Seusai bertemu Wakil Presiden Jusuf Kalla, di Kantor Wapres, Jakarta Pusat, Senin kemarin, Lulung kembali melontarkan kritik kepada Ahok. Dia kembali menyinggung pernyataan Ahok beberapa waktu lalu yang menuding DPRD maling. Politisi Partai Persatuan Pembangunan ini menilai, sebagian publik sudah telanjur berpersepsi negatif akibat tudingan Ahok itu.
Oleh karena itu, DPRD memutuskan penggunaan peraturan gubernur sehingga Ahok bisa menerbitkan peraturan tersebut sendiri, tak harus bekerja sama dengan DPRD.
"Supaya tidak ada kesan kami maling, serahkan saja semuanya ke Gubernur," kata Lulung.
Lulung juga memastikan, hak angket yang digulirkan oleh para anggota DPRD terhadap Ahok tidak akan berhenti meski kekisruhan anggaran sudah diselesaikan. Penyelidikan terhadap Ahok, katanya, harus dilakukan karena hak angket itu digulirkan tak hanya terkait dengan kekisruhan soal anggaran.
"Angket itu ada persoalan politik dan hukum. Ahok sudah fitnah kami, begal APBD DKI, maling, dan sebagainya," ucap Lulung.
Sebelum menyudahi sesi wawancara dan meninggalkan wartawan yang mencegatnya, Lulung kemudian menutup kritiknya kepada Ahok dengan membuat pantun sederhana sebanyak dua bait.
"Makanya, es kemong pake roti, kalau ngomong hati-hati," kata Lulung.
Lulung jadi pimpinan DPRD terakhir yang keluar dari ruang konferensi pers. Empat pimpinan lain di DPRD, yakni M Taufik (Gerindra), Triwisaksana (PKS), Prasetio Edi Marsudi (PDI-P), dan Ferrial Sofyan (Demokrat) sudah berjalan jauh ke luar ruangan.
Lulung memang sempat tertahan lama oleh wartawan, bukan hanya karena ingin mewawancarainya, melainkan juga untuk selfie. Mungkin hal itulah yang membuatnya melangkah terburu-buru dan akhirnya tersandung sebuah anak tangga kecil, tepat di pintu keluar ruangan konferensi pers. Lulung pun segera bangkit dari jatuhnya, dan menoleh ke arah wartawan yang ada di belakangnya.
"Gara-gara kalian sih ini," ujar Lulung sambil tersenyum malu.