Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satu Jam Mencekam, Cerita dari Kampung Pesanggrahan

Kompas.com - 19/01/2016, 15:00 WIB
JAKARTA, KOMPAS - Deru belasan mobil dan suara senjata api dikokang pada Kamis (14/1) malam itu, memecah kesenyapan Kampung Pesanggrahan RT 002 RW 003, Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat. Puluhan orang berseragam hitam-hitam berompi tahan peluru dengan senjata api otomatis laras panjang keluar bergegas dari mobil menuju satu gang sempit.

Di mulut gang ada kebun kosong bersemak dan pepohonan. Jalan masuk sedikit menanjak. "Saat itu saya sedang duduk di mulut gang sendiri, menghilangkan kesumpekan dalam rumah di gang. Tiba-tiba ada cahaya datang dari ujung senjata api ke mata saya. Sambil masih mengarahkan senjata ke arah saya, ia menghujani pertanyaan," kata Ari (30) di rumahnya, Sabtu (16/1) sore.

Ari lalu diminta anggota Densus 88 itu kembali ke rumahnya. Waktu ia berjalan ke gang menuju rumah, ia melihat tim Densus telah menyebar ke rumah-rumah warga dan rumah- rumah kos. Mereka meminta warga masuk, dan menutup rapat semua jendela dan pintu.

Nining (20), salah seorang penghuni kos, menambahkan, sekitar pukul 22.00, pintu kamarnya diketuk ibu kos. Saat dibuka, ibu kos tergopoh-gopoh memintanya cepat keluar dan mengungsi sementara di satu rumah tak jauh dari situ. Rifky (20), di sebelah kamar Nining, juga diminta mengungsi.

"Saya takut. Saya pikir ada perampokan besar. Saya, Rifky, dan Desi ikut petunjuk ibu kos. Kami melihat puluhan pria bersenjata api di mana-mana," ucap Nining. Nining dan Desi tinggal satu kamar kos di lantai dua, adapun kamar Rifky bersebelahan dengan kamar Nining-Desi.

Sebelah kanan kamar Rifky kosong. Sebelah kamar kosong adalah kamar Afif, terduga te-roris yang tewas ditembak dalam kasus peledakan dan penyerangan di sekitar persimpangan Sarinah, Jalan MH Thamrin, Kamis (14/1) pagi.

Setelah penggerebekan, ketiga gadis tadi baru sadar hanya mereka dan keluarga ibu kos yang diungsikan. Kos Afif berjarak sekitar 500 meter dari rumah Muhammad Ali, terduga teroris yang juga tewas bersama Afif.

"Jumlah anggota Densus yang berada di rumah Ali lebih banyak. Mereka menggeledah rumah Ali dan rumah kosan Afif," kata Dayat (37). Ia bersama keluarga tinggal di sebelah rumah kos Afif.

Ia menjelaskan, rumah kos di sebelah adalah rumah pamannya. Paman dan keluarganya tinggal di bagian bawah, sedangkan di atas ada empat pintu kos. "Pak RT dan Ali juga masih saudara saya. Keluarga besar kami beranak pinak di kampung ini. Maklum, kami orang Betawi," ucap Dayat.

Penggerebekan rumah kos Afif dan rumah Ali oleh tim Densus 88 berlangsung hanya sekitar 10 jam setelah kedua terduga teroris ini tewas ditembak. Kata para saksi mata tadi, penggerebekan berlangsung satu jam, dari pukul 22.00-23.00.

Suka musik

Sabtu sore itu, kamar Afif yang terletak paling belakang sudah kosong. Luas kamar kos dengan kamar mandi dalam ini sekitar 2,5 m X 5 m. Di sudut kanan ada meja kecil berdebu. Di atas meja ada kipas angin kecil, kitab suci, dan botol plastik air mineral untuk seliter air.

Botol serupa lainnya tergeletak di lantai. Satu karpet busa tipis, jaket, dan selimut menumpuk di lantai tengah. Di depan kamar, dua kaus berwarna hitam dan satu abu-abu serta satu celana loreng milik Afif tergantung di jemuran galah bambu. "Afif orangnya tertutup dan jarang keluar kamar. Makanan diantar seorang kawan sebayanya tiap sore. Hanya sesekali keluar makan di warteg," kata Ari.

Afif, kata Dayat, tinggal di rumah kos baru dua pekan. "Minggu pertama, dia bayar Rp 300.000. Minggu kedua ini, dia bayar Rp 400.000. Kalau bukan Ali yang bawa Afif kos di situ, ncing (paman) saya enggak mau Afif kos di rumah ncing saya. Bayarannya seret," ujar Dayat.

Nining membenarkan, Afif orang yang tertutup. Ia menghindari tatap muka dengan pekerja toko swalayan itu. Dari kamarnya, Nining sering mendengar Afif menikmati musik religi atau mengaji.

Setelah penggerebekan di Pesanggrahan, Densus 88 menggeledah rumah kontrakan Afif di Gang Masjid, Kampung Sukamanah, Desa Tamansari, Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu pagi. Kata Kepala Polres Bogor Ajun Komisaris Besar Suyudi Ario Seto, Afif tak lain adalah Sunakim atau Nakim bin Jenab.

Dari rumah itu, tim menyita sejumlah buku agama, buku jihad, buku nikah, kartu keluarga, dan kartu tanda penduduk. Tidak ditemukan bahan peledak atau senjata berbahaya.

Kepala Desa Tamansari Gumilar menjelaskan, Afif dan keluarganya baru mulai mengontrak rumah itu, Rabu (13/1), sehari sebelum bom Thamrin.

Menurut Kepala Polri Jenderal (Pol) Badrodin Haiti, Afif dan Ali pernah dipenjara karena tindak pidana terorisme. Afif ditangkap pada 1 Maret 2010. Afif pernah terlibat pelatihan kelompok teroris di Aceh. Ia bergabung dengan kelompok Ansharud Daulah di bawah kepemimpinan Fausan al-Anshori. Adapun Ali terlibat perampokan Bank CIMB di Medan pada 2010. Tahun 2010, PN Jakbar menjatuhkan hukuman tujuh tahun penjara kepada Afif.

Cerita tentang Afif telah berakhir. Di Kampung Pesanggrahan, Sabtu sore itu, rumah yang teduh oleh pohon ceri dan rambatan tanaman anggur itu, kini kosong. Senyap. (WINDORO ADI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Megapolitan
PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Megapolitan
Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Megapolitan
Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Megapolitan
Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Megapolitan
Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai 'Kompori' Tegar untuk Memukul

Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai "Kompori" Tegar untuk Memukul

Megapolitan
Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Megapolitan
Ahok: Saya Mendorong Siapa Pun yang Jadi Gubernur Jakarta Harus Serahkan Nomor HP Pribadi ke Warga

Ahok: Saya Mendorong Siapa Pun yang Jadi Gubernur Jakarta Harus Serahkan Nomor HP Pribadi ke Warga

Megapolitan
Susul PKS dan Golkar, Partai Nasdem Gabung Koalisi Usung Imam-Ririn di Pilkada Depok 2024

Susul PKS dan Golkar, Partai Nasdem Gabung Koalisi Usung Imam-Ririn di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Masih Ada 7 Anak Pasien DBD yang Dirawat di RSUD Tamansari

Masih Ada 7 Anak Pasien DBD yang Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Viral Video Sekelompok Orang yang Diduga Gangster Serang Warga Bogor

Viral Video Sekelompok Orang yang Diduga Gangster Serang Warga Bogor

Megapolitan
PKS dan Golkar Berkoalisi, Dukung Imam Budi-Ririn Farabi Jadi Pasangan di Pilkada Depok

PKS dan Golkar Berkoalisi, Dukung Imam Budi-Ririn Farabi Jadi Pasangan di Pilkada Depok

Megapolitan
Cerita Pinta, Bangun Rumah Singgah demi Selamatkan Ratusan Anak Pejuang Kanker

Cerita Pinta, Bangun Rumah Singgah demi Selamatkan Ratusan Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com