Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak yang Gagal Seleksi Jadi Sopir Transjakarta

Kompas.com - 18/01/2016, 07:03 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Dari sekitar 300 orang yang mendaftar mengikuti seleksi untuk menjadi sopir transjakarta, hanya 78 orang yang dinyatakan lulus dan diterima.

Sebagian besar lainnya dinyatakan gagal dan tidak boleh ikut tes kembali dalam waktu dekat.

Direktur Utama PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) Budi Kaliwono mengatakan, calon sopir banyak yang gagal dalam beberapa tes.

"Mulai dari ketangkasan, fisik, kesehatan, dan umur kan kami batasi maksimal 47 tahun," kata Budi di Rusunawa Marunda, Minggu (17/1/2016).

Jumlah sopir yang saat ini dibutuhkan oleh PT Transjakarta cukup tinggi, yaitu mencapai 6.000 orang. Oleh karena itu, Budi mengimbau agar para sopir bus yang tertarik dan memiliki SIM B1 umum dan B2 umum datang mendaftarkan diri.

"Tidak dipungut biaya sama sekali. Jadi, tinggal datang saja di kantor kami di Cawang," ujar dia.

Sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi untuk mengikuti seleksi menjadi sopir transjakarta adalah ijazah dengan pendidikan terakhir minimal SMP, usia maksimal 47 tahun, memiliki SIM B1 umum atau B2 umum, tidak buta huruf, tidak buta warna, dan bebas narkoba.

Calon sopir harus menulis surat lamaran yang dilengkapi dengan riwayat hidup, keterangan tinggi dan berat badan, foto berwarna, surat keterangan tempat tinggal, dan nomor telepon yang dapat dihubungi.

Lamaran dikirim ke Kantor PT Transportasi Jakarta yang beralamat di Jalan Mayjen Sutoyo Nomor 1 Cawang, Jakarta Timur, dengan kode pos 13650. Calon sopir akan dihubungi saat tes akan dilakukan.

Jika diterima, para sopir transjakarta nantinya akan menerima gaji sesuai perannya. Sopir bus gandeng akan menerima tiga kali upah minimum provinsi (UMP) DKI Jakarta 2016 atau setara Rp 9,3 juta, sopir bus tunggal akan menerima gaji dua kali UMP atau setara Rp 6,2 juta, dan sopir bus tingkat akan menerima gaji 2,5 kali UMP atau setara Rp 7,75 juta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Tangkap Pembunuh Pedagang Perabot di Duren Sawit, Ternyata Anak Kandung Sendiri

Polisi Tangkap Pembunuh Pedagang Perabot di Duren Sawit, Ternyata Anak Kandung Sendiri

Megapolitan
Diduga Korsleting, Bengkel Motor Sekaligus Rumah Tinggal di Cibubur Terbakar

Diduga Korsleting, Bengkel Motor Sekaligus Rumah Tinggal di Cibubur Terbakar

Megapolitan
Kardinal Suharyo Tegaskan Gereja Katolik Tak Sama dengan Ormas Keagamaan

Kardinal Suharyo Tegaskan Gereja Katolik Tak Sama dengan Ormas Keagamaan

Megapolitan
Ditawari Izin Tambang, Kardinal Suharyo: Itu Bukan Wilayah Kami

Ditawari Izin Tambang, Kardinal Suharyo: Itu Bukan Wilayah Kami

Megapolitan
Pemuda yang Sekap dan Aniaya Kekasihnya di Pondok Aren Ditangkap Polisi

Pemuda yang Sekap dan Aniaya Kekasihnya di Pondok Aren Ditangkap Polisi

Megapolitan
Pengelola Rusunawa Marunda Lapor Polisi soal Penjarahan Sejak 2023

Pengelola Rusunawa Marunda Lapor Polisi soal Penjarahan Sejak 2023

Megapolitan
Paus Fransiskus Kunjungi Indonesia: Waktu Singkat dan Enggan Naik Mobil Antipeluru

Paus Fransiskus Kunjungi Indonesia: Waktu Singkat dan Enggan Naik Mobil Antipeluru

Megapolitan
Pedagang Perabot di Duren Sawit Tewas dengan Luka Tusuk

Pedagang Perabot di Duren Sawit Tewas dengan Luka Tusuk

Megapolitan
Tak Disangka, Grafiti Bikin Fermul Belajar Mengontrol Emosi

Tak Disangka, Grafiti Bikin Fermul Belajar Mengontrol Emosi

Megapolitan
Sambut Positif jika Anies Ingin Bertemu Prabowo, PAN: Konsep 'Winner Takes All' Tidak Dikenal

Sambut Positif jika Anies Ingin Bertemu Prabowo, PAN: Konsep "Winner Takes All" Tidak Dikenal

Megapolitan
Seniman Grafiti Ingin Buat Tembok Jakarta Lebih Berwarna meski Aksinya Dicap Vandalisme

Seniman Grafiti Ingin Buat Tembok Jakarta Lebih Berwarna meski Aksinya Dicap Vandalisme

Megapolitan
Kunjungan Paus ke Indonesia Jadi yang Kali Ketiga Sepanjang Sejarah

Kunjungan Paus ke Indonesia Jadi yang Kali Ketiga Sepanjang Sejarah

Megapolitan
Kardinal Suharyo: Kunjungan Paus Penting, tapi Lebih Penting Mengikuti Teladannya

Kardinal Suharyo: Kunjungan Paus Penting, tapi Lebih Penting Mengikuti Teladannya

Megapolitan
Paus Fransiskus Akan Berkunjung ke Indonesia, Diagendakan Mampir ke Istiqlal hingga GBK

Paus Fransiskus Akan Berkunjung ke Indonesia, Diagendakan Mampir ke Istiqlal hingga GBK

Megapolitan
Warga Langsung Padati CFD Thamrin-Bundaran HI Usai Jakarta Marathon

Warga Langsung Padati CFD Thamrin-Bundaran HI Usai Jakarta Marathon

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com