Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siklus Perdagangan di Passer Baroe

Kompas.com - 22/06/2015, 21:55 WIB

KOMPAS.com - Pasar Baru di Sawah Besar, Jakarta Pusat, adalah keniscayaan sebuah usaha perdagangan: pasang surut yang dinamis. Awalnya pasar sederhana, lalu berkembang menjadi pusat perbelanjaan kelas dunia, kemudian redup di tengah perkembangan zaman. Passer Baroe kini mencoba bertahan sebagai salah satu ikon wisata Ibu Kota.

Orang-orang mandi dan berendam di kanal. Beberapa lelaki dan perempuan terendam sampai setengah badan. Mereka membasahi, membanting-banting pakaian kotor di papan cucian, lalu membilasnya sampai bersih.

Rumah-rumah mungil tempat tinggal pedagang Tionghoa. Bangunan dari bambu, warung, meja, dan tikar tempel-menempel menyesaki pasar ini. Orang Tionghoa menggunakan mata uang dari perunggu yang berlubang persegi di tengahnya.

Demikian catatan harian Strehler, dokter yang hidup di Batavia pada awal abad ke-19, menggambarkan kesan ketika berkunjung ke Pasar Baru.

"Satu jam pastilah tidak cukup untuk melihat segala sesuatu yang dapat dilihat di Passer Baroe," kata Strehler sebagaimana ditulis Frieda Amran di buku Batavia, Kisah Kapten Woodes Rogers dan dr Strehler.

Kanal di dekat Pasar Baru adalah tempat bermain air. Fitri R Ghozally di buku Dari Batavia menuju Jakarta menulis, tak jarang anak-anak melompat dari jembatan Pasar Baru atau dari tiang lentera ke pintu air. Kadang berlomba menyeberang sungai. Tahun 1877, Jalan Pasar Baru termasuk daerah yang maju. Toko berjejer, jalanan lengang, dan belum banyak rumah bertingkat dan pedagang kaki lima (PKL).

Para pedagang awal Passer Baroe menjual buah-buahan, seperti nanas, manggis, jeruk, semangka, dan pisang. Ada pula pedagang unggas, senjata seperti keris, golok, dan klewang, serta hasil tangkapan nelayan. Namun, pasar berkembang sejalan dengan perkembangan kota.

Pada tahun 1800-an, penghuni Batavia Lama (Jakarta Kota) "hijrah" ke selatan karena kota semakin padat dan dinilai tidak layak huni. Kawasan selatan kota di sekitar Lapangan Banteng- Pasar Baru kini, dulu disebut Weltevreden, dinilai lebih nyaman untuk tinggal.

Pasar Baru pun berkembang. Dari sebuah pasar sederhana yang menjual hasil pertanian mulai bermunculan toko-toko kelontong. Pedagang etnis Tionghoa merupakan para pemilik toko pertama di Pasar Baru.

Pasar semakin hidup ketika tentara Inggris membangun gedung kesenian di seberang Pasar Baru. Gedung lalu dibongkar dan dibangun permanen oleh Pemerintah Hindia Belanda dan kini menjadi Gedung Kesenian Jakarta.

Pada tahun 1930-an, kawasan ini berkembang menjadi pusat aktivitas di Batavia dengan pertokoan kelas dunia. Pasar Baru adalah sasaran utama berbelanja bagi orang yang baru pertama kali datang ke Batavia. Pasar Baru juga menjadi tempat belanja yang prestisius bagi warga kota.

Ikon wisata

Pasar Baru kini sudah jauh berubah. Tak ada lagi anak-anak yang bermain-main di kanal. Airnya kini berwarna hijau kehitaman dan berbau busuk. Pada Sabtu (20/6) siang, air di kanal itu tenang, sama sekali tak terlihat mengalir.

Toko-toko dengan bangunan khas Eropa, seperti tergambar di foto-foto awal abad ke-19, telah berganti dengan bangunan baru. Namun, satu dua toko masih mempertahankan bentuk aslinya meski sudah kusam tak terawat. Jenis dagangan utamanya pun bertahan, terutama kain dan sepatu.

Toko-toko sepatu berjejer di Pasar Baru. Nama-nama tokonya khas, seperti Canada, Italy, Toronto, Milano, dan Sin Lie Seng. Demikian pula toko kain, salah satu kekhasan Pasar Baru, menjajakan aneka jenis kain dan menawarkan jasa penjahitan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pembegal Casis Bintara Polri Jual Motor Korban Rp 3,3 Juta

Pembegal Casis Bintara Polri Jual Motor Korban Rp 3,3 Juta

Megapolitan
Zoe Levana Mengaku Tak Sengaja Terobos Jalur Transjakarta, Berujung Terjebak 4 Jam

Zoe Levana Mengaku Tak Sengaja Terobos Jalur Transjakarta, Berujung Terjebak 4 Jam

Megapolitan
Ini Tampang Madun, Conde, Buluk, dan Kerdil, Komplotan Begal yang Bacok Casis Bintara di Jakbar

Ini Tampang Madun, Conde, Buluk, dan Kerdil, Komplotan Begal yang Bacok Casis Bintara di Jakbar

Megapolitan
Zeo Levana Mengaku Buat Konten Terjebak di 'Busway' atas Permintaan Sopir Bus Transjakarta

Zeo Levana Mengaku Buat Konten Terjebak di "Busway" atas Permintaan Sopir Bus Transjakarta

Megapolitan
Masuk dan Terjebak di Jalur Transjakarta, Zoe Levana: Kami Tak Sengaja

Masuk dan Terjebak di Jalur Transjakarta, Zoe Levana: Kami Tak Sengaja

Megapolitan
Pembebasan Ketua Kelompok Tani KSB Jadi Syarat Warga Mau Tinggalkan Rusun Kampung Bayam

Pembebasan Ketua Kelompok Tani KSB Jadi Syarat Warga Mau Tinggalkan Rusun Kampung Bayam

Megapolitan
Dishub DKI Tindak 216 Jukir Liar di Jakarta Selama Sepekan

Dishub DKI Tindak 216 Jukir Liar di Jakarta Selama Sepekan

Megapolitan
Diperiksa Polisi, Zoe Levana Cerita Kronologi Terjebak di Jalur Transjakarta Selama 4 Jam

Diperiksa Polisi, Zoe Levana Cerita Kronologi Terjebak di Jalur Transjakarta Selama 4 Jam

Megapolitan
Tumpukan Sampah Menggunung di Kembangan, Warga Keluhkan Bau Menyengat

Tumpukan Sampah Menggunung di Kembangan, Warga Keluhkan Bau Menyengat

Megapolitan
Polisi Tilang Zoe Levana Usai Terobos Jalur Transjakarta

Polisi Tilang Zoe Levana Usai Terobos Jalur Transjakarta

Megapolitan
PPDB SMP Jakarta 2024: Kuota, Seleksi, Jalur, dan Jadwalnya

PPDB SMP Jakarta 2024: Kuota, Seleksi, Jalur, dan Jadwalnya

Megapolitan
Gudang Ekspedisi di Bogor Disebut Mirip Kelab Malam, Setel Musik Kencang hingga Diprotes Warga

Gudang Ekspedisi di Bogor Disebut Mirip Kelab Malam, Setel Musik Kencang hingga Diprotes Warga

Megapolitan
PPDB 'Online', Disdik DKI Jamin Tak Ada Celah bagi Oknum Jual Beli Kursi Sekolah

PPDB "Online", Disdik DKI Jamin Tak Ada Celah bagi Oknum Jual Beli Kursi Sekolah

Megapolitan
Selebgram Zoe Levana Bantah Tudingan Terjebak di Jalur Transjakarta Cuma 'Settingan'

Selebgram Zoe Levana Bantah Tudingan Terjebak di Jalur Transjakarta Cuma "Settingan"

Megapolitan
Kasus DBD di Tangerang Selatan Meningkat, Paling Banyak di Pamulang

Kasus DBD di Tangerang Selatan Meningkat, Paling Banyak di Pamulang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com