Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dan Pesta Itu Pun Usai...

Kompas.com - 22/02/2016, 19:03 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Sabtu (20/2) siang itu, Nanik (43) tampil ceria dikerumuni beberapa wartawan. Dengan ringan ia menjawab semua pertanyaan wartawan.

Beberapa wartawan yang mengharapkan jawaban mengharukan gagal mendapatkannya.

Perempuan asal Yogyakarta itu lalu bersemangat menjelaskan bahwa ia dan keluarganya sudah hidup di kawasan lampu merah Kalijodo, Jakarta Utara, sejak 15 tahun lalu.

Ia bertemu suaminya pun di situ. Menikah, memiliki empat anak, dan mengelola rumah bordil berisi 25 kamar di Kalijodo.

Tiga tahun pertama hidup di situ, ia sudah mulai bisa menabung dan, kini, ia dan keluarganya telah memiliki rumah di atas tanah 1.000 meter persegi di Kaliurang, Yogyakarta, serta rumah dan sawah seluas 4 hektar di Purworejo, Jawa Tengah.

"Jujur saja, semua hasil dari sini. Biaya empat anak saya sekolah juga dari sini. Sekarang dua anak saya sudah lulus perguruan tinggi negeri, cum laude. Waktu saya datang ke sini, ndak punya apa-apa," ucap Nanik.

Dari sawahnya itu, Nanik bisa dua kali panen padi tiap tahun. Sekali panen, setelah berbagi dengan penggarap sawahnya, ia masih mendapatkan 8 ton gabah kering. Ia menjual sekuintal gabah kering seharga Rp 800.000.

Setelah rumah bordilnya di Kalijodo sekarang ditutup, ia dan anak-anaknya akan melanjutkan rencana membangun penginapan rumahan (homestay) dan kafe di Yogyakarta. Pariwisata memang sedang marak di Kota Pelajar itu.

"Sudah lama saya merencanakan hal ini bersama suami sampai akhirnya suami saya keburu dipanggil Tuhan belum genap 100 hari lalu," ujar Nanik.

Ia kini justru bersyukur rumah bordilnya ditutup. "Kalau ndak ditutup, ya, kapan saya mau serius membangun home-stay sama kafe di Kaliurang?" ujar Nanik. Ia tersenyum.

Pesta terakhir

Menurut dia, "anak-anaknya" (sebutan bagi pekerja seks komersial atau PSK di rumah bordilnya) sudah satu per satu kembali ke kampung halaman masing-masing sejak hampir sepekan ini. "Sekarang sepi, 'anak-anak' sudah pergi," ujar Nanik yang kemudian terdiam.

Sementara dua pria kerabatnya terlihat lalu-lalang membawa kotak-kotak besar pengeras suara dan perangkat sistem suara lainnya ke sebuah sepeda motor roda tiga.

Puluhan alas tidur di kamar sudah lebih dulu diangkut dengan mobil bak.

Di depan Wisma Adem, tempat hiburan malam lain di Kalijodo, juga terlihat kesibukan sejumlah pria mengangkut kasur-kasur busa ke dalam truk.

Seorang pria asal Jawa Timur yang mengaku sebagai pemilik wisma tersebut menolak menjawab ke mana barang-barang itu dibawa.

Seperti halnya "anak-anak" Nanik, "anak-anak" Wisma Adem juga sudah pulang satu demi satu sejak hampir sepekan ini, sejak kabar penggusuran Kalijodo beredar.

"Pesta terakhir di Kalijodo itu, ya, Sabtu malam Minggu pas Hari Valentine lalu. Setelah itu, hari Seninnya, 'anak-anak' saya dan 'anak-anak' rumah lain sudah mulai pulang satu per satu," kata Suryana (52), pemilik rumah karaoke dan rumah bordil terluas di Kalijodo.

Apa yang disampaikan para pemilik tempat hiburan malam itu sesuai dengan pengamatan Kompas sejak Jumat hingga Sabtu.

Oleh karena itu, aneh saat ada seorang pengacara mengatakan akan ada 1.000 PSK melakukan aksi telanjang melawan pembongkaran bangunan di Kalijodo.

Ketika ditanya soal ucapan pengacara itu, Nanik, Suryana, dan pria yang mengaku pemilik Wisma Adem cuma tertawa.

Ketiganya dan beberapa pemilik tempat hiburan malam lain di sana telah merelakan bangunan mereka dibongkar. "Kalau rezekinya cuma sampai sini, mau bilang apa?" ucap Suryana.

Berkemas

Sabtu sore itu, keramaian memang masih terlihat di Kalijodo. Namun, berbeda dari malam Minggu sebelumnya, keramaian itu bukan persiapan pesta.

Hampir seluruh ruas Jalan Kepanduan II di Kalijodo diwarnai hiruk pikuk kegiatan berkemas. Belasan truk dan mobil bak membawa barang-barang keluar dari Kalijodo.

Sementara personel gabungan aparat keamanan yang terbagi dalam kelompok-kelompok kecil masih tampak menyisir Kalijodo.

