Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta Muhammad Nasyir mengatakan bahwa tidak mungkin untuk mengubah rancangan yang ada saat ini. Terlebih lagi, layanan MRT ditargetkan sudah harus beroperasi pada 2017, alias hanya tinggal tersisa dua tahun untuk menyelesaikan proyek yang menelan dana sekitar Rp 15 triliun itu.
"Mengubah segala sesuatu yang sudah direncanakan itu butuh proses karena akan memakan waktu dan biaya. Jadi, harus ada penyesuaian," kata Nasyir kepada Kompas.com, Senin (20/4/2015).
Sehubungan dengan adanya masukan dari Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) yang meminta lokasi stasiun MRT dipindah agar menyesuaikan dengan Selter Transjakarta Koridor 13, Nasyir menyatakan bahwa konsep integrasi antar-moda tidak harus dengan cara mendekatkan lokasi pemberhentian dari dua moda yang akan diintegrasikan.
"Orang suka berpikir integrasi antar-moda itu hanya perlu satu langkah nyampe. Tidak perlu capek-capek, nyampe. Kalau perlu tidak pindah bangunan, nyampe. Padahal, di luar negeri ada yang sampai berjalan satu kilometer, tidak masalah," ujar dia.
Nasyir menilai, faktor utama yang harus dibutuhkan untuk menyiasati jauhnya jarak yang harus dilakui para penumpang adalah dengan meningkatkan kenyamanan. Kenyamanan, ujar dia, tidak harus dengan cara mendekatkan. (Baca: MRT dan Transjakarta Ciledug-Tendean Enggak "Nyambung"?)
Nasyir mengambil analogi mengenai banyaknya orang yang tidak lelah saat berjalan-jalan mengelilingi pusat perbelanjaan. Ia menilai hal itu disebabkan nyamannya situasi dan kondisi yang ada di mal itu.
"Walaupun harus jalan 300 meter, kita bikin nyaman kan bisa. Jalan-jalan 2-3 jam di mal saja kuat. Kenapa? Karena nyaman. Bikin nyaman kan tidak harus dengan satu langkah nyampe," ucap Nasyir.
Sebelumnya, ITDP mempertanyakan tidak saling terintegrasinya stasiun MRT dan Selter Transjakarta Koridor 13 pada perencanaan kedua proyek itu. Hal itu terjadi di titik perempatan Jalan Trunojoyo, tak jauh dari Gedung Kejaksaan Agung, Jakarta Selatan, yang nantinya menjadi titik pertemuan antara dua moda transportasi tersebut. Direktur ITDP Indonesia Yoga Adiwinarto menyayangkan apabila rencana yang ada saat ini tetap dipertahankan.
Jika ini terwujud, pengguna MRT yang akan direpotkan. Sebab, kata dia, perempatan Trunojoyo dan Blok M Plaza memiliki jarak sekitar 500-800 meter. Jarak itu, kata dia, akan menjadi suatu kegiatan yang melelahkan bagi warga pengguna yang hendak berpindah moda dari Koridor 13 ke MRT, maupun sebaliknya. Padahal, kata Yoga, aspek kenyamanan penumpang mutlak dibutuhkan dalam keberhasilan layanan transportasi umum. Sebab, bila penumpang dibuat tidak nyaman, layanan transportasi umum yang disediakan diragukan akan dapat menjaring banyak penumpang.
"Harus jalan kaki cukup jauh dari stasiun MRT di Blok M Plaza ke halte transjakarta yang ada di perempatan Trunojoyo. Bisa 500-800 meter. Kalau dari Al Azhar lebih jauh lagi," ujar dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.