Berdasarkan data yang diperoleh Kompas, ada sekitar 6.000 pemulung dan 360 pelapak di area TPST Bantargebang yang menempati lahan seluas 110 hektar di Kelurahan Ciketing Udik, Cikiwul, dan Sumur Batu, Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi, itu.
Jika seorang pelapak bisa mengumpulkan Rp 83 juta per bulan, perputaran uang di 360 pelapak mencapai Rp 29,8 miliar per bulan.
Pendapatan rata-rata seorang pemulung di Bantargebang adalah Rp 80.000-Rp 100.000 per hari atau Rp 2,4 juta-Rp 3 juta per bulan.
"Saat musim hujan bisa lebih tinggi karena sampah yang datang lebih banyak," ujar Rohman (32), salah seorang pemulung.
Nyaris semua jenis sampah punya harga di Bantargebang. Tulang belulang sisa pemotongan ayam, misalnya, laku Rp 1.200 per kilogram.
Nantinya sampah jenis ini dijual ke pabrik pakan. Belum lagi sampah logam yang jauh lebih mahal, seperti tembaga, yang laku Rp 60.000 per kilogram.
Semua bisa jadi uang di Bantargebang, tergantung cara mengelolanya. (MUKHAMAD KURNIAWAN/HARRY SUSILO)
-------
Artikel ini sebelumnya ditayangkan di harian Kompas edisi Selasa, 3 November 2015, dengan judul "Di Balik Ketegangan Bantargebang".