"Umumnya para tamu yang sudah mengambil PSK dari Jembatan Dua begitu tiba di rumah Tjong Wie langsung masuk kamar. Dari sana mereka duduk-duduk di pelataran lantai satu di bibir sungai, lalu naik ke lantai dua untuk makan," papar Ceceng.
Sayang, ketika itu usia Ceceng baru 6 tahun, sedangkan Tjong Wie kala itu berusia 45 tahun.
"Jadi, saya enggak tahu tentang skandal asmara dan rumah tangga Tjong Wie," ujar Ceceng.
Yang jelas Tjong Wie punya banyak simpanan. Salah satu simpanannya bernama Nagin. Perempuan Cina Benteng, Tangerang, ini menjadi kembang Kalijodo,
Ceceng mengaku biasa ke Kalijodo bersama ayahnya hanya untuk mencari udara segar sambil menikmati nyanyian para kio seng.
Ayah Ceceng, Kwee Tjin Siu, adalah bandar besar opium di Pejagalan, Jakarta Barat. Tak heran jika setiap ayah dan anak ini datang dengan mobil jip tanpa kap, disambut ramai para centeng dan mandor.
Seingat Ceceng, Tjong Wie merupakan orang pertama yang mendirikan rumah bordil di Kalijodo.
"Dari sejak tujuh biduk para kio seng masih ada di Kalijodo sampai enggak ada lagi," ujar Ceceng.
Dari Asman ke Azis
Menurut warga Kalijodo, Daeng Abu Bakar (67), setelah Tjong Wie dan orang-orang Tionghoa pemilik rumah bordil lainnya mundur, orang-orang Banten, Mandar, dan Bugis yang tinggal di sekitar Luar Batang, Muara Angke, Jakarta Utara, mengambil alih.
Di era Tjong Wie, setiap pemilik rumah bordil di Kalijodo berilmu bela diri tinggi. Tradisi centeng, mandor, dan kekerasan baru muncul awal tahun 1980-an, yaitu ketika muncul nama Asman asal Mandar, Sulawesi Selatan, menguasai bisnis prostitusi dan judi di Kalijodo.
Abu mengatakan, karena dikenal gesit, tak banyak bicara, dan kejam, "pasukan" Asman yang dipimpin Arkan Malik ini disebut "Anak Macan".
Ketika itu, lanjut Abu, Daeng Abdul Azis asal Makassar belum memiliki "pasukan".
Roda usaha rumah judi dan rumah bordil Azis cuma digerakkan para pria penganggur saja sampai akhirnya terjadi pertikaian di antara kelompok Azis dan kelompok Asman.
Setelah Asman mundur dari Kalijodo, lanjut Abu, Azis mengendalikan hampir seluruh bisnis bir di Kalijodo sisi Penjaringan, Jakarta Utara.(Windoro Adi)
---
Artikel ini sebelumnya ditayangkan di harian Kompas edisi Kamis, 18 Februari 2016, dengan judul "Dari Era Tjong Wie sampai Azis". Untuk berlangganan harian Kompas kunjungi http://kiosk.kompas.com