Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mantan Lurah Kartini: Kalau Mau Tahu, Bukan Saya Saja Palsukan Absensi

Kompas.com - 26/01/2016, 11:22 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Kasus pemalsuan daftar presensi yang dilakukan Leo Tantino berujung pada pencopotan dirinya sebagai Lurah Kartini, Sawah Besar, Jakarta Pusat.

Leo tidak ingin disalahkan sendirian. Sebab, menurut Leo, pemalsuan serupa juga dilakukan oleh pejabat lain setingkat lurah maupun camat di lingkungan Pemkot Jakarta Pusat.

Kepada Warta Kota, Leo yang mantan Lurah Kramat, Senen, Jakarta Pusat, itu menyatakan, saat itu mendapat sial. Pada saat sidak, Leo mengaku sedang tidak masuk kantor lantaran sakit.

“Kalau mau tahu, bukan saya saja yang begini, palsukan absensi. Banyak pejabat yang lain juga begitu. Lurah dan camat sudah biasa," kata dia.

"Tetapi, absensi sebenarnya bukan apa-apa, soalnya kan kami kerja setiap hari 24 jam penuh, kadang-kadang hari Sabtu dan hari Minggu juga masuk. Jadi tahu sama tahu aja,” ujarnya.

Leo enggan menyebutkan siapa saja pejabat yang terindikasi melakukan pelanggaran serupa.

Tidak hanya itu, Leo meyakinkan bahwa sebagian besar pejabat yang mengisi daftar presensi pada pagi hari diketahui tidak berada di kantor untuk menyelesaikan pekerjaan, tetapi langsung meninggalkan kantor apabila ada kesempatan.

“Jadi, bukan cuma ngakalin absen, tapi yang datang pagi buat absen juga ada yang langsung pergi lagi. Itu mah udah biasa,” kata Leo.

Menanggapi pernyataan Leo, Wali Kota Jakarta Pusat Mangara Pardede mengaku telah melakukan pemeriksaan daftar presensi lurah dan camat.

Namun, alasan lurah ataupun camat melakukan pelanggaran serupa tidak serta-merta dipercayai. Oleh karena itu, sesuai dengan risiko jabatan, baik lurah maupun camat merupakan pejabat wilayah yang bertanggung jawab selama 24 jam terhadap wilayah kerjanya.

“Pernyataan itu enggak benar. Memang pejabat wilayah, bahkan saya sendiri akui kadang absen tidak tepat waktu karena kalau ada urusan pagi atau pertemuan dengan masyarakat."

"Walaupun saya berangkat setiap hari pukul enam, absen kadang pukul 09.00 atau 09.30 dan itu wajar. Jadi, pesan saya supaya jangan bohong, bekerja dengan hati,” jelas Mangara. (dwi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com