Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Hal tentang Demo Buruh 1 September

Kompas.com - 01/09/2015, 07:03 WIB

KOMPAS.com — "Demo lagi?" Begitu curahan hati warga kelas menengah di media sosial menyikapi rencana aksi unjuk rasa buruh pada Selasa (1/9/2015).

"Heran sama tuh orang-orang enggak bosen-bosennya sembari mengganggu kepentingan umum bikin jalanan macet total aja," ungkap salah satu pengguna Twitter.

Sebelum Anda ikut marah-marah, ada baiknya menyimak lima hal berikut ini untuk mengetahui lebih jauh dan mengantisipasi akibat-akibat langsungnya, khususnya soal kemacetan.

1. Berapa banyak dan di mana saja?

Aksi unjuk rasa akan dilakukan di 20 provinsi di Indonesia. Demikian kata Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal kepada BBC Indonesia.

Khusus di Jabodetabek, dia menargetkan, ada sekitar 50.000 orang, tetapi hingga Senin (31/8/2015) pukul 15.00 WIB, baru sekitar 30.000 orang yang mengonfirmasi akan hadir. "Di Jakarta akan mulai pukul 10.00 WIB dengan titik kumpul di Patung Kuda," kata Said.

Namun, dalam beberapa aksi unjuk rasa sebelumnya, jumlah pengunjuk rasa bisa jauh lebih sedikit dari jumlah yang diperkirakan atau diklaim sebelumnya.

Tak semua serikat buruh hadir. Sebagian kelompok menolak ikut serta karena aksi dinilai tidak murni memperjuangkan nasib buruh dan membawa isu rasialisme.

"Gerakan ini dimotori oleh serikat pendukung Prabowo, jadi bermuatan politis dan dilakukan untuk popularitas. Lebih dari itu, kami melihat juga ada isu yang kanan sekali, yaitu soal anti-pekerja asing," kata Paulus Suryanta Ginting, dari Pusat Perlawanan Rakyat Indonesia, organisasi multisektor yang beranggotakan buruh, kaum miskin kota, dan budayawan.

2. Mengapa demo lagi?

Isu utama unjuk rasa kali ini terkait dengan maraknya aksi pemutusan hubungan kerja akibat kelesuan ekonomi yang digambarkan oleh Said Iqbal sebagai "suasana yang mengancam".

Namun, tak semua setuju. Suryanta mengatakan, pemutusan hubungan kerja yang terjadi belum signifikan karena selama ini bisa diselesaikan dengan sistem kontrak atau outsourcing.

"Belum seperti yang terjadi ketika krisis 1998," katanya.

Namun, KSPI berargumen bahwa hingga saat ini sudah ada sekitar 100.000 buruh yang di-PHK, termasuk buruh-buruh dari 13 perusahaan padat karya yang tutup (di industri makanan minuman, garmen, dan tekstil), serta sejumlah perusahaan lain yang mengurangi jumlah karyawannya.

Asosiasi Pertekstilan Indonesia dalam sejumlah laporan menyebutkan, ada sekitar 60.000 buruh tekstil yang diberhentikan karena daya beli yang melemah dan ongkos produksi yang naik. Sementara itu, data Kementerian Ketenagakerjaan menyebut jumlah buruh yang diberhentikan pasca-Lebaran mencapai 30.000 orang.

"Selain PHK, daya beli juga semakin menurun karena kenaikan bahan bakar minyak. Ini yang semakin memberatkan," kata Iqbal.

3. Mana saja jalan-jalan yang ditutup?

TMC Polda Metro Jaya, Senin, mengumumkan beberapa pengalihan arus di seputaran Jakarta jika terjadi peningkatan konsentrasi massa. Di antaranya sebagai berikut:

Bundaran HI
Dari Semanggi/Jalan Sudirman arah ke Bundaran HI dialihkan ke Jalan Teluk Betung-Jalan Kebon Kacang/Dukuh Atas lalu Jalan Sultan Agung dan seterusnya.
Dari Jalan Diponegoro arah ke Jalan Imam Bonjol dialihkan ke Jalan Rasuna Said.
Dari Jalan Hayam Wuruk arah ke Harmoni dibelokkan ke kiri Jalan Juanda-Pasar Baru-Lapangan Banteng, dan seterusnya.
Dari Tanah Abang arah ke Jalan Budi Kemuliaan diluruskan ke Jalan Merdeka Selatan-Tugu Tani, dan seterusnya.
Dari Jalan Merdeka Selatan arah ke Tanah Abang dialihkan ke kanan Harmoni dan seterusnya.
Dari Jalan Kebon Sirih diluruskan ke Jalan Kebon Kacang-Tanah Abang, dan seterusnya.
Dari Tanah Abang arah ke Kebon Sirih diluruskan ke arah Tugu Tani dan seterusnya.

