Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/05/2015, 14:42 WIB
Robertus Belarminus

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Pemprov DKI Jakarta memberikan dua opsi terkait kisruh penggunaan jalur transjakarta oleh operator APTB. Namun, dua opsi tersebut ternyata sama-sama tidak menguntungkan bagi operator APBT.

Ketua Dewan Pimpinan Daerah Organda Provinsi DKI Jakarta Safruhan Sinungan, menyebut bahwa dua opsi tersebut sama-sama mematikan pihak operator APTB.

"Dua opsi ini buah simalakama, pertama bapak mati, kedua ibu mati. Dua-duanya tidak untung," kata Safruhan, kepada wartawan, di Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Kamis (7/5/2015).

Safruhan mengatakan, dua opsi tersebut yakni APTB dapat masuk busway dan mengangkut penumpang dari busway tetapi tidak boleh memungut biaya. Kemudian, Pemprov DKI juga tidak membayar rupiah per kilometernya atau pada pilihan opsi kedua APTB hanya boleh beroperasi sampai dengan perbatasan jalur terakhir koridor busway.

Safruhan menjelaskan, jika memilih opsi pertama, dampak kerugian bagi pihak operator APTB akan begitu besar. Ia tak memungkiri pihaknya juga mencari untung dalam layanan APTB tersebut.

Ia menyebut, opsi pertama sama saja artinya swasta disuruh untuk mensubsidi masyarakat. Tidak ada pilihan lain selain memilih opsi kedua meski kerugian menurutnya tetap akan terjadi. Namun, ia belum dapat menaksir kerugiannya. Safruhan menyebut cukup besar. Terkait dua opsi ini, pihaknya tak dapat menolak untuk tidak memilih.

"Saya sampaikan bukan menolak, tapi kita disuruh pilih dua opsi yang sama-sama rugi. Kalau tidak ada jalan lain, kita pilih yang kedua, tapi itu juga kan punya dampak. Kalau yang pertama rugi besar, kalau kedua rugi juga, tapi lebih kecil," ujarnya.

Safruhan menjelaskan, operator APTB mengeluarkan sekitar Rp 2 miliar untuk membeli satu unit bus. Saat ini, lanjut dia, beroperasi 187 bus APTB yang dimiliki berbagai operator. Dengan asumsi, investasi akan kembali dalam waktu tujuh tahun. Namun, diperkirakan dengan opsi ini balik modal investasi para operator bisa lebih lama.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Bawaslu DKI Akan Surati DPRD Terkait Kekurangan Ruang Gakumdu di Tingkat Kota

Bawaslu DKI Akan Surati DPRD Terkait Kekurangan Ruang Gakumdu di Tingkat Kota

Megapolitan
Dokter Ungkap Ada Peningkatan Kasus Pneumonia pada Anak di RSUP Persahabatan

Dokter Ungkap Ada Peningkatan Kasus Pneumonia pada Anak di RSUP Persahabatan

Megapolitan
Eks Petugas KPPS: Kalau Bisa Pemilu 2024 Jangan Serentak, Kasihan Petugas...

Eks Petugas KPPS: Kalau Bisa Pemilu 2024 Jangan Serentak, Kasihan Petugas...

Megapolitan
Korban Berharap Rihana-Rihani Divonis Lebih Tinggi dari Tuntutan Jaksa

Korban Berharap Rihana-Rihani Divonis Lebih Tinggi dari Tuntutan Jaksa

Megapolitan
Gelap Mata Suami yang Bakar Istri Hidup-hidup karena Cemburu Buta, lalu Kabur ke Rumah Tetangga

Gelap Mata Suami yang Bakar Istri Hidup-hidup karena Cemburu Buta, lalu Kabur ke Rumah Tetangga

Megapolitan
Tanggapi Pleidoi 3 Oknum TNI Pembunuh Imam Masykur, Oditur Militer Teguh Tuntut Hukuman Mati

Tanggapi Pleidoi 3 Oknum TNI Pembunuh Imam Masykur, Oditur Militer Teguh Tuntut Hukuman Mati

Megapolitan
Vandalisme di Bus Transjakarta, Bangku Penumpang Ditempeli Stiker Caleg

Vandalisme di Bus Transjakarta, Bangku Penumpang Ditempeli Stiker Caleg

Megapolitan
Kagetnya Mendag Zulhas Usai Tahu Harga Cabai di Pasar Johar Baru Rp 120.000, Minta Pemda Subsidi Ongkos Angkut

Kagetnya Mendag Zulhas Usai Tahu Harga Cabai di Pasar Johar Baru Rp 120.000, Minta Pemda Subsidi Ongkos Angkut

Megapolitan
Jali Sembunyi di Rumah Tetangga Usai Bakar Istrinya

Jali Sembunyi di Rumah Tetangga Usai Bakar Istrinya

Megapolitan
Dinkes DKI Siagakan Ambulans di Kelurahan untuk Antisipasi KPPS Sakit di Pemilu 2024

Dinkes DKI Siagakan Ambulans di Kelurahan untuk Antisipasi KPPS Sakit di Pemilu 2024

Megapolitan
Siasat Ibu-ibu Hadapi Tingginya Bahan Pokok, Berburu Diskon dari Supermarket hingga ke Pasar Daring

Siasat Ibu-ibu Hadapi Tingginya Bahan Pokok, Berburu Diskon dari Supermarket hingga ke Pasar Daring

Megapolitan
Bawaslu Tingkat Kota DKI Belum Punya Ruang Gakkumdu, Anggaran Sewa Disebut Tak Cukup

Bawaslu Tingkat Kota DKI Belum Punya Ruang Gakkumdu, Anggaran Sewa Disebut Tak Cukup

Megapolitan
Sidang Putusan Oknum Paspampres Pembunuh Imam Masykur Digelar 11 Desember 2023

Sidang Putusan Oknum Paspampres Pembunuh Imam Masykur Digelar 11 Desember 2023

Megapolitan
Dibakar Suami, Perempuan di Jaksel Lari Minta Tolong dengan Api Menyala

Dibakar Suami, Perempuan di Jaksel Lari Minta Tolong dengan Api Menyala

Megapolitan
RSUP Persahabatan: Belum Ada Laporan Anak Terinfeksi Pneumonia Mycoplasma

RSUP Persahabatan: Belum Ada Laporan Anak Terinfeksi Pneumonia Mycoplasma

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com