Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hak Angket, Keramaian Mengeluhkan Etika Ahok...

Kompas.com - 27/03/2015, 08:36 WIB
Jessi Carina

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Kemarin, tim pansus hak angket kembali berkumpul untuk melakukan rapat mereka dengan mengundang pengamat komunikasi politik Emrus Sihombing, Kamis (26/3/2015). Ketika itu, topik pembicaraan saat rapat difokuskan kepada gaya berbicara dan juga cara bersikap Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama.

Sepanjang rapat berlangsung, Emrus mencoba memaparkan gaya komunikasi politik ideal yang ia lihat dari sudut pandang seorang akademisi. Kemudian, hal tersebut dibandingkan dengan gaya komunikasi Basuki selama memimpin Jakarta.

Emrus juga banyak mengkritisi perkataan "toilet" yang diucapkan Basuki dalam wawancara dengan Kompas TV. Menurut dia, hal tersebut akan terus terekam dalam sejarah Jakarta.

"Itu akan jadi branding, jadi sejarah. Oh Jakarta, dulu gubernurnya ada yang sebut ta*k Kalau dicari di-google, Ahok-Taik pasti muncul di seluruh dunia," ujar Emrus.

Curhat colongan anggota Dewan

Gaya berbicara Emrus terlihat berapi-api dan penuh semangat ketika membahas etika Basuki. Hal ini membuat anggota DPRD yang masuk dalam tim angket menjadi serius menyimak. Meski menyatakan netral, pendapat Emrus banyak mengkritisi Ahok, sapaan Basuki.

Hal ini bersambut dengan curhat anggota dewan kepada Emrus soal gaya komunikasi Ahok selama ini. Salah satu anggota DPRD DKI dari Fraksi Partai Golkar, Ramli Muhammad, mengajukan pertanyaan kepada Emrus Sihombing soal sikap Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang menurut mereka sudah tidak sesuai dengan norma dan etika.

"Sepakat enggak kita punya pemimpin seperti ini, apa masih pantas duduk di kursi yang dia miliki?" ujar Ramli.

Mendapat pertanyaan ini, Emrus memberi jawaban dengan panjang lebar. Emrus mengakui, gaya kepemimpinan Ahok (sapaan Basuki) memang mendapat kesan baik oleh masyarakat. Masyarakat menganggap Ahok sebagai pemimpin yang terbuka dan transparan. Akan tetapi, bukan berarti dibenarkan untuk bersikap melanggar etika.

Kemudian, Emrus menyatakan bahwa pemimpin yang tidak beretika, tidak sewajarnya memegang jabatan sebagai pemimpin. "Pimpinan tak beretika tidak pantas duduk di kursi pimpinan. Kalau ada orang berpandangan orang tidak beretika pantas jadi pemimpin, saya enggak bisa habis pikir. Jangankan jadi gubernur, menjadi suami di rumah saja tak pantas," ujar Emrus.

Jawaban dari Emrus tersebut disambut dengan tepuk tangan keras dari anggota DPRD yang hadir dalam rapat tersebut.

Saran-saran

Dalam rapat tersebut, Emrus juga melontarkan saran-saran. Sarannya tidak selalu ditujukan kepada anggota dewan saja, tetapi juga kepada Presiden Joko Widodo. Emrus mengatakan, Joko Widodo harus memberikan teguran tertulis kepada Ahok. Teguran tersebut masih terkait dengan bahasa toilet Ahok dalam wawancara di Kompas TV.

"Dalam konteks ini, Jokowi tidak bisa tidak memberi sanksi. Presiden sebagai kepala negara harus beri sanksi paling tidak teguran tertulis sebagai cerminan revolusi mental. Bukankah pelanggaran etika bukan mencerminkan revolusi mental?" ujar Emrus.

Selain itu, akademisi dari Universitas Pelita Harapan ini juga menyarankan kepada DPRD DKI untuk melakukan sebuah penelitian terhadap gaya komuniksi Gubernur Basuki. "Mungkin DPRD dapat lakukan penelitian. Kumpulkan data ucapan Ahok di media massa. Lalu kita teliti dan kategorikan," ujar Emrus.

Emrus menyarankan anggota DPRD mengumpulkan beberapa rekaman ucapan Basuki di media massa. Baik rekaman media elektronik maupun media cetak dan online. Hal tersebut untuk menentukan apakah Basuki benar-benar termasuk kategori otoriter dan arogan atau tidak.

