Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berharap Citra Kota Bekasi Tak Bikin Risi

Kompas.com - 11/03/2015, 20:18 WIB

KOMPAS - Hingga menapak usia 18 tahun, Kota Bekasi masih terus mencari format citranya. Identitas kota yang terbangun di dalam benak masyarakat masih lebih banyak tertuju pada sisi buram, yakni lemahnya penataan kota. Namun, jika pembenahan konsisten dilakukan, cap negatif ini bisa hilang suatu saat nanti.

Impresi bernada negatif terungkap dalam hasil jajak pendapat Kompas pada awal Maret dengan responden warga di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Hampir separuh responden di luar Kota Bekasi mengungkapkan kata "macet" sebagai kesan pertama mereka terhadap kota ini. Eko (29), misalnya. Warga DKI Jakarta yang rutin menjenguk mertuanya di Kota Bekasi itu mengeluhkan perjalanan yang melelahkan karena kemacetan. Anggapan paling banyak kedua dari masyarakat di sekitar Kota Bekasi, daerah seluas 210,49 kilometer persegi ini, adalah wilayah yang kurang rapi.

Warga Kota Bekasi pun memiliki kesan yang hampir serupa. Dua dari tiga responden yang berasal dari wilayah ini menjawab jalanan yang macet ketika ditanya impresi terhadap kota mereka sendiri. Selain kemacetan, Bekasi juga dianggap sebagai daerah rawan kejahatan oleh warganya sendiri.

Persepsi yang cenderung negatif tentu berdampak tidak menguntungkan bagi perkembangan kota. Dalam konsep perencanaan kota, citra berperan penting memperkuat daya saing dan mendukung pertumbuhan kota. Kesan positif tersebut juga diperlukan Kota Bekasi sebagai salah satu wilayah mitra Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta.

Jumlah penduduk tinggi

Peran Kota Bekasi sebagai mitra Ibu Kota bukan isapan jempol. Data Badan Pusat Statistik (BPS) bulan lalu menunjukkan, sebagian besar komuter di luar DKI Jakarta yang setiap hari pulang-pergi ke Ibu Kota ternyata berdomisili di Kota Bekasi (14,8 persen). Tempat asal komuter paling banyak selanjutnya adalah Depok (11,69 persen) dan Kota Tangerang Selatan (8,68 persen).

Tingginya angka komuter sedikit banyak berkaitan dengan Kota Bekasi yang kian padat. Masih berasal dari data BPS, penduduk di kota ini bertambah sekitar 30 persen, dari 1,79 juta jiwa pada tahun 2008 menjadi 2,33 juta jiwa pada tahun 2012.

Selain bertambah dengan relatif cepat, penduduk ternyata menyebar tak merata. Warga banyak bermukim di Kecamatan Bekasi Utara, Barat, Timur, dan Kecamatan Pondokgede. Di empat kecamatan ini, jumlah penduduk lebih dari 250.000 jiwa dengan kepadatan penduduk di atas 15.000 jiwa per kilometer persegi. Adapun kepadatan penduduk delapan kecamatan lain di Kota Bekasi 5.000-11.000 jiwa per kilometer persegi.

Jumlah kendaraan di wilayah ini ikut melesat seiring pertumbuhan penduduk kota. Pada tahun 2012, Kota Bekasi tercatat memiliki 1,1 juta kendaraan. Jika disandingkan dengan jumlah penduduk yang ada, ini berarti ada satu kendaraan untuk tiap dua jiwa.

Tingginya kepemilikan kendaraan pribadi dengan pola sebaran penduduk yang terkonsentrasi di wilayah tertentu ini berujung pada terciptanya simpul-simpul kemacetan yang terpusat di 19 titik di Kota Bekasi. Kemacetan kerap terjadi antara lain di dekat tol Bekasi Timur, Jalan Ahmad Yani, Jalan Sultan Agung yang berhubungan dengan kawasan DKI Jakarta. Kasri (60), warga Kecamatan Bekasi Barat yang ikut jajak pendapat, sempat mengeluhkan kemacetan yang kerap dilihatnya. "Di jalanan banyak mobil yang bikin macet," ujarnya.

Pemkot perlu optimal

Persoalan tata kota kian kompleks dengan kemunculan aneka properti. Di pusat Kota Bekasi tercatat paling tidak ada sembilan mal beroperasi, yakni di Bekasi Barat (Grand Mall Bekasi), Bekasi Timur (Bekasi Trade Center, Blue Plasa, Bekasi Junction), Bekasi Utara (Sumarecon Mall Bekasi), Bekasi Selatan (Mal Metropolitan, Mega Bekasi Hypermall, Bekasi Cyber Park, dan Grand Metropolitan). "Bekasi itu semrawut. Banyak mal di mana-mana," tutur Kasri, yang juga mengeluh tentang menjamurnya pusat belanja.

Permasalahan-permasalahan itu ikut mendorong daerah ini menjauh dari rencana tata ruang wilayahnya. Dalam rencana tata ruang wilayah Kota Bekasi 2010-2030 dirumuskan penataan ruang yang bertujuan mewujudkan sebuah kota tempat hunian dan usaha kreatif yang nyaman dengan peningkatan kualitas hidup berkelanjutan. Tak heran jika kemudian sebagian besar responden menilai upaya Pemkot Bekasi belum optimal dalam mengatasi berbagai persoalan yang muncul. Pemkot tampaknya kurang antisipatif dan disiplin dalam penataan kota.

Pada masa mendatang, dua dari lima peserta jajak pendapat berharap bisa menemukan Kota Bekasi dengan tata kota yang lebih baik. Sebanyak 22,5 persen responden lainnya menginginkan tetangga Jakarta ini menjadi lebih hijau dan asri. Ada juga sekelompok kecil warga yang menginginkan Bekasi bisa lebih mudah diakses dengan kendaraan umum.

Berbekal harapan warga, potensi daerah, serta cita-cita rencana tata ruang, penataan kota harus dimulai. Jika pembenahan konsisten dilakukan, suatu saat Kota Bekasi bukan hanya kumpulan real estate atau pusat perbelanjaan modern tanpa mozaik jelas yang berakhir dengan olok-olok di media sosial. (BIMA BASKARA/LITBANG KOMPAS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tangis Haru dan Sujud Syukur Casis Bintara yang Dibegal Usai Diterima Kapolri Jadi Polisi...

Tangis Haru dan Sujud Syukur Casis Bintara yang Dibegal Usai Diterima Kapolri Jadi Polisi...

Megapolitan
Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Megapolitan
Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

Megapolitan
Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Megapolitan
Pria di Kali Sodong Dibunuh 'Debt Collector' Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Pria di Kali Sodong Dibunuh "Debt Collector" Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Megapolitan
KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

Megapolitan
PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

Megapolitan
Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Megapolitan
'Bullying' Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

"Bullying" Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

Megapolitan
KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

Megapolitan
Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Megapolitan
Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com