Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jakarta Dinilai Lebih Siap Menghadapi Banjir

Kompas.com - 13/01/2016, 15:05 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Banjir yang membayangi Kota Jakarta setiap kali musim hujan tiba sudah di depan mata. Kemungkinan terjadi banjir pun kembali muncul di sejumlah titik wilayah.

Bedanya, pemerintah daerah dan masyarakat saat ini terlihat lebih siap dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memprediksi bencana banjir, tanah longsor, dan puting beliung akan kembali terjadi.

Puncak aneka bencana itu diperkirakan terjadi pada Januari-Februari, yakni saat curah hujan sedang tinggi-tingginya.

Khusus untuk risiko banjir di Ibu Kota, BNPB dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memperkirakan bencana ini akan mulai muncul pada minggu ketiga Januari 2016. Pada periode ini, curah hujan diperkirakan 100-200 milimeter per hari.

Bahaya banjir tahun ini diperkirakan akan melanda 125 kelurahan di 37 kecamatan atau sekitar 47,9 persen wilayah Ibu Kota (tanpa Kepulauan Seri-bu).

Penduduk yang diprediksi terdampak banjir sekitar 122.000 jiwa dan yang berpotensi mengungsi mencapai 24.000 jiwa.

Untuk langkah antisipasi banjir, tahun ini BPBD DKI Jakarta telah menyiapkan 297 lokasi evakuasi dan pengungsian serta logistik pendukungnya di 125 kelurahan yang rawan banjir.

Lembaga ini juga telah melatih 40 relawan setiap kelurahan yang siaga menanggulangi bencana dan bertugas membantu penanganan bencana.

Tahun lalu, pemerintah sudah membersihkan sampah di badan sungai, menormalisasi sejumlah sungai utama, mengeruk saluran primer dan waduk, serta mengeruk saluran mikro.

Petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) menjadi andalan Pemprov DKI dalam melakukan tugas rutin pembersihan badan sungai.

Persiapan warga

Tak hanya pemerintah. Warga Jakarta pun tampak semakin waspada dengan ancaman banjir. Demi kelancaran saluran air, sebanyak 78,1 persen responden sudah bersiap meminimalkan ancaman banjir dengan membersihkan saluran air di lingkungan mereka.

Lihat saja pernyataan Christine (27), salah satu responden di Kemayoran, Jakarta Pusat. "Warga di lingkungan saya sering kerja bakti membersihkan got dan gorong-gorong," katanya.

Perilaku warga membuang sampah ke sungai atau saluran air memang punya andil besar mengundang banjir.

Menurut jajak pendapat Litbang Kompas, November lalu, perilaku warga yang mengakibatkan sumbatan pada saluran air punya peran utama terhadap kemunculan banjir.

Tujuh dari 10 responden yang dihubungi lewat telepon sepakat bahwa gorong-gorong air yang tersumbat menjadi penyebab utama munculnya genangan ataupun banjir di lingkungan sekitar rumah mereka.

Kelancaran air yang mengalir dari hulu ke hilir selama ini memang bergantung pada 13 sungai dan saluran drainase di Jakarta.

Jika ada yang menghambat, seperti tumpukan sampah, genangan banjir berpotensi muncul. Tindakan menutup bagian atas saluran air dengan cor beton ternyata berdampak buruk pada aliran air, yakni pembersihan lebih sulit dilakukan.

"Saluran got di tepi jalan di sekitar banyak yang ditutup dengan beton. Got jadi sulit dikontrol. Sampah menumpuk di dalamnya," kata Benny (53) yang tinggal di kawasan Terminal Grogol, Jakarta Barat.

Akibatnya, saat hujan deras, rumah pengusaha otomotif ini sering kebanjiran dan lama surut. Jika hasil jajak pendapat ditelaah lebih jauh, kondisi saluran air yang mampet lebih banyak terjadi di daerah yang sering mengalami banjir.

Tidak hanya menghilangkan sumbatan, sekelompok kecil warga juga membuat sumur resapan di sekitar rumah.

Sumur resapan berfungsi mengurangi aliran permukaan sehingga bisa mencegah atau mengurangi terjadinya banjir dan genangan air. Selain itu, air yang masuk ke dalam sumur bisa menjadi cadangan air tanah.

Komunitas

Dalam skala lebih luas, komunitas peduli lingkungan yang berusaha menjaga kebersihan sungai dan saluran air makin agresif. Komunitas Masyarakat Peduli Ciliwung (Mat Peci), misalnya.

Komunitas yang dipimpin oleh Bang Usman ini kerap mengadakan kegiatan bersih Sungai Ciliwung dan melakukan penyuluhan kepada masyarakat yang tinggal di sekitar sungai.

Demikian pula dengan gerakan warga di Kelurahan Balekambang, Kecamatan Kramatjati, Jakarta Timur.

Komunitas yang diberi nama Mapeling, kependekan dari Masyarakat Peduli Ciliwung, itu secara rutin membersihkan sungai dari sampah sejak 2013.

Usaha swadaya warga yang dilengkapi dengan aneka upaya Pemprov DKI semestinya menghasilkan kesiapan menghadapi banjir yang lebih baik ketimbang waktu sebelumnya. Kalaupun muncul genangan, akan hilang lebih cepat.

"Setelah banjir besar 2014, banyak infrastruktur di sekitar (rumah) saya yang diperbaiki. Got-got dibersihkan dan dikeruk oleh pemerintah. Jika ada genangan cepat sekali surut airnya," kata Christine.

(Budiawan Sidik A/ Litbang Kompas)


-------------


Artikel ini sebelumnya ditayangkan di harian Kompas edisi Rabu, 13 Januari 2016, dengan judul "Jakarta Dinilai Lebih Siap Menghadapi Banjir".


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

Megapolitan
Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Megapolitan
Pria di Kali Sodong Dibunuh 'Debt Collector' Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Pria di Kali Sodong Dibunuh "Debt Collector" Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Megapolitan
KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

Megapolitan
PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

Megapolitan
Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Megapolitan
'Bullying' Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

"Bullying" Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

Megapolitan
KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

Megapolitan
Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Megapolitan
Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gamblez Ditahan, Ini Alasan Polisi

Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gamblez Ditahan, Ini Alasan Polisi

Megapolitan
Sidang Konflik Lahan, Hakim Periksa Langsung Objek Perkara di Hotel Sultan

Sidang Konflik Lahan, Hakim Periksa Langsung Objek Perkara di Hotel Sultan

Megapolitan
Dishub DKI Imbau Pengelola Minimarket Ajukan Izin Perparkiran

Dishub DKI Imbau Pengelola Minimarket Ajukan Izin Perparkiran

Megapolitan
Polres Bogor Buat Aplikasi 'SKCK Goes To School' untuk Cegah Kenakalan Remaja, Apa Isinya?

Polres Bogor Buat Aplikasi "SKCK Goes To School" untuk Cegah Kenakalan Remaja, Apa Isinya?

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com