Emrus mengatakan, setiap pilihan kata dapat menunjukan sikap dari orang tersebut. Meskipun, secara umum, Emrus menjelaskan karakter kepemimpinan seseorang dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yakni demokratis, partisipatif, dan otoriter. Dari ketiganya, Emrus melihat Ahok masuk ke dalam jenis orang yang memiliki karakter otoriter.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Maju Pilkada 2024, 2 Kader PDI-P yang Pernah Jadi Walkot Bekasi Juga Daftar Lewat PKB

Maju Pilkada 2024, 2 Kader PDI-P yang Pernah Jadi Walkot Bekasi Juga Daftar Lewat PKB

Megapolitan
3 Juta KTP Warga DKI Bakal Diganti Jadi DKJ pada Tahun Ini, Dukcapil: Masih Menunggu UU DKJ Diterapkan

3 Juta KTP Warga DKI Bakal Diganti Jadi DKJ pada Tahun Ini, Dukcapil: Masih Menunggu UU DKJ Diterapkan

Megapolitan
Saat Tekanan Batin Berujung pada Kecemasan yang Dapat Membuat Anggota Polisi Bunuh Diri

Saat Tekanan Batin Berujung pada Kecemasan yang Dapat Membuat Anggota Polisi Bunuh Diri

Megapolitan
PMI Jakbar Ajak Masyarakat Jadi Donor Darah di Hari Buruh

PMI Jakbar Ajak Masyarakat Jadi Donor Darah di Hari Buruh

Megapolitan
Gulirkan Nama Besar Jadi Bacagub DKI, PDI-P Disebut Ingin Tandingi Calon Partai Lain

Gulirkan Nama Besar Jadi Bacagub DKI, PDI-P Disebut Ingin Tandingi Calon Partai Lain

Megapolitan
Anggota Polisi Bunuh Diri, Psikolog Forensik: Ada Masalah Kesulitan Hidup Sekian Lama...

Anggota Polisi Bunuh Diri, Psikolog Forensik: Ada Masalah Kesulitan Hidup Sekian Lama...

Megapolitan
Warga Sebut Pabrik Arang di Balekambang Sebelumnya Juga Pernah Disegel

Warga Sebut Pabrik Arang di Balekambang Sebelumnya Juga Pernah Disegel

Megapolitan
Pengelola Sebut Warga Diduga Jual Beli Rusun Muara untuk Keuntungan Ekspres

Pengelola Sebut Warga Diduga Jual Beli Rusun Muara untuk Keuntungan Ekspres

Megapolitan
Nama Andika Perkasa Masuk Bursa Cagub DKI 2024, Pengamat: PDI-P Harus Gerak Cepat

Nama Andika Perkasa Masuk Bursa Cagub DKI 2024, Pengamat: PDI-P Harus Gerak Cepat

Megapolitan
Polisi Tutup Kasus Kematian Brigadir RAT, Kompolnas: Sudah Tepat karena Kasus Bunuh Diri

Polisi Tutup Kasus Kematian Brigadir RAT, Kompolnas: Sudah Tepat karena Kasus Bunuh Diri

Megapolitan
Pengedar Narkoba yang Ditangkap di Depok Konsumsi Ganja Berbentuk 'Liquid'

Pengedar Narkoba yang Ditangkap di Depok Konsumsi Ganja Berbentuk "Liquid"

Megapolitan
PMI Jakbar Sebut Stok Darah Mulai Meningkat Akhir April 2024

PMI Jakbar Sebut Stok Darah Mulai Meningkat Akhir April 2024

Megapolitan
Nekatnya Eks Manajer Resto Milik Hotman Paris, Gelapkan Uang Perusahaan Rp 172 Juta untuk Judi 'Online' dan Bayar Utang

Nekatnya Eks Manajer Resto Milik Hotman Paris, Gelapkan Uang Perusahaan Rp 172 Juta untuk Judi "Online" dan Bayar Utang

Megapolitan
Psikolog Forensik: Ada 4 Faktor Anggota Polisi Dapat Memutuskan Bunuh Diri

Psikolog Forensik: Ada 4 Faktor Anggota Polisi Dapat Memutuskan Bunuh Diri

Megapolitan
Belum Berhasil Identifikasi Begal di Bogor yang Seret Korbannya, Polisi Bentuk Tim Khusus

Belum Berhasil Identifikasi Begal di Bogor yang Seret Korbannya, Polisi Bentuk Tim Khusus

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com