Mereka adalah sebagian dari sekitar 3.000 personel gabungan TNI-Polri-Satpol PP yang sejak Sabtu pagi menggelar Operasi Pekat (penyakit masyarakat).

Dalam operasi tersebut, ratusan senjata tajam, mulai dari celurit sampai anak panah, diamankan.

Tiga orang ditangkap karena membawa bong (alat isap sabu). Sembilan pemilik tempat hiburan malam dan dua orang lainnya, kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Mohammad Iqbal, juga ditangkap karena memiliki senjata tajam.

Pesta pun telah usai. Kini kawasan Kalijodo seolah tinggal menunggu datangnya alat-alat berat untuk merobohkan seluruh bangunan liar di sana.

(WIN/C09)


----


Artikel ini sebelumnya ditayangkan di harian Kompas edisi Senin, 22 Februari 2016, dengan judul "Dan Pesta Itu Pun Usai..."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kota Bogor Tuan Rumah Musda ke-17 Hipmi, Pemkot Minta Pengusaha Belanja Produk Lokal

Kota Bogor Tuan Rumah Musda ke-17 Hipmi, Pemkot Minta Pengusaha Belanja Produk Lokal

Megapolitan
Putri Bunuh Ayah Kandung di Duren Sawit, Pelaku Disebut Hidup di Jalan sebagai Pengamen

Putri Bunuh Ayah Kandung di Duren Sawit, Pelaku Disebut Hidup di Jalan sebagai Pengamen

Megapolitan
Polisi Tangkap Pemilik 'Wedding Organizer' yang Diduga Tipu Calon Pengantin di Bogor

Polisi Tangkap Pemilik "Wedding Organizer" yang Diduga Tipu Calon Pengantin di Bogor

Megapolitan
Usai Bunuh Ayahnya, Putri Pedagang Perabot di Duren Sawit Gondol Motor dan Ponsel Korban

Usai Bunuh Ayahnya, Putri Pedagang Perabot di Duren Sawit Gondol Motor dan Ponsel Korban

Megapolitan
Polisi Kantongi Identitas 3 Jukir Liar yang Getok Tarif Parkir Bus Rp 300.000 di Masjid Istiqlal

Polisi Kantongi Identitas 3 Jukir Liar yang Getok Tarif Parkir Bus Rp 300.000 di Masjid Istiqlal

Megapolitan
Pedagang Perabot Dibunuh Anaknya, Pelaku Emosi karena Tidak Terima Dimarahi

Pedagang Perabot Dibunuh Anaknya, Pelaku Emosi karena Tidak Terima Dimarahi

Megapolitan
Pembunuh Pedagang Perabot Sempat Kembali ke Toko Usai Dengar Kabar Ayahnya Tewas

Pembunuh Pedagang Perabot Sempat Kembali ke Toko Usai Dengar Kabar Ayahnya Tewas

Megapolitan
KPU DKI Bakal Coklit Data Pemilih Penghuni Apartemen untuk Pilkada 2024

KPU DKI Bakal Coklit Data Pemilih Penghuni Apartemen untuk Pilkada 2024

Megapolitan
Polisi Tangkap Terduga Pelaku Pembakaran 9 Rumah di Jalan Semeru Jakbar

Polisi Tangkap Terduga Pelaku Pembakaran 9 Rumah di Jalan Semeru Jakbar

Megapolitan
Pastikan Kesehatan Pantarlih Pilkada 2024, KPU DKI Kerja Sama dengan Dinas Kesehatan

Pastikan Kesehatan Pantarlih Pilkada 2024, KPU DKI Kerja Sama dengan Dinas Kesehatan

Megapolitan
Usai Dilantik, Pantarlih Bakal Cek Kecocokan Data Pemilih dengan Dokumen Kependudukan

Usai Dilantik, Pantarlih Bakal Cek Kecocokan Data Pemilih dengan Dokumen Kependudukan

Megapolitan
Pedagang Perabot di Duren Sawit Sempat Melawan Saat Putrinya Hendak Membunuh, tapi Gagal

Pedagang Perabot di Duren Sawit Sempat Melawan Saat Putrinya Hendak Membunuh, tapi Gagal

Megapolitan
Kesal karena Susah Temukan Alamat, Ojol Tendang Motor Seorang Wanita di Depok

Kesal karena Susah Temukan Alamat, Ojol Tendang Motor Seorang Wanita di Depok

Megapolitan
Pemeran Tuyul yang Dibakar Joki Tong Setan di Pasar Malam Jaktim Alami Luka Bakar 40 Persen

Pemeran Tuyul yang Dibakar Joki Tong Setan di Pasar Malam Jaktim Alami Luka Bakar 40 Persen

Megapolitan
Ayah Dibunuh Putri Kandung di Duren Sawit Jaktim, Jasadnya Ditemukan Karyawan Toko

Ayah Dibunuh Putri Kandung di Duren Sawit Jaktim, Jasadnya Ditemukan Karyawan Toko

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com