Istana Negara (Jalan Medan Merdeka Utara)
Arah Thamrin belok kiri ke Patung Kuda masuk ke Jalan Budi kemuliaan arah ke Jalan Majapahit-Harmoni dan seterusnya
Dari Tugu Tani belok kanan arah ke Masjid Istiqlal-Pasar Baru dan seterusnya.
Dari Jalan Juanda dialihkan ke Jalan Pasar Baru-Lapangan Banteng-Jalan Gunung Sahari dan seterusnya.
Dari Jalan Merdeka Selatan diluruskan ke Jalan Budi Kemuliaan.

4. Apa yang dituntut?

Dalam unjuk rasa kali ini, tuntutan utama buruh adalah kenaikan upah sebanyak 22 persen untuk 2016. Selain itu, mereka juga meminta program bantuan langsung tunai untuk meningkatkan kembali daya beli yang menurun.

Pemerintah pun diminta untuk memperketat masuknya tenaga kerja asing, terutama dari Tiongkok, walau belum banyak jumlahnya, dirasa mengkhawatirkan.

Akan tetapi, Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri dalam pernyataannya kepada beberapa media menyebut jumlah tenaga kerja asing di Indonesia tidak signifikan.

"Pekerja asing di Indonesia hanya sekitar 70.000, jauh lebih kecil dibandingkan jumlah angkatan kerja lokal sebanyak 129 juta," ujarnya kepada majalah Tempo. "Itu kan 0,1 persennya saja tidak ada. Jadi, jangan takut-takuti orang dengan isu tenaga kerja asing," katanya.

5. Apakah unjuk rasa mengganggu iklim investasi?

Staf Khusus Menteri Ketenagakerjaan Dita Indah Sari kepada BBC Indonesia mengatakan bahwa demonstrasi yang dilakukan buruh tidak akan berdampak negatif terhadap iklim usaha dan masuknya investor di Indonesia asalkan berlangsung aman dan tidak anarkistis.

Terkait dengan penetapan upah, Dita mengatakan akan berupaya untuk "memastikan kenaikan upah tahun depan berada di tahap yang masuk akal", dalam artian terjangkau bagi pengusaha dan berpihak juga pada kepentingan buruh.

"Mereka pasti mengerti bahwa dialog antara perusahaan dan pekerja harus kuat," katanya. "Kami ingin serikat pekerja juga menjadi bagian dari solusi, setidaknya memberi masukan-masukan untuk mengatasi masalah," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Megapolitan
BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

Megapolitan
Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Megapolitan
Duka di Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Duka di Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antar Pribadi

Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antar Pribadi

Megapolitan
Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat dalam Koper di Cikarang

Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat dalam Koper di Cikarang

Megapolitan
Bagaimana jika Rumah Potong Belum Bersertifikat Halal pada Oktober 2024? Ini Kata Mendag Zulhas

Bagaimana jika Rumah Potong Belum Bersertifikat Halal pada Oktober 2024? Ini Kata Mendag Zulhas

Megapolitan
Tewasnya Mahasiswa STIP di Tangan Senior, Korban Dipukul 5 Kali di Bagian Ulu Hati hingga Terkapar

Tewasnya Mahasiswa STIP di Tangan Senior, Korban Dipukul 5 Kali di Bagian Ulu Hati hingga Terkapar

Megapolitan
Fenomena Suhu Panas, Pemerintah Impor 3,6 Juta Ton Beras

Fenomena Suhu Panas, Pemerintah Impor 3,6 Juta Ton Beras

Megapolitan
Pengemudi HR-V yang Tabrak Bikun UI Patah Kaki dan Luka di Pipi

Pengemudi HR-V yang Tabrak Bikun UI Patah Kaki dan Luka di Pipi

Megapolitan
Bakal Cek Tabung Gas, Zulhas: Benar Enggak Isinya 3 Kilogram?

Bakal Cek Tabung Gas, Zulhas: Benar Enggak Isinya 3 Kilogram?

Megapolitan
Mendag Tegaskan Rumah Potong Ayam Harus Bersertifikat Halal Oktober 2024, Tidak Ada Tawar-tawar Lagi

Mendag Tegaskan Rumah Potong Ayam Harus Bersertifikat Halal Oktober 2024, Tidak Ada Tawar-tawar Lagi

Megapolitan
Mobil Mahasiswa Tabrak Bus Kuning UI, Saksi: Penumpangnya 3, Cowok Semua

Mobil Mahasiswa Tabrak Bus Kuning UI, Saksi: Penumpangnya 3, Cowok Semua

Megapolitan
Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper: Setubuhi dan Habisi Korban, lalu Curi Uang Kantor

Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper: Setubuhi dan Habisi Korban, lalu Curi Uang Kantor

Megapolitan
Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com