, tetapi SDM, Pak. Ini karena saya harus jelaskan kepada sekitar 700 SKPD. Tahun 2014 kemarin memang paling capek, Pak," ujar Gagat.

Selain menanyakan hal tersebut, Tim Hak Angket juga bertanya kepada Gagat soal waktu input program yang dilakukan SKPD ke dalam e-budgeting. Apakah hal itu dilakukan sebelum atau sesudah pembahasan.

Diduga, hal ini untuk mendapat bukti bahwa Pemprov DKI telah meng-input rincian program sebelum pembahasan. Menjawab hal ini, Gagat tampak ragu. Sebab, ia tidak paham kapan pembahasan itu terjadi.

Gagat sempat mengatakan bahwa rincian program telah dimasukkan sebelum pembahasan. Akan tetapi, ia tampak tidak yakin. "Saya membatasi diri hanya soal teknis. Setahu saya, (input) sejak sebelum pembahasan, sebelum akhir tahun 2014," ujar Gagat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com