Jasad Sudikman dikenali keluarga dan kawan-kawannya antara lain dari pakaian yang dikenakannya.
Pakaian yang melekat di tubuhnya itu sama seperti pakaian yang digunakan saat keluar dari rumah teman-teman tempatnya bermalam sebelumnya.
Bus Metromini 80 bertarif Rp 4.000 itu menjadi angkutan yang jamak digunakan buruh konfeksi seperti Sudikman. Harap maklum, bus itu melintasi kawasan Kalideres yang menjadi salah satu sentra konfeksi di Jakarta.
"Sebenarnya, bus itu tujuan Kalideres-Grogol. Tapi, biasanya sampai Jembatan Lima sudah putar balik," kata Suyanti (36).
Suyanti adalah adik Tujimin (38). Tujimin juga meninggal dalam kecelakaan maut tersebut.
Hampir sama dengan Sudikman, Tujimin juga menggunakan bus itu dari rumah keluarga di Jembatan Lima ke Kalideres, tempatnya bekerja di sebuah perusahaan konfeksi.
Pagi kemarin, Tujimin bersama dua rekannya hendak kembali ke tempat kerja mereka. Ketiganya naik dari lokasi yang sama. Hanya saja masing-masing memilih bus yang berbeda.
Satu bus sudah sampai di Kalideres dengan selamat. Adapun Tujimin berada di bus kedua yang mengalami kecelakaan itu.
Tiga bus di waktu yang bersamaan membuat pengemudi bus berlomba-lomba memacu kendaraan. Menerobos palang pelintasan pun dilakukan. Hal ini, menurut Suyanti, jamak terjadi.
"Kadang-kadang, di bus itu saya mual saking ngebut-nya si pengemudi. Kayak mereka enggak bawa orang saja," ucap Suyanti yang kerap menggunakan bus Metromini 80 itu.
Karena keterbatasan pilihan angkutan massal di rute tersebut, mereka tetap memakai metromini itu meskipun pelayanan yang diberikan sangat membahayakan keselamatan mereka.
Akhirnya, ajal membuat Tujiman harus berpisah dengan istri dan empat anaknya, termasuk si bungsu yang baru berumur satu tahun.
Sopir sang pengusaha
Perbaikan mendasar dibutuhkan untuk memperbaiki angkutan massal kita agar lebih menjamin keselamatan penumpang.