Penyebabnya, katanya, mungkin terkait kondisi banyak Asep yang merasa tak mendapat posisi terhormat dalam kehidupan.
Padahal, Asep menghiasi seluruh strata sosial dan profesi. Ada Asep penjual bakso, pemangkas rambut, petugas kebersihan, buruh tani, tetapi ada juga yang menjadi pengusaha, pejabat tinggi, petinggi polisi, perwira militer, jaksa, hakim, bahkan guru besar.
Di grup Facebook tersebut, tercatat lebih dari 3.000 orang yang bergabung. Yang mendaftar resmi ke PAD tingkat provinsi hampir 600 orang.
Sekretariat PAD tingkat provinsi sudah ada di DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten. Gerakan ini bukan main-main lagi, tetapi sudah bukan main.
Sekretaris PAD DKI Jakarta Asep Rochman mengungkapkan sudah sejak 2012 melaksanakan program Kurban Asep untuk Warga (Kurawa).
Ada juga Asep Rescue Terjun ke Bencana (Arjuna), Bantuan Darurat Keur Asep Jeung Baraya (Badranaya), dan Pendidikan dari Asep untuk Warga (Pandawa).
Inilah mungkin bukti pengejawantahan moto kemanusiaan PAD yang Ti Asep, Ku Asep, Keur Indonesia (dari Asep, oleh Asep, untuk Indonesia).
PAD menambah panjang daftar paguyuban bernama sama, yakni Budi, Agung, Sugeng, Bambang, dan Endang, bukti bangsa kita kreatif dan jenaka.
Tahun depan, PAD berambisi menggelar "KAA" yang dihadiri lebih dari 1.000 Asep. Bahkan, kalau bisa, acaranya di Gedung KAA. Maju terus, Asep...! (AMBROSIUS HARTO)
-----------
Artikel ini sebelumnya ditayangkan di harian Kompas edisi Minggu, 15 November 2015, dengan judul "Dari Asep, oleh Asep, untuk Indonesia".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.