Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Tanah RS Sumber Waras yang Dipermasalahkan

Kompas.com - 15/07/2015, 08:53 WIB
Andri Donnal Putera

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Lembaga penelitian bernama Garuda Institute mengaku menemukan sejumlah kejanggalan mengenai pembelian tanah untuk RS Sumber Waras. Mulai dari letaknya yang disebut berada di gang sempit hingga NJOP yang tak sesuai.

Dalam keterangan tertulisnya, lembaga itu menyebut lahan yang dibeli Pemprov DKI itu memiliki NJOP Rp 7.440.000 per meter persegi. Disebutkan juga, lahan seluas 3,64 hektar itu berbatasan dengan Jalan Tomang Utara, berbeda dengan lahan RS Sumber Waras yang berbatasan dengan Jalan Kyai Tapa, Jakarta Barat.

Temuan lembaga itu berbeda dengan yang dikatakan Direktur Umum Rumah Sakit Sumber Waras Abraham Tedjanegara. Menurut dia, lahan yang dibeli Pemprov DKI berbatasan dengan Jalan Kyai Tapa, bukan Jalan Tomang Utara seperti yang disebutkan.

"Lahan untuk Pemprov DKI ada di sini. Berbatasan sama Jalan Kyai Tapa, bukan sama Jalan Tomang Utara. Kita bagi melintang di tengah lahan, bukan dibagi dua ada kawasan depan dan belakang gitu," kata Abraham saat dikonfirmasi, Rabu (15/7/2015).

KOMPAS.com/Andri Donnal Putera Pihak Rumah Sakit Sumber Waras, Jakarta Barat, memperlihatkan dua lembar dokumen Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tahun 2014 (kiri) dan tahun 1995 (kanan). Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta resmi membeli sebagian lahan milik RS Sumber Waras dengan mengacu pada Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) tahun 2014 namun besaran PBB untuk lahan Pemprov dan RS Sumber Waras masih jadi satu.

Abraham sempat mengajak Kompas.com menengok lahan yang telah dibeli Pemprov DKI dan mana lahan yang masih milik RS Sumber Waras. Tidak ada batas khusus yang digunakan untuk membedakan mana lahan Pemprov DKI dan mana yang bukan karena masih banyak bangunan yang kini masih digunakan RS Sumber Waras.

Abraham menjelaskan, pembagian lahan tersebut melintang dari titik temu di dekat pintu masuk sampai ke ujung rumah sakit. Dari akses masuk kendaraan, lahan milik Pemprov DKI ada di sebelah kiri. Sedangkan lahan milik RS Sumber Waras berada di sebelah kanan.

Akses masuk ke lahan milik Pemprov DKI yang nantinya akan dijadikan rumah sakit kanker hanya ada dari pintu masuk depan RS Sumber Waras. Dengan kata lain, lahan milik Pemprov DKI masih jadi satu dengan kawasan RS Sumber Waras, bukan tanah yang dapat diakses melalui gang dan sering terkena banjir.

"Kalau bicara banjir mah di depan saja di Jalan Kyai Tapa itu. Namanya kali di depan jarang dikeruk, hujan besar pasti banjirlah," ujar Abraham.

Tentang NJOP yang berbeda menurut Garuda Institute juga dibantah oleh Abraham. Menurut Garuda Institute, ada dua bidang tanah yang menempel di RS Sumber Waras, di mana satu bidang dipakai rumah sakit dan satunya yang dijual kepada Pemprov.

Abraham sebagai pemegang kuasa penuh di sana menerangkan, tidak ada dua bidang tanah, hanya satu bidang yang kemudian dibagi dua karena dibeli oleh Pemprov DKI.

"Semuanya NJOP tanah itu Rp 20.755.000 per meter persegi, sesuai NJOP tahun 2014. Kita ada datanya. Jangan aneh-aneh ada dua NJOP, NJOP dari mana punya itu," tanya Abraham.

Abraham juga sempat menunjukkan dokumen-dokumen berupa pembayaran Pajak Bumi Bangunan (PBB) pada tahun 2014. Tertera nilai NJOP itu memang Rp 20.755.000.

KOMPAS.com/Andri Donnal Putera Gambaran umum tentang bentuk bangunan rumah sakit kanker yang akan dibangun Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta tepat di samping Rumah Sakit Sumber Waras, Jalan Kyai Tapa, Jakarta Barat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Jakarta, Rabu 8 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam Nanti Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta, Rabu 8 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam Nanti Berawan

Megapolitan
Hari Pertama Pendaftaran Cagub Independen, KPU DKI Belum Terima Berkas Masuk

Hari Pertama Pendaftaran Cagub Independen, KPU DKI Belum Terima Berkas Masuk

Megapolitan
Keluarga Histeris Saat Tahu Putu Tewas di Tangan Senior STIP

Keluarga Histeris Saat Tahu Putu Tewas di Tangan Senior STIP

Megapolitan
Sosok Taruna STIP yang Meninggal Dianiaya Senior, Dikenal Mudah Berteman dan Bisa Diandalkan

Sosok Taruna STIP yang Meninggal Dianiaya Senior, Dikenal Mudah Berteman dan Bisa Diandalkan

Megapolitan
Taruna Tingkat Satu STIP Disebut Wajib Panggil Kakak Tingkat dengan Sebutan “Nior”

Taruna Tingkat Satu STIP Disebut Wajib Panggil Kakak Tingkat dengan Sebutan “Nior”

Megapolitan
Pengakuan Eks Taruna STIP, Difitnah dan Dipukul Senior sampai Kancing Seragam Pecah

Pengakuan Eks Taruna STIP, Difitnah dan Dipukul Senior sampai Kancing Seragam Pecah

Megapolitan
Tanggapi Permintaan Maaf Pendeta Gilbert ke MUI, Ketum PITI Tetap Berkeberatan

Tanggapi Permintaan Maaf Pendeta Gilbert ke MUI, Ketum PITI Tetap Berkeberatan

Megapolitan
Cerita Eks Taruna STIP: Lika-liku Perpeloncoan Tingkat Satu yang Harus Siap Terima Pukulan dan Sabetan Senior

Cerita Eks Taruna STIP: Lika-liku Perpeloncoan Tingkat Satu yang Harus Siap Terima Pukulan dan Sabetan Senior

Megapolitan
Bacok Pemilik Warung Madura di Cipayung, Pelaku Sembunyikan Golok di Jaketnya

Bacok Pemilik Warung Madura di Cipayung, Pelaku Sembunyikan Golok di Jaketnya

Megapolitan
Pura-pura Beli Es Batu, Seorang Pria Rampok Warung Madura dan Bacok Pemiliknya

Pura-pura Beli Es Batu, Seorang Pria Rampok Warung Madura dan Bacok Pemiliknya

Megapolitan
Tak Ada yang Janggal dari Berubahnya Pelat Mobil Dinas Polda Jabar Jadi Pelat Putih...

Tak Ada yang Janggal dari Berubahnya Pelat Mobil Dinas Polda Jabar Jadi Pelat Putih...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Dinas Polda Jabar Sebabkan Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ | Apesnya Si Kribo Usai 'Diviralkan' Pemilik Warteg

[POPULER JABODETABEK] Mobil Dinas Polda Jabar Sebabkan Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ | Apesnya Si Kribo Usai "Diviralkan" Pemilik Warteg

Megapolitan
Cara Naik Bus City Tour Transjakarta dan Harga Tiketnya

Cara Naik Bus City Tour Transjakarta dan Harga Tiketnya

Megapolitan
Diperiksa Polisi, Ketum PITI Serahkan Video Dugaan Penistaan Agama oleh Pendeta Gilbert

Diperiksa Polisi, Ketum PITI Serahkan Video Dugaan Penistaan Agama oleh Pendeta Gilbert

Megapolitan
Minta Diskusi Baik-baik, Ketua RW di Kalideres Harap SK Pemecatannya Dibatalkan

Minta Diskusi Baik-baik, Ketua RW di Kalideres Harap SK Pemecatannya Dibatalkan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com