Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Politisi Gerindra Dukung Ahok Kurangi Jumlah PNS di Jakarta

Kompas.com - 25/06/2015, 09:39 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta Mohamad Sanusi menyatakan setuju dengan rencana Gubernur Basuki Tjahaja Purnama yang hendak mengurangi jumlah pegawai negari sipil (PNS) di lingkungan Pemprov DKI Jakarta.

Meskipun demikian, ia menilai, Ahok, sapaan Basuki, perlu berkonsultasi dengan Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi agar kebijakannya itu tidak melanggar hak-hak para PNS.

Sanusi menyampaikan hal itu untuk menanggapi pernyataan Ahok yang telah berulang kali melontarkan wacananya untuk mengurangi jumlah PNS di Pemprov DKI yang saat ini mencapai 72.000 orang. Ahok menilai jumlah tersebut terlalu besar dan tidak efisien.

"Sepanjang tidak melanggar norma, silakan saja. Jadi, enggak apa-apa. Tapi, intinya gini, kalau bisa dilakukan, silakan dilakukan, itulah manajemen. Tetapi, jangan dilanggar norma aturannya. Jadi, tanya ke Kemenpan," kata Sanusi saat dihubungi, Kamis (25/6/2015).

Sanusi menilai perlunya Ahok untuk berkonsultasi dengan Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi disebabkan ada peraturan yang menyatakan jumlah PNS di suatu daerah harus menyesuaikan dengan jumlah penduduk yang ada. Saat ini, jumlah penduduk Provinsi DKI Jakarta mencapai sekitar 10 juta orang.

"Kan ada kalkulasi, jumlah orang, penduduknya berapa, maka aparatur pemerintahan se per berapanya, itu ada. Itu namanya manajemen SDM," ujar politisi Partai Gerindra itu.

Sebagai informasi, Ahok telah beberapa kali melontarkan wacana ingin mengurangi jumlah PNS di Pemprov DKI. Sebab, ia menilai jumlah PNS yang ada terlalu banyak.

Ia pernah membandingkan jumlah PNS di DKI Jakarta dengan PNS di ibu kota Filipina, Manila, yang ia sebut hanya berjumlah sekitar 10.000 orang.

Bahkan, Ahok sempat mengatakan, pelayanan terhadap masyarakat di Jakarta tidak akan mengalami masalah walaupun Pemprov DKI harus kehilangan 40.000 PNS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Iklan Skincare 'Cerah' Terkait Pilkada Jabar, Bima Arya: Kampanye Harus Beda dan Unik

Iklan Skincare "Cerah" Terkait Pilkada Jabar, Bima Arya: Kampanye Harus Beda dan Unik

Megapolitan
Pasang Billboard Skincare 'Cerah' di Bogor, Bima Arya Akui Terkait Pilkada Jabar

Pasang Billboard Skincare "Cerah" di Bogor, Bima Arya Akui Terkait Pilkada Jabar

Megapolitan
Dijanjikan Komisi dari 'Like' dan 'Subscribe' Youtube, Korban Ditipu Rp 800 Juta

Dijanjikan Komisi dari "Like" dan "Subscribe" Youtube, Korban Ditipu Rp 800 Juta

Megapolitan
Dua Penipu Modus 'Like' dan 'Subscribe Youtube Ditangkap, Dikendalikan WNI di Kamboja

Dua Penipu Modus "Like" dan "Subscribe Youtube Ditangkap, Dikendalikan WNI di Kamboja

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kehadiran Marshel di Pilkada Tangsel Dianggap Muluskan Kemenangan Benyamin Pilar | Akhir Pelarian Ketua Panitia Konser Lentera Festival

[POPULER JABODETABEK] Kehadiran Marshel di Pilkada Tangsel Dianggap Muluskan Kemenangan Benyamin Pilar | Akhir Pelarian Ketua Panitia Konser Lentera Festival

Megapolitan
WNI di Kamboja Jadi Dalang Penipuan 'Like' dan 'Subscribe' Youtube di Indonesia

WNI di Kamboja Jadi Dalang Penipuan "Like" dan "Subscribe" Youtube di Indonesia

Megapolitan
Penolakan Tapera Terus Menggema, Buruh dan Mahasiswa Kompak Gelar Unjuk Rasa

Penolakan Tapera Terus Menggema, Buruh dan Mahasiswa Kompak Gelar Unjuk Rasa

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 28 Juni 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 28 Juni 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Megapolitan
Rombongan Tiga Mobil Sempat Tak Bayar Makan di Resto Depok, Ini Alasannya

Rombongan Tiga Mobil Sempat Tak Bayar Makan di Resto Depok, Ini Alasannya

Megapolitan
Pemkot Jaksel Diminta Tindak Tegas Dua Restoran di Melawai yang Dianggap Sebabkan Kegaduhan

Pemkot Jaksel Diminta Tindak Tegas Dua Restoran di Melawai yang Dianggap Sebabkan Kegaduhan

Megapolitan
Rekayasa Lalu Lintas Diterapkan di Sejumlah Jalan Jaksel Imbas Pembangunan Drainase

Rekayasa Lalu Lintas Diterapkan di Sejumlah Jalan Jaksel Imbas Pembangunan Drainase

Megapolitan
Pemkot Jaksel Sidak Dua Restoran di Melawai yang Dikeluhkan Warga Sebabkan Parkir Liar

Pemkot Jaksel Sidak Dua Restoran di Melawai yang Dikeluhkan Warga Sebabkan Parkir Liar

Megapolitan
Senangnya Laim, Tak Perlu Lagi Timba Air 40 Liter di Sumur Tua Hutan Setiap Hari

Senangnya Laim, Tak Perlu Lagi Timba Air 40 Liter di Sumur Tua Hutan Setiap Hari

Megapolitan
Kesaksian Jemaat soal Perselisihan Penggunaan Gereja di Cawang yang Berujung Bentrok

Kesaksian Jemaat soal Perselisihan Penggunaan Gereja di Cawang yang Berujung Bentrok

Megapolitan
Terkait PPDB di Jakarta, Disdik DKI Diminta Evaluasi Kuota dan Jangkauan Jalur Zonasi

Terkait PPDB di Jakarta, Disdik DKI Diminta Evaluasi Kuota dan Jangkauan Jalur Zonasi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com