Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memetik Pelajaran dari Kisruh APBD DKI

Kompas.com - 27/03/2015, 13:57 WIB
Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Salah satu makna positif yang bisa dilaksanakan dari kisruh anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) DKI adalah soal tata cara penyusunan anggaran. Jika biasanya anggaran disusun dengan berbagai kelemahannya seperti adanya anggaran titipan, kini segala kelemahan itu bisa diungkap dan menjadi pelajaran untuk lebih baik lagi ke depannya.

Seperti yang sekarang sedang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Sebelum mencapai tenggat waktu pengesahan APBD yang direncanakan jatuh di tanggal 10 April 2015, seluruh satuan kerja perangkat daerah (SKPD) ditegaskan untuk mengetatkan anggaran-anggaran di dalamnya sesuai pagu anggaran APBD-P 2014 sebesar Rp 72,9 triliun. "

Seluruh SKPD akan mengoreksi anggaran untuk program-programnya. Kalau ada yang merasa berlebih, lebihnya itu untuk dialihkan ke hal lain. Tetapi kalau masih merasa kurang, bisa minta anggaran lebih," kata Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) DKI Heru Budi Hartono, Jumat (27/3/2015).

Koreksi terhadap pengajuan anggaran tersebut diserahkan ke seluruh SKPD. Heru menilai, masing-masing SKPD memiliki kapasitasnya sendiri sehingga dianggap lebih tahu soal kebutuhan mereka sendiri.

Selain koreksi oleh SKPD, tambah Heru, instansinya juga akan terus menyisir anggaran-anggaran yang dianggap tidak perlu.

Anggaran tidak perlu itu merupakan pos yang tidak berhubungan dengan kepentingan masyarakat, seperti anggaran sosialisasi, biaya pemeliharaan, perjalanan dinas ke luar negeri, dan sebagainya.

Sehingga, seperti yang pernah diutarakan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, meski pagu anggaran yang digunakan lebih rendah dari RAPBD 2015, Pemprov DKI dipastikan masih kelebihan uang.

Kelebihan uang itu didapat dari potongan dan koreksi anggaran-anggaran yang tidak perlu tadi. Kelebihan uang itu lantas akan digunakan untuk hal-hal lain, seperti biaya rehabilitasi gedung dan biaya-biaya lain yang dianggap penting dan mendesak.

Kelebihan anggaran juga akan disuntikkan ke Bank DKI dan Dinas Bina Marga untuk berbagai kegiatan. Untuk mengontrol dan menyisir anggaran yang tak perlu, tetap menggunakan sistem e-budgeting.

Rencana anggaran 2016 kini sudah masuk ke tahap musyawarah rencana pembangunan (musrenbang) tahap Kecamatan oleh Pemprov DKI. Heru melihat, apa yang dialami oleh DKI di anggaran 2015 bisa menjadi acuan di tahun 2016.

"Jadi anggaran yang aneh-aneh itu bisa semakin ditekan. Pastinya harapan kita jadi lebih baik lagi. Anggarannya benar-benar buat warga," kata Heru.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pria di Kali Sodong Dibunuh 'Debt Collector' Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Pria di Kali Sodong Dibunuh "Debt Collector" Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Megapolitan
KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

Megapolitan
PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

Megapolitan
Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Megapolitan
'Bullying' Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

"Bullying" Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

Megapolitan
KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

Megapolitan
Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Megapolitan
Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gamblez Ditahan, Ini Alasan Polisi

Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gamblez Ditahan, Ini Alasan Polisi

Megapolitan
Sidang Konflik Lahan, Hakim Periksa Langsung Objek Perkara di Hotel Sultan

Sidang Konflik Lahan, Hakim Periksa Langsung Objek Perkara di Hotel Sultan

Megapolitan
Dishub DKI Imbau Pengelola Minimarket Ajukan Izin Perparkiran

Dishub DKI Imbau Pengelola Minimarket Ajukan Izin Perparkiran

Megapolitan
Polres Bogor Buat Aplikasi 'SKCK Goes To School' untuk Cegah Kenakalan Remaja, Apa Isinya?

Polres Bogor Buat Aplikasi "SKCK Goes To School" untuk Cegah Kenakalan Remaja, Apa Isinya?

Megapolitan
Depresi, Epy Kusnandar Tak Dihadirkan dalam Konferensi Pers Kasus Narkobanya

Depresi, Epy Kusnandar Tak Dihadirkan dalam Konferensi Pers Kasus Narkobanya

Megapolitan
19 Mei, Ada Kahitna di Bundaran HI dalam Acara Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta

19 Mei, Ada Kahitna di Bundaran HI dalam Acara